Satu Dekade Nandur Srawung: Lebih Inklusif dