7 Catatan Penting dari Setahun Genosida Israel di Palestina
Tak cuma membuat rakyat Palestina menderita, korban kekejaman Israel juga merembet sampai Lebanon.
Sudah setahun genosida Israel di Gaza bergulir. Ketegangan di kawasan tersebut mengalami naik turun, dengan berbagai serangan yang menghancurkan. Rangkaian serangan ini tak cuma melahirkan krisis kemanusiaan, tapi juga politik internasional, serta pesimisme soal masa depan perdamaian di Timur Tengah.
Magdalene merangkum catatan penting soal genosida tersebut:
Baca Juga: Pasca-Penembakan Trump: Siapa Tersangkanya, Genosida di Gaza, Sampai Pengunduran Diri Joe Biden
- Serbuan Hamas
Di 7 Oktober 2023, ratusan pejuang Hamas menyusup ke Israel. Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini mengakibatkan lebih dari 1.200 orang meninggal, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan angka resmi dari Israel.
Jumlah ini termasuk para sandera yang kemudian meninggal atau terbunuh dalam tawanan di Jalur Gaza. Dikutip dari Kompas, Hamas disebut membawa 251 sandera kembali ke Gaza dengan beberapa di antaranya sudah tidak bernyawa. Setahun kemudian, sekitar 64 orang dilaporkan masih disandera, sementara 117 orang telah dibebaskan dan 70 orang dipastikan tewas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk membasmi Hamas.
- Israel Menyerang di Jalur Darat
Israel mulai mengebom Gaza dan semakin memperketat pengepungannya pada wilayah Gaza. Pada 13 Oktober 2023, Israel mengeluarkan perintah kepada warga sipil di Gaza utara untuk segera mengungsi ke selatan.
PBB lalu memperkirakan hampir semua penduduk Gaza yang berjumlah 2,4 juta jiwa pada akhirnya mengungsi. Pada 27 Oktober 2023, akhirnya Israel melakukan serangan darat. Dikutip dari CNBC Indonesia, Pada 15 November 2023, pasukannya menyerang rumah sakit paling besar yang ada di Gaza, Al-Shifa. Menurut Israel rumah sakit tersebut merupakan tempat Hamas untuk bersembunyi.
- Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera
Pada 24 November 2023, gencatan senjata selama seminggu antara Israel dan Hamas mulai berjalan. Dikutip dari VOA Indonesia, Dari kesepakatan, 50 perempuan dan anak-anak yang diculik dari Israel oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu akan dilepaskan sebagai pertukaran bagi 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang dipenjarakan di Israel.
Sebanyak 13 sandera juga dibebaskan dari Gaza pada 25 November 2023, dan kelompok sandera tambahan akan dibebaskan setiap hari selama gencatan senjata sampai total 50 orang bebas. Israel juga memperbolehkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza lewat Mesir. Namun situasi kemanusiaan di sana tetap mengerikan. Saat pertempuran berlanjut, Israel memperluas aksinya ke Gaza selatan.
Baca Juga: Setahun Kehancuran, Masihkah Ada Harapan Akhiri Genosida Israel di Gaza?
- 120 Warga Gaza Tewas Saat Serbu Truk Bantuan
Pada 29 Februari 2024, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, ada 120 warga Gaza utara ditembak oleh pasukan Israel waktu mereka menuju konvoi truk yang memberikan bantuan makanan. Israel mengatakan, tentara meyakini kalau mereka “menimbulkan ancaman”. Sejak Maret, beberapa negara memberikan bantuan ke Gaza lewat jalur udara.
Dikutip dari Al Jazeera, sebuah kapal bantuan pertama dari Siprus tiba pada 15 Maret 2024. Pada 1 April 2024, Dikutip dari BBC, tujuh pekerja bantuan dari badan amal AS, World Central Kitchen, terbunuh dalam serangan Israel, korbannya berkewarganegaraan Inggris, Polandia, Australia, Palestina dan juga termasuk seorang warga negara ganda AS-Kanada.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah mengakui kalau militer Israel menyerang “orang-orang yang tidak bersalah”, dan menggambarkannya sebagai sesuatu yang tragis dan tidak disengaja.
- Serangan Kamp Rafah
Pada 7 Mei 2024, Israel membombardir Rafah dengan ribuan roket. Padahal Rafah merupakan daerah yang menjadi tempat tinggal lebih dari satu juta pengungsi. Dikutip dari Reuters, ada kurang lebih 45 orang yang dilaporkan tewas karena serangan tersebut. Rata-rata dari korban merupakan, anak-anak, perempuan, dan lansia.
Serangan yang dilancarkan oleh Israel diklaim sebagai aksi balas karena sebelumnya, Hamas menembak beberapa roket ke arah Tel Aviv. Israel masih terus melakukan serangan meski sudah ada pengajuan oleh International Court of Justice (ICJ), supaya mereka menyetop serangan di Rafah. Israel sendiri memang menolak perintah ICJ dan berdalih, serangan di Rafah enggak akan menghabiskan warga sipil yang tinggal di sana.
- Serangan Tepi Barat
Pada 28 Agustus 2024, Israel meluncurkan sebuah operasi besar-besaran di Tepi Barat Palestina. PBB menyerukan supaya operasi tersebut segera diakhiri. Dikutip dari CNN Indonesia, serangan itu menargetkan setidaknya 3 wilayah Tepi Barat, yakni Jenin, Tulkarem, dan Tubas. Ketiga area itu diserang dengan drone, buldoser, sampai pasukan darat. Serangan Israel di Tepi Barat pun jadi serangan paling besar sejak Intifada kedua pada 2002. Intifada adalah gerakan perlawanan Palestina terhadap Israel karena merebut tanah mereka.
Baca Juga: #RuangAmanAnak: Luka Tak Terlihat Anak-anak di Jalur Gaza
- Serangan Lebanon
Ribuan pager dan walkie-talkie milik anggota Hizbullah di Lebanon tiba-tiba meledak secara berturut-turut pada 17 dan 18 September 2024. Dikutip dari CNBC Indonesia, sebanyak 26 orang meninggal dalam insiden tersebut. Hizbullah menuduh kalau Israel merupakan dalang dari ledakan tersebut.
Israel akhirnya mengumumkan sudah memperluas tujuan perang Gaza untuk mengamankan perbatasan utara dengan Lebanon, namun enggak mengaku bertanggung jawab atas peristiwa ledakan pager dan walkie-talkie.