March 25, 2023
Culture Screen Raves

Review ‘The Glory’: Bagian Dua, Balas Dendam, dan Upaya Lepas dari Trauma

Di bagian kedua' The Glory', pembuat drama ini mengajak penonton mengupas satu lagi lapisan yang sengaja diembunyikan: yaitu, cara sehat untuk 'move on' dari trauma.

Candra Aditya
  • March 13, 2023
  • 5 min read
  • 938 Views
Review ‘The Glory’: Bagian Dua, Balas Dendam, dan Upaya Lepas dari Trauma

(artikel ini mengandung spoiler)

Saat baca artikel ini, saya sangat yakin sekali kalau kamu sudah menonton atau setidaknya mendengar judul The Glory, drama Korea  Selatan yang diperankan oleh Song Hye-kyo dan ditulis Kim Eun-sook (penulis yang bertanggung jawab atas The Heirs, Descendants of the Sun, Guardian, Mr. Sunshine dan The King). Musim pertamanya dengan cepat menarik hati penonton Netflix, karena premis yang sangat sederhana: balas dendam.

Song Hye-kyo di The Glory berperan sebagai Moon Dong-eun (Jung Ji-so sebagai Moon Dong-eun remaja), seorang guru SD yang menghabiskan 20 tahun terakhir untuk membalas dendam semua pem-bully yang menyiksanya semasa SMA.

Baca juga: ‘The Glory’: Aksi Balas Dendam Sempurna Song Hye Kyo

Orang-orang yang akan segera bertemu mimpi buruk tersebut adalah Park Yeon-jin (Lim Ji-yeon), si pembaca cuaca sekaligus seorang istrinya, Ha Do-yeong (Jung Sung-il); Jeon Jae-joon (Park Sung-hoon), si pengusaha kaya-raya; Choi Hye-jeong (Cha Joo-young), si pramugari mata duitan; Lee Sa-ra (Kim Hi-eora), si “seniman” yang hobi menggunakan narkotika; dan terakhir dan Son Myeong-oh, (Kim Gun-woo) yang menerima menjadi “tangan kanan” Jae-joon.

Moon Dong-eun tidak sendirian. Dalam mengeksekusi rencananya, ia berkolaborasi dengan Joo Yeo-jeong (Lee Do-hyun), seorang dokter sekaligus anak pemilik rumah sakit ternama di Seoul. Setelah 20 tahun merencanakan balas dendam ini, berhasilkah Dong-eun mengeksekusi rencananya?

Katarsis dalam The Glory Season 2

Tema “eat the rich memang bukan hal yang baru meskipun akhir-akhir ini ia menjadi tren (tahun lalu saja ada tiga film yang membahas tema ini: Triangle of Sadness, The Menu, Glass Onion). Tapi The Glory memberikan sesuatu yang berbeda. Ia memberikan katarsis.

Orang-orang seperti Park Yeon-jin biasanya tidak akan mendapatkan ganjarannya. Mereka terlalu powerful dan berkuasa untuk masuk penjara. Kekebalan hukum inilah yang membuat aksi balas dendam karakter utama The Glory menjadi menggetarkan.

Baca juga: ‘Reborn Rich’, ‘The Glory’, dan Harapan Perjuangan Warga Kelas Menengah Korea

Ketika bagian pertama The Glory berakhir, seorang teman pernah bertanya pada saya tentang harapan saya terhadap konklusi drakor ini. Saat itu, jujur saya mengatakan saya tidak punya ekspektasi apa-apa. Sebetulnya, ini adalah jawaban yang tak jujur-jujur amat. Saya memang tidak punya harapan apa-apa, tapi ingin sekali melihat Park Yeon-jin disiksa habis-habisan ala Hostel atau Saw.

Review The Glory Season 2
Sumber: Netflix Indonesia

Saya tahu bahwa impian saya ini tidak akan terjadi karena The Glory bukan torture porn. Dugaan saya terbukti benar karena Kim Eun-sook tahu benar bahwa orang-orang toxic akan menghancurkan diri mereka sendiri.

