100% Manusia Festival Film 2019: Rayakan Keberanian dan Ketangguhan
Peningkatan intoleransi di Indonesia membuat satu-satunya festival film tahunan yang mengangkat isu HAM ini semakin relevan.
Festival film 100% Manusia kembali hadir pada tahun ketiga pada 20-29 September 2019, menghadirkan film-film yang mengangkat isu hak asasi manusia (HAM), gender, kelas sosial, dan isu-isu sosial politik lainnya.
Mengangkat tema resilience atau ketangguhan, 100% Manusia akan hadir di Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang, menayangkan 95 film nasional dan internasional yang diharapkan dapat berperan mendidik masyarakat, terutama untuk isu toleransi dan kesetaraan.
“Kami ingin merayakan bagaimana manusia Indonesia bisa tegar menghadapi masalah hidup dan memilih menghadapinya dengan berani. Termasuk mereka yang membuka jalan untuk toleransi, para penyintas ketidakadilan dan keinginan menciptakan lingkungan yang menghargai kesetaraan bagi semua,” kata Rain Cuaca, Direktur 100% Manusia Film Festival pada konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (12/9).
“Kami berharap tema ini bisa memberikan inspirasi bagi semua, terutama bagi mereka yang sedang merasa di bawah,” tambahnya.
Festival film ini telah meraih 1.500 penonton pada tahun pertama dengan menghadirkan 54 film. Sementara pada tahun 2018, jumlah penonton meningkat menjadi 4.514 orang dengan menayangkan 87 film.
Festival tahun ini menghadirkan 95 film berkualitas, seperti Working Woman (Israel) yang telah diputar di festival-festival bergengsi seperti Toronto International Film Festival 2018 dan Busan Film Festival 2018. Film-film lain adalah Nyanyian Akar Rumput, peraih penghargaan film dokumenter terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2018, serta Free Men (Swiss), dan Song Lang (Vietnam).
“Saya percaya meskipun kita masih mengalami banyak sekali ketimpangan, tapi salah satu upaya yang kita lakukan untuk terus berbuat baik adalah dengan take action. Seberapa pun kecilnya,” kata aktris Putri Ayudya, duta 100% Manusia Film Festival 2019.
“Menurut saya, 100% Manusia Film Festival ini adalah gestur besar untuk menunjukkan bahwa kita masih percaya dengan kemanusiaan. Kita percaya bahwa semua orang bisa berbuat baik, dan memilih untuk baik,” lanjutnya.
Selain menayangkan film, 100% Manusia Film Festival 2019 juga hadir dengan program-program lainnya seperti temu wicara (100% Nyinyir: Self Love dan 100% Talk: In-Chains), pameran seni, peluncuran buku, tur jalan kaki, dan lokakarya.
Baca juga: Good Pitch Dorong Perubahan Sosial Lewat Dokumenter
Buku yang diluncurkan antara lain buku mewarnai Tutur Feminis: Meluruhkan yang Biner karya Yulia Dwi Andriyanti, yang sesuai judulnya, membahas feminisme dan seksualitas. Ada juga diskusi buku anak-anak Creepy Case Club vol. 3 oleh Rizal Iwan dalam program 100% All You Can Read.
Festival ini juga kembali mengadakan 100% A Walk to Understand. Jika tahun lalu penyelenggara mengajak peserta menelusuri rumah-rumah ibadat di Jakarta, kali ini tur tersebut menyusuri lokasi syuting film kemanusiaan di Jakarta. Selain itu ada 100% Cinergi (Cinema Berbagi) yang memutar film untuk teman-teman difabel.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, 100% Manusia Film Festival 2019 hadir dengan program terbaru bernama 100% Manusia Premiere, yakni penayangan perdana film-film produksi lokal maupun internasional. Ada juga 100% Manusia DIY Filmmaking atau lokakarya pembuatan film seputar isu HAM, kali ini bersama pembuat film asal Amerika Serikat James Lefkowitz.
Seluruh pemutaran film dan acara di 100% Manusia Film Festival tidak dipungut biaya serta dilengkapi sesi diskusi bersama lembaga HAM, ahli terkait, dan pembuat film. Untuk informasi lebih lanjut tentang 100% Manusia Film Festival bisa dilihat di 100persenmanusia.com.