December 7, 2025
Issues

5 Artikel Pilihan: Soeharto Menjadi Pahlawan Nasional, Review Film ‘Pangku’, hingga Tetanggamu Seekor Kobra

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari Soeharto yang dijadikan pahlawan nasional hingga film ‘Pangku’.

  • November 15, 2025
  • 3 min read
  • 427 Views
5 Artikel Pilihan: Soeharto Menjadi Pahlawan Nasional, Review Film ‘Pangku’, hingga Tetanggamu Seekor Kobra

1.  ‘Pangku’: Perempuan Penopang Ekonomi Ambruk dan Debut yang Percaya Diri

Pangku, film debut Reza Rahadian sebagai sutradara, mengikuti Sartika (Claresta Taufan), perempuan muda yang tengah hamil tua dan mencoba mencari penghidupan baru di luar kampung halamannya. 

Di awal film, ia menumpang truk dan diturunkan di pinggir jalan Pantai Utara Jawa. Saat malam tiba dan lelah mendera, Sartika singgah di warung kopi milik Maya (Christine Hakim, dalam performa yang, seperti biasa, memukaunya bikin menganga). Tak punya tujuan lain, Sartika menerima tawaran Maya untuk bekerja di warungnya sebagai penyaji kopi pangku, sebuah praktik di mana penjual perempuan duduk di pangkuan pembelinya sembari mereka minum kopi.

Baca artikel selengkapnya di sini

2.  Dari Rosa ke Ling Ling: Ingatan Seorang Anak di Era Soeharto 

Pada 10 November 2025, mantan presiden Soeharto dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Meme “Enak jamanku, to” mendadak terasa bukan lagi sekadar lelucon, tapi semacam déjà vu yang mengerikan. Buatku, ini seperti dibukakan pintu ke gudang ingatan yang lama kukunci rapat: masa kecilku sebagai Ling Ling, di bawah bayang-bayang Orde Baru.

Saat itu aku tinggal di Bali, anak SD yang hidup dalam dunia dengan satu saluran televisi, TVRI. Ibuku rajin memberiku bahan bacaan, dari majalah Bobo, surat kabar, dan buku. Lagu-lagu dari radio menemani soreku, walau kini nyaris tak kuingat liriknya. Aku tahu tentang Gorbachev, runtuhnya Tembok Berlin, dan Perang Teluk, bahkan sebelum menyentuh ibu kota.

Baca artikel selengkapnya di sini.  

3. Bukan Pahlawan Kami: Saat Negara Menulis Ulang Luka Sejarah

Hari ini, 10 November 2025, bertepatan dengan Hari Pahlawan, penyelenggara negara resmi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Di tengah suasana peringatan jasa para pejuang, keputusan ini menggores ingatan banyak orang, terutama para penyintas kekerasan rezim Orde Baru dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia. 

Dari lini masa media sosial hingga ruang akademik, seruan “Soeharto Not My Hero” bergema sebagai bentuk penolakan atas penulisan ulang sejarah oleh negara.

Simak artikelnya di sini

4.Yang Tak Ada di Perjanjian KPR 20 Tahun: Tetanggamu Seekor Kobra

Kata orang, ada tiga hal yang tak bisa kita pilih dalam hidup ini: keluarga, atasan, dan tetangga. Yang terakhir ini saya pelajari lewat pengalaman yang berdesis.

Semuanya bermula dari keinginan untuk keluar dari stigma sebagai penghuni Cikarang. Buat banyak orang, ibu kota Kabupaten Bekasi itu adalah surga rumah subsidi yang dicat seadanya, dinding batako tipis yang retak-retak setelah setahun, dan keluhan abadi soal air.

Baca artikelnya di sini

5. Gugat ‘Tempo’ 200M hingga Undang Eks Jurnalis, Bukti Gagal Paham Amran tentang Kebebasan Pers?

Usai dilantik kembali jadi Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (AAS) mengaku ingin jadi sahabat wartawan. “Aku harap teman-teman wartawan bersahabat dengan saya,” katanya saat ditanya inisiatif pertama di Kementerian Pertanian, dikutip dari Kompas.  

Namun kedekatan kepada jurnalis mulai retak, usai menggugat Tempo 200 Miliar ke Pengadilan Jakarta Selatan (2/7). Aduan Amran dilatarbelakangi oleh sampul laporan bertajuk “Poles-Poles Beras Busuk” yang tayang (16/5) kepada Dewan Pers. Tidak puas dengan Dewan Pers, Amran menilai Tempo tidak melaksanakan hasil rekomendasi Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Dewan Pers. 

Baca artikel selengkapnya di sini

About Author

Magdalene