Dari awal The Glory muncul, Dong-eun sudah mengatakan keras-keras bahwa ia punya rencana. Bahkan sampai separuh musim, rencana tersebut sepertinya menjadi satu-satunya blueprint balas dendam Dong-eun.

Banyak rencana yang dieksekusi oleh Dong-eun untuk membalas dendam. Mulai belajar Go demi mendekati suami Yeon-jin sampai membuat Yeo-jeong membuka klinik kecantikan. Sampai kira-kira episode 13, semua rencana tersebut berhasil dieksekusi. Tapi, ternyata yang membuat geng pem-bully ini saling makan satu sama lain bukanlah rencana Dong-eun. Melainkan, karena mereka sendiri adalah orang-orang yang busuk.

Menyaksikan sekumpulan orang narsis, self-centered, dan egois saling lempar kesalahan ternyata menjadi salah satu highlight bagian kedua The Glory. Puncaknya terjadi di episode 15 yang keindahannya tidak akan saya gambarkan di sini, kamu harus menyaksikannya sendiri). Semua karakter pem-bully mencoba untuk saling spill kesalahan anggota yang lain yang akhirnya membuat pertemanan yang dari awal sudah rapuh ini menjadi hancur berkeping-keping.

Memang benar Dong-eun memainkan perannya dengan memanipulasi dua anggota geng pem-bully (Hye-jeong dan Myeong-oh). Tapi pada realitasnya, ia hanya memulai sebelum semua anggota geng pem-bully ini saling tikam.

Kehancuran para pem-bully Dong-eun memang menjadi plot utama The Glory. Namun, drakor ini menawarkan hal lain yang sama indahnya: yakni, ganjaran sama buat orang yang membantu para pem-bully Dong-eun kebal hukum.

Kalau di bagian pertama kita melihat bagaimana Dong-eun “menghukum” gurunya—yang justru memukulinya saat Dong-eun bercerita jujur—di bagian kedua, kita akan melihat beberapa tokoh lain mendapatkan hukuman serupa. Yang pertama adalah ibu Dong-eun yang selama ini tidak pernah absen memberinya benteng dari hukum. Lalu, polisi yang membiarkan semua bukti kekejaman Yeon-jin sirna. Bahkan guru creepy yang selalu mengintai Dong-eun.

Memutus Trauma dengan Sehat

Bagian pertama The Glory memang memberikan ilusi bahwa drama ini pure tentang balas dendam. Luka Dong-eun terlalu dalam sampai ia tidak punya cara lain untuk “move on” selain dengan membalaskan lukanya. Tapi, di bagian kedua The Glory, pembuat drama ini mengajak penonton untuk mengupas satu lagi lapisan yang sengaja ia sembunyikan: yaitu, cara sehat untuk move on dari trauma.

Ada banyak karakter pendukung dalam The Glory yang menawarkan banyak kejutan. Bagi Kang Hyeon-nam (Yum Hye-ran), cara paling make sense untuk lepas dari lingkaran kekerasan adalah dengan mengeluarkan anaknya dari rumah dan menjauh dari suaminya (kematian tidak pernah sememuaskan itu). Bagi pemilik apartemen Dong-eun (Son-sook), terus hidup dan melakukan kebaikan (dengan menolong Dong-eun) adalah cara yang paling sehat.

The Glory Season 2
Sumber: Netflix Indonesia

Lalu apa yang terjadi jika salah satu orang yang bertanggung jawab atas semua luka di hati dan tubuhmu adalah orang tuamu sendiri? Ibu Dong-eun (Park Ji-a) dari awal sudah tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Bukannya mengurus anak, ia malah meninggalkan Dong-eun demi sejumlah uang. Ketika ia muncul lagi dan menghancurkan hidup Dong-eun, hal paling waras yang Dong-eun lakukan adalah memutus tali silahturahmi demi kesehatan mental yang lebih baik.

And that’s what The Glory is all about.

The Glory dapat disaksikan di Netflix


Editor:  Candra Aditya
Candra Aditya
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *