Issues

5 Artikel Pilihan: ‘Love in the Big City’ hingga Kebijakan yang Persulit Kelas Menengah 2025 

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari review ‘Love in the Big City’ hingga kebijakan kontroversial 2025.

Avatar
  • October 18, 2024
  • 3 min read
  • 23 Views
5 Artikel Pilihan: ‘Love in the Big City’ hingga Kebijakan yang Persulit Kelas Menengah 2025 

1. Kerja, Kerja, ‘Burnout’: Alasan Perempuan Karier Lebih Rentan Alami Gangguan Mental 

Dua tahun terakhir, “Alika” harus bergulat dengan kecemasan dan burnout (kelelahan mental). Penyebabnya karena beban kerja berat di perusahaannya. Terkadang saat gangguan mental melanda, ia bisa tak tidur semalaman atau tak makan sama sekali. Alika sendiri telah mencari bantuan konseling ke profesional, tapi kecemasan itu terkadang masih sering kambuh-kambuhan 

“Binar” juga punya pengalaman senada. Pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu tak cuma mengalami gangguan kecemasan dan depresi, tapi juga kerap merelakan waktu kebersamaan dengan keluarga. Kedekatannya dengan advokasi isu Hak Asasi Manusia (HAM) juga memperburuk emosinya. 

 

 

Baca selengkapnya di sini. 

2. 5 Kebijakan yang Mempersulit Kelas Menengah di 2025 

Sudah gaji pas-pasan, enggak mendapatkan bantuan pemerintah. Kalimat ini cukup menggambarkan nasib kelas menengah di Indonesia yang semakin hari semakin terimpit. Meski pendapatan cukup stabil dan bisa memenuhi kebutuhan hidup, faktanya kelas menengah lebih rentan miskin. 

Simak artikelnya di sini

3.  ‘Love in the Big City’: Cinta Platonik Antara Seorang Gadis dan Teman Gay-nya 

Jae-hee (Kim Go-eun) adalah perempuan yang menurut banyak orang “cewek gampangan”. Reputasi buruk itu lebih terkenal daripada personaliti aslinya. Konon, Jae-hee mengambil jurusan Sastra Prancis karena dia punya affair dengan profesornya. Jae-hee tidak peduli kata orang. Fashion sense-nya serampangan. Ia merokok dengan gaya tidak peduli. Setiap malam ia mabuk. Cowok datang dan pergi dalam kehidupannya. Tapi apakah ia benar-benar jatuh cinta? 

Heung-soo (Noh Sang-hyun) adalah lawan dari Jae-hee. Ia sengaja duduk di belakang untuk tidak menarik perhatian. Ia cerdas, tapi ia tidak mau menyombongkan diri. Berbeda dengan Jae-hee yang bisa bebas merdeka menjadi diri sendiri, Heung-soo menutup dirinya karena dia gay. Rahasia ini jangan sampai ketahuan siapa pun. 

Simak artikelnya di sini. 

4.  #MencatatPengalamanTranspuan: Mau Bagaimana pun Keadaannya, Ia Anakku (3) 

Aku mengalami pergumulan lama soal Essy, anakku. Namun perlahan aku menyadari, bagaimana pun kondisinya, apapun yang terjadi, dia tetaplah anakku. Tugasku sebagai ibu adalah mendoakan dan memastikan dia hidup dengan baik. 

Proses berdamai dengan kenyataan ini tentu tak mudah buat ibu sepertiku. Terlebih dari dulu aku terbiasa diajarkan soal gender biner: Lelaki dan perempuan saja. Jika menjadi seseorang yang lain, artinya kamu sedang melawan ajaran agama, menantang masyarakat. Akan tetapi, mendengar bagaimana cerita melela Essy, aku seperti ikut merasakan lukanya. Bagaimana mungkin aku membiarkan anakku terluka? 

Baca artikelnya di sini

5.  Dipaksa Pakai atau Lepas Hijab: Diskriminasi Perempuan di Tempat Kerja 

Di hari pertama “Zahra”, 28 bekerja di perusahaan tambang, seorang rekan kerja menegur karena ia berhijab. Kata rekan Zahra, atasan enggak suka karyawannya berpenampilan demikian. Meski tak pernah mendengar alasan lebih lanjut, sejak saat itu, Zahra melepas hijab setiap pergi ke kantor demi mengikuti “peraturan”.  

Sebenarnya, Zahra sempat mempertimbangkan untuk resign karena merasa tak nyaman tanpa mengenakan hijab. Namun, penghasilan dan tunjangan yang ditawarkan perusahaan bisa mencukupi tanggungannya: membiayai kebutuhan hidup orang tua dan pendidikan seorang adik. 

Baca artikelnya di sini



#waveforequality


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *