Culture Screen Raves

4 Topik Penting dalam ‘M3gan’: dari Isu Parenting sampai Perempuan Pekerja yang Bahaya

M3gan tampaknya siap jadi boneka pembunuh buat generasi Tik Tok.

Avatar
  • January 30, 2023
  • 6 min read
  • 670 Views
4 Topik Penting dalam ‘M3gan’: dari Isu Parenting sampai Perempuan Pekerja yang Bahaya

Tak seperti di Indonesia, yang film horornya lumrah tayang kapan saja, Hollywood punya kerja lebih sistematis. Sebagai industri film terbesar di dunia, tempat putaran ekonomi perfilman berlangsung, film horor biasanya akan dijadwalkan tayang dekat-dekat dengan Halloween. Film-film seram buatan mereka akan menyerbu bioskop—dan layar streaming—di sekitar Oktober, sebelum film liburan Natal dan Tahun Baru menyerbu di Desember.

Baca juga: Wednesday Addams, Alter Ego yang Mungkin Kita Dambakan

 

 

M3gan, singkatan dari Model 3 Generative Android, film yang diproduseri James Wan (The Conjuring, Annabelle, Insidious, Aquaman) memilih Januari sebagai bulan rilis. Pilihan ini bisa punya dua arti: M3gan, film tentang robot-android-garis-miring-pembunuh-garis-miring-mainan-anak-anak ini, tak merasa perlu bersaing dengan film-film horor lain keluaran Oktober karena percaya diri akan tetap ditonton; atau ingin mencoba tren baru untuk menonton lebih banyak horor di luar musimnya.

Kedua alasan tersebut punya taruhan yang sama: filmnya harus laku keras di pasaran.

Di minggu pertamanya, M3gan masuk deretan Box Office tertinggi kedua, di bawah Avatar: the Way of Water, dengan capaian 30 juta dolar AS. Atau setara dengan Rp487 miliar. Saking suksesnya, sekuel kedua M3gan sudah diumumkan akan tayang pada Januari 2025.

Capaian ini melebihi ekspektasi para penerawang Box Office. Jadwal rilis M3gan yang tak lazim, serta ceritanya yang sudah sering dibuat ulang, jadi faktor utama tebakan keliru itu. Namun, apa saja sebenarnya yang bikin M3gan jadi tontonan seru dan berhasil viral di Twitter dan FYP di Tiktok?

  1. Cerita Boneka Pembunuh yang Didaur Ulang Berkali-kali

Cerita tentang boneka pembunuh sudah lebih dulu dipopulerkan Chucky, mainan populer di akhir 80-an yang dirasuki arwah pembunuh berantai bernama Charles Lee Ray. Saking populernya, film yang pertama kali rilis 1988 itu, telah punya delapan film dan satu series yang akan memasuki musim ketiganya.

Cerita serupa juga terjadi pada Annabelle, boneka yang hadir di film-film garapan James Wan, terinspirasi dari boneka asli milik pasangan pengusir setan, Ed dan Lorraine Warren. Boneka seram bermata lebar ini setidaknya sudah punya tiga film.

Resep serupa tampaknya ingin diulang James Wan lewat M3gan. Meski sama-sama memanfaatkan elemen boneka pembunuh, M3gan dibikin sedikit berbeda. Tak seperti Chucky ataupun Annabelle yang supranatural, M3gan diciptakan dari AI dan berlaku sebagai android. Dalam beberapa aspek, ia lebih dekat dengan anak-anak zaman sekarang yang terbiasa dan terlatih dengan teknologi AI.

  1. Horor dari Teknologi

Salah satu poin penting yang dihadirkan M3gan adalah diskursus lawas tentang: “Apakah teknologi betul-betul baik dan tidak mengancam eksistensi manusia?”

Sejak lama, film-film dengan tema robot, masa depan, dan AI telah mempertanyakan dualisme teknologi ini. Di satu sisi, hidup manusia betulan terbantu karena kehadiran teknologi-teknologi yang terus diciptakan dan dikapitalisasi. Namun, di saat bersamaan, ada faktor-faktor lain dalam hidup manusia yang akhirnya tergantikan oleh teknologi tersebut. Di titik tertentu, beberapa teknologi itu bahkan dianggap membahayakan eksistensi manusia.

Ketakutan-ketakutan itu yang hadir dalam film-film seperti waralaba Terminator, Ex Machina, Ghost in Shell, Her, Matrix, dan lainnya.

Baca juga: ‘Ngeri-ngeri Sedap’ dan Film Batak yang Berusaha Lepas dari Jakartasentris

Dalam M3gan, kontradiksi itu bahkan jadi sumbu utama. Gemma (Allison William), tokoh utama sekaligus pencipta android ini akhirnya harus bertarung dengan ciptaannya sendiri, demi melindungi eksistensi diri dan orang-orang di sekitarnya.

  1. Dibalut Isu Parenting dan Kesiapan Perempuan sebagai Ibu

Meski isu teknologi tampak lebih menonjol dalam M3gan, naskah film ini juga sebetulnya berpusar kuat pada isu parenting dan kesiapan perempuan menjadi ibu. Cady (Violet McGraw) yang tiba-tiba jadi yatim-piatu harus hidup dengan tantenya, Gemma, yang adalah perempuan pekerja lajang.

Perubahan mendadak itu bikin hidup keduanya terguncang. Cady yang masih syok harus berhadapan dengan kenyataan baru: tante yang juga masih syok dan tak tahu caranya mengurus anak 10 tahun. Pergulatan batin Gemma juga jadi elemen menonjol di film ini. Ia yang digambarkan pekerja keras, akhirnya memasrahkan urusan kemaslahatan Cady pada boneka android ciptaannya. Keputusan ini yang kemudian jadi titik kunci konflik, sekaligus satire yang dilempar film ini untuk orang tua modern.

Keputusan memberikan mainan ke anak-anak, terutama mainan dengan teknologi tinggi, tampaknya sudah jadi realitas jamak dan biasa saja. Sering kali, dalam proses penentuan keputusannya, orang tua tak lagi ambil pusing untuk mengenalkan mainan-mainan berteknologi tinggi ini pada anak. Tanpa mereka sadari, ada perubahan besar yang akhirnya memengaruhi cara anak tumbuh dan cara mereka—anak dan orang tua—berkomunikasi.

Dinamika hubungan Cady dan Gemma ini yang jadi pertunjukan utama, sekaligus sumber horor dalam film ini.

  1. M3gan adalah Horor Klasik yang Ingin Menakut-nakuti Perempuan, Terutama Perempuan Pekerja

Selain tiga unsur di atas, M3gan sejatinya adalah horor klasik. Ia punya final girl, boneka pembunuh sebagai sumber horor, horor yang terinspirasi dari kehidupan nyata, dan perempuan sebagai objek untuk ditakut-takuti.

Pernah berpikir kenapa horor identik dengan perempuan dan teriakan? Jawabannya tak jauh-jauh amat dari obsesi masyarakat kita mengontrol tubuh, pikiran, dan kehidupan perempuan.

Baca juga: Obrolan Candid dengan Gina S. Noer, Sutradara ‘Like & Share’: “I Walk the Talk”

Dalam ilmu kajian film, ada istilah final girl untuk mengidentifikasi karakter perempuan yang ditakut-takuti sejak awal oleh monster/setan/pembunuh di dalam film. Biasanya karakter ini akan bertahan hidup di ujung film, dan jadi yang paling terakhir melawan si monster. Dulu, di era 80-an sampai 90-an awal, final girl ini biasanya adalah mereka yang baik budi, perawan, tidak minum alkohol, dan segala hal yang diharapkan masyarakat patriarki dari citra “perempuan baik-baik saja”. Meski berujung selamat—dan biasanya dibikinkan sekuel—perempuan-perempuan ini akan dibikin gila atau “tidak bisa dipercaya”, setelah melewati peristiwa traumatis di film pertamanya.

Kajian tentang final girl dan cara film horor mengontrol perempuan ini bisa dibaca dalam buku Men, Women, and Chainsaw yang ditulis profesor kajian film, Carol Clover.

Dalam M3gan, final girl itu ada dua: Cady dan Gemma. Namun, musuh utama alias antagonis di film ini bukanlah M3gan, melainkan sifat Gemma yang berdaya sebagai perempuan pekerja.

Beberapa dialog di film ini bahkan terang-terangan ingin membingkai premis itu. M3gan beberapa kali bilang kalau Gemma bukan wali yang baik buat Cady. Dia juga mempertanyakan keputusan-keputusan Gemma yang mengutamakan pekerjaannya. Bahkan di satu adegan puncak, M3gan bilang, Gemma bukan perempuan baik dan tidak akan bisa jadi ibu yang baik.
Unsur lain yang juga hadir di film horor klasik adalah benda tajam (phallus). Ia sering muncul di babak terakhir, ketika karakter final girl bertarung hadap-hadapan dengan sang monster. Dalam M3gan, baik Cady dan Gemma menggunakan alat ini untuk menumbangkan si boneka android.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aulia Adam

Aulia Adam adalah penulis, editor, produser yang terlibat jurnalisme sejak 2013. Ia menggemari pemikiran Ursula Kroeber Le Guin, Angela Davis, Zoe Baker, dan Intan Paramaditha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *