Issues

Lagi dan lagi, Aturan ‘Nyeleneh’ yang Dibuat Twitter Bikin Warganet Muak

Aturan baru view limit di Twitter makin meresahkan para penggunanya. Akankah Twitter makin ditinggalkan?

Avatar
  • July 14, 2023
  • 5 min read
  • 977 Views
Lagi dan lagi, Aturan ‘Nyeleneh’ yang Dibuat Twitter Bikin Warganet Muak

Awal Juli lalu, Elon Musk menuai protes dari para pengguna Twitter akibat kebijakan barunya yang membatasi akun untuk membaca twit, ditentukan berdasarkan jumlah scroll per hari. Beragam respon mereka tuangkan dalam cuitan-cuitan. Bahkan kekesalan netizen ini sampai membuat #RIPTwitter trending di seluruh dunia.

Musk pun menjelaskan sistem baru ini dalam twitnya. Ia membagi akses pengguna dalam tiga kategori: akun terverifikasi bisa membaca enam ribu twit per hari, akun yang terverifikasi sebanyak enam ratus twit, dan tiga ratus twit per hari untuk akun baru yang belum terverifikasi.

 

 

Setelah membuat cuitan tersebut, ia mengubah aturannya menjadi delapan ribu twit untuk akun terverifikasi, belum terverifikasi jadi delapan ratus hingga seribu twit dan belum terverifikasi menjadi empat ratus sampai lima ratus twit per harinya.

Musk mengatakan aturan baru ini bertujuan untuk mencegah pengikisan data dan manipulasi sistem dalam tingkat ekstrem. Ia juga mengatakan membuat view limit ini karena semua orang telah kecanduan Twitter dan perlu keluar rumah untuk menikmati dunia.

Sebetulnya aturan yang dianggap nyeleneh oleh pengguna Twitter ini bukan kali pertama dilakukan oleh Musk. Ada beberapa aturan lain yang cukup membuat resah para pengikutnya. Tapi sebelum mengetahui aturan-aturan lainnya, kita perlu tahu sedikit fakta tentang Twitter yang dibeli Musk.

Baca juga: Is Mastodon the New Twitter?

Kenapa Elon Musk Memutuskan Membeli Twitter?

Musk membeli Twitter pada bulan Oktober 2022 lalu dengan harga 44 miliar dolar Amerika Serikat menurut New York Times.  Sebelum dikenal sebagai pemilik di Twitter, Musk sendiri lebih diketahui sebagai pemilik perusahaan Tesla dan Space X. Ia juga menjadi orang terkaya nomor satu di dunia berdasarkan hasil dari Forbes Real Time.

Ada beberapa alasan Musk kenapa akhirnya memutuskan untuk membeli Twitter. Hal ini diungkapkan melalui akun Twitter pribadinya. Pertama ia ingin Twitter menjadi platform yang bisa dipercaya publik dan juga lebih inklusif. Meski proses ini akan membutuhkan waktu yang panjang.

Musk bilang kalau pembelian Twitter bukan semata-mata karena uang, tapi memang ingin membuatnya lebih berkembang dari sebelumnya.

Kedua, Musk bertekad untuk memerangi pasukan bot yang selama ini sering meresahkan pengguna Twitter. Ia juga ingin Twitter agar mempunyai tombol edit untuk bisa mengubah apa yang mereka tuliskan sebelumnya.

Alasan terakhir yang ketiga, Musk ingin orang-orang lebih bebas dalam berbicara dan mengutarakan pendapatnya. Kebebasan ini mesti diimbangi dengan batas-batas hukum yang berlaku. Menurut Washington Post, rencana ini dikritik oleh banyak pihak. Mereka beranggapan ini akan membuat banyak akun-akun ekstrem memanfaatkan kesempatan dengan membuat konten yang kontroversial.

Hal ini lalu menjadi kenyataan ketika akun Donald Trump kembali aktif setelah Musk mengambil alih kepemilikan Twitter. Padahal akun Trump sempat ditutup secara permanen oleh Twitter, karena cuitannya banyak mengandung ujaran kebencian.

Kembalinya akun Donald Trump pun menandai awalnya banyak perubahan yang terjadi dalam Twitter. Ada banyak lagi perubahan diiringi aturan-aturan baru yang dibuat oleh Musk.

