Di tengah dominasi genre shōnen yang seksis dan misoginis, mangaka perempuan menawarkan alternatif memberdayakan bagi pembaca perempuan lewat genre mahō shōjo.
‘Ngeri-ngeri Sedap’ bukan cuma sukses bikin kantung air mata melompong, tapi juga mendobrak stereotip-stereotip ‘Batak’ ala kacamata Jakartasentris.
Ada beberapa karakter lelaki maskulin yang menjadi ekspektasi publik: Gagah, berotot, suka duel, mendominasi, dan homofobik. Saya menolak semua itu.
Kalau bisa jadi orang saleh sekaligus bersenang-senang jadi Army, kenapa tidak?
Saat ini, tampaknya ada kebingungan dan kurangnya daya kritis terkait bagaimana kita sebaiknya memperlakukan karya dari orang-orang yang telah di-cancel.
Dicap penjahat, ‘anti-hero’, sampai wajah baru ‘femme fatale’ MCU, Wanda Maximoff atau sang Scarlet Witch hanya ibu yang merindukan anak-anaknya.
Mengangkat kasus Nth Room pada 2019, Cyber Hell memberikan catatan penting tentang kekerasan terhadap perempuan.
Dalam ‘Mask Off: Masculinity Redefined’, JJ Bola membongkar sejarah maskulinitas dan coba mendefinisikannya lagi.
Penggambaran budaya kerja kantoran di My Liberation Notes terasa sangat nyata. Saking nyatanya, saya bisa mencium hidup keras komuter yang depresif itu.
Islam membawa semangat ‘hijrah’ dari zaman ‘jahiliyah’ menuju pembangunan ‘darussalam’ dengan memajukan ‘iqra’. Di manakah perspektif itu bagi mereka yang gender dan seksualitasnya direpresi?