Dik Oki, sebelum bicara kekerasan dalam rumah tangga, saya sarankan ‘iqra’ dulu.
Tuduhan perempuan sebagai sumber fitnah lahir dari konstruksi masyarakat misoginis. Kemudian dilengkapi dengan proses memahami hadis yang parsial.
Cita-cita masuk surga sekeluarga kerap diboncengi narasi intoleransi. Contoh nyatanya ada pada kasus bom Gereja Surabaya tiga tahun silam.
Literatur sejarah Islam banyak dipengaruhi nilai sosial dan kepentingan politik, sehingga peran perempuan direduksi agar sesuai dengan norma masyarakat.
Aa Gym menyatakan bahwa bukti cinta kepada istri adalah dengan membuatnya hamil sampai “turun mesin” tujuh kali.
Akuilah bahwa memang ada masalah dalam agama kita. Tapi tegakkan kepala untuk terus menyelesaikan persoalan kehidupan.
Pekerja seks mungkin mendambakan ‘hijrah’ dari kemiskinan, sementara perempuan-perempuan yang ‘hijrah’ menganggap pekerjaan mereka penuh dosa.
Ajaran agama bahwa laki-laki adalah kepala keluarga yang menguasai istri dan anak membuat banyak perempuan tak berdaya.
Women’s role have increased in radical and terror groups, but government policies to address this remain gender-blind.
Krisis lingkungan hidup memicu banyak masalah bagi perempuan, termasuk menyuburnya pandangan keagamaan yang merugikan perempuan.