Petinju Imane Khelif: Fakta Menarik tentang Perjalanannya di Dunia Tinju
Nama Imane Khelif mencuat seiring berlangsungnya Olimpiade 2024 di Paris. Berikut beberapa fakta menarik di balik sosok petinju perempuan ini.
Imane Khelif adalah nama yang semakin dikenal di dunia tinju internasional. Sebagai seorang perempuan petinju, ia telah menunjukkan kemampuan luar biasa di ring dan telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi perempuan yang ingin meniti karier di dunia yang didominasi oleh pria.
Petinju asal Aljazair ini, belakangan makin jadi sorotan publik. Ia menjadi trending topic setelah mengalahkan Angela Carini dalam babak 16 besar Olimpiade Paris 2024. Hal ini dikarenakan perawakan Khelif yang dianggap tidak seperti perempuan pada umumnya. Dengan postur tegap dan gagah membuat banyak yang mengira jika Khelif adalah laki-laki.
Dua orang superkaya, Elon Musk dan JK Rowling adalah dua nama yang paling kencang menggiring opini tentang gender Khelif. Mereka berdua menuduh Khelif lahir sebagai laki-laki, transgender, atau melakukan terpai hormon. Komentar-komentar itu berdampak pada Khelif yang akhirnya terkena transvestigating—diskriminasi yang didasari anggapan bahwa perempuan atau laki-laki harus terlihat seperti stereotip-stereotip tertentu. Misalnya, perempuan harusnya bertubuh kecil, ramping, dan lemah lembut.
Setelah memenangkan medali emas, 10 Agustus kemarin, Khelif kabarnya akan membawa tuduhan-tuduhan hate speech yang ia terima ke jalur hukum.
Baca Juga: Kontroversi Upacara Pembukaan Olimpiade Paris 2024: ‘Queerphobia’ hingga Kritik ‘The Last Supper’
Siapa Imane Khelif?
Imane Khelif adalah seorang petinju profesional yang berasal dari Aljazair, sebuah negara di Afrika Utara yang dikenal memiliki sejarah panjang dalam olahraga tinju. Lahir pada tanggal 2 Mei 1999, Imane tumbuh dalam lingkungan yang penuh tantangan, tetapi hal ini justru memupuk semangat juangnya. Dikutip dari Reuters, Who is Imane Khelif, the boxer in Paris Olympics gender debate?, sejak usia dini, Imane sudah menunjukkan minat yang kuat terhadap olahraga, khususnya tinju. Meskipun tinju sering kali dianggap sebagai olahraga yang didominasi oleh pria, Imane tidak pernah ragu untuk mengejar mimpinya menjadi seorang petinju profesional.
Imane mulai berlatih tinju di usia muda, terinspirasi oleh cerita-cerita para petinju legendaris yang telah menorehkan prestasi di dunia olahraga ini. Ia memulai latihannya di klub-klub tinju lokal di Aljazair. Di sana dengan cepat, ia menunjukkan bakatnya yang luar biasa. Meskipun awalnya menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya dukungan dan fasilitas yang memadai, Imane tetap teguh dengan impiannya. Ia berhasil mengatasi hambatan-hambatan ini dengan dedikasi dan kerja keras yang tak kenal lelah.
Selain itu, latar belakang budaya dan sosial Imane juga berperan besar dalam membentuk karakternya sebagai seorang atlet. Di tengah lingkungan yang mungkin tidak sepenuhnya mendukung perempuan untuk terlibat dalam olahraga keras seperti tinju, Imane muncul sebagai sosok yang berani melawan stereotip dan norma-norma tradisional. Keberaniannya untuk menentang ekspektasi dan terus berlatih dengan tekun menunjukkan bahwa Imane memiliki mental yang kuat.
Baca Juga: Lindungi Atlet LGBTQ+, Grindr Matikan Fitur Lokasi di Wisma Olimpiade
Pencapaian Penting dalam Kariernya
Dikutip dari The Independent, Imane Khelif telah mencatatkan berbagai pencapaian penting sepanjang kariernya di dunia tinju, menjadikannya salah satu atlet paling berpengaruh di Aljazair. Bahkan di kancah internasional. Sejak memulai debutnya di dunia tinju profesional, Imane telah menunjukkan konsistensi dalam meraih kemenangan dan mengukuhkan posisinya sebagai salah satu petinju perempuan terbaik.
Medali dan Penghargaan yang Diraih
Salah satu pencapaian paling gemilang dalam karier Imane Khelif adalah keberhasilannya meraih medali di berbagai kompetisi tingkat nasional dan internasional. Imane pertama kali mencuri perhatian publik ketika ia berumur 19 tahun tampil dalam kejuaraan Tinju 2018 atauAIBA Women’s World Boxing Championships. Atas penampilannya di kejuaraan tersebut, Khelif berhasil menempati peringkat ke-17 yang disahkan oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA).
Lalu pada 2019, Imane mengikuti ajang Kejuaraan Dunia Tinju perempuan 2019, Khelif berhasil menduduki peringkat ke-19. Dan karena prestasi yang berhasil ia raih itu, ia lalu dilirik Aljazair untuk mewakili negaranya pada Olimpiade Tokyo 2020. Di Olimpiade Tokyo 2020, Imane Khelif mencapai perempat final di nomor lightweight 60 kg.
Salah satu momen puncak dalam karier internasionalnya adalah ketika ia berhasil meraih medali perak di Kejuaraan Tinju Dunia pada tahun 2022. Prestasi ini sangat berarti karena tidak hanya memperkenalkan nama Imane kepada dunia, tetapi juga menunjukkan bahwa petinju dari kawasan Afrika Utara mampu bersaing di tingkat dunia. Medali ini juga menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah olahraga Aljazair, mengingat jarangnya atlet perempuan yang meraih prestasi di cabang olahraga tinju.
Baca Juga: Olimpiade Berlin 1936 Hingga Piala Dunia Qatar 2022: Kisah Tuan Rumah Diboikot
Namun, Imane Khelif pernah didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia perempuan 2023 karena gagal dalam tes kelayakan gender. Isu ini kembali muncul saat Khelif berhasil mengalahkan Angela Carini di Olimpiade Paris 2024.
Kendati begitu, Diario AS, menyebut Imane Khelif bukanlah atlet transgender. “Imane terlahir sebagai perempuan tetapi mempunyai kelainan perkembangan seks (DSD) yang mungkin memberinya kromosom XY dan level testosteron yang mirip dengan atlet pria.”
Hasil tes IBA ini juga masih dipertanyakan sebab diduga punya banyak conflict interest. Imane sendiri tidak pernah mengidentifikasi diri sebagai transgender, laki-laki, atau interseks.