Baca juga: Mass Migration From Twitter to Threads, What Will Happen to Twitter?

Aturan-aturan Twitter yang Dibuat Elon Musk

Selain aturan view limit yang baru-baru ini dibuat Musk, ada aturan lainnya sebelum itu. Dilansir dari Social Media Today, Musk membuat empat perubahan sejak ia mulai memimpin Twitter.

Pertama, akun terverifikasi atau centang biru diharuskan membayar delapan dolar Amerika Serikat setiap bulannya. Alasannya karena Musk ingin agar Twitter mengurangi ketergantungan mereka pada iklan. Ia ingin agar konten yang dihasilkan oleh akun centang biru lebih berkualitas.

Kedua, pemulihan akun-akun yang sempat dilarang oleh Twitter sebelum diambil alih oleh Musk. Hal ini bisa terlihat dengan kembalinya akun Donald Trump tadi. Ada sekitar enam puluh ribu akun yang dipulihkan. Musk menilai agar akun ini bisa kembali memulai konten baru dengan lebih aman dan bersih tanpa melanggar seperti sebelumnya.

Ketiga, melarang akun pengguna Twitter untuk berbagi lokasi secara langsung. Musk membuat aturan ini karena punya pengalaman ketika putranya diikuti oleh penguntit. Maka dari itu ia mengambil tindakan tegas ini untuk menghindari potensi bahaya tersebut.

Keempat, Musk melarang Twitter semua tautan ke aplikasi sosmed seperti Facebook, Instagram, Mastodon, Truth Social, Tribel, Nostr dan Post. Karena semua aplikasi ini bagi Musk adalah saingan Twitter sehingga tak perlu ada hubungan dengan mereka.

Tapi mengapa Youtube dan TikTok tidak dimasukkan? Alasannya karena menurut Social Media Today, Youtube yang perusahaan induknya Google sangat penting bagi keberlangsungan Musk and Co. Sedangkan TikTok, karena banyak digunakan di China, maka jika Musk mengusiknya, bisa jadi perusahaan Tesla tak akan berkembang di sana. Untuk itulah Musk memerlukan keduanya.

Baca juga: Gaya ‘Hardcore’ Elon Musk di Twitter: Enggak Perlu, Banyak Ruginya

Platform Selain Twitter

Rani, 27 tahun, seorang karyawan swasta dan pengikut Twitter dari awal mengatakan ketika diwawancarai melalui telepon mulai resah dan risih karena banyak aturan baru yang tak masuk akal. Akibatnya ia pun mulai beralih ke aplikasi lain.

Sekarang memang sudah banyak aplikasi yang dianggap akan menjadi ‘pengganti’ Twitter. Salah satunya Mastodon, sejak Musk masuk ke internal Twitter, banyak orang berbondong-bondong yang mulai hijrah ke aplikasi ini. Alasannya karena tampilannya dan cara mainnya hampir mirip dengan Twitter. Sehingga tak perlu bersusah payah untuk mempelajari sistem yang baru. Bahkan menurut Forbes sudah ada lebih dari satu juta pengguna aktif di sana.

Lalu sekarang muncul aplikasi Threads yang baru dikeluarkan oleh Meta awal Juli lalu. Kemunculannya pun disambut antusias dengan mencapai pengikut lebih dari satu juta orang dalam sehari. Tampilan Threads juga mirip sekali dengan Twitter.

Beberapa pengguna Threads seperti Gigi, 26 tahun, seorang freelance mengatakan aplikasi ini seperti nostalgia saat Twitter masih belum punya banyak aturan dan iklan seperti sekarang. “Benar-benar mirip banget dengan Twitter waktu awal-awal aku masuk. Gak ada shopee affiliate dan iklan-iklan yang ngeganggu,” ujarnya.

Jadi pertanyaannya apa kamu sudah siap untuk sepenuhnya beralih dari Twitter ke platform lain? Memang prosesnya tak akan mudah karena sudah banyak orang yang mungkin terikat dengan Twitter. Tapi apa pengguna Twitter akan terus bertahan jika aturan baru nyeleneh lain muncul lagi, diharapkan semoga tak ada lagi.



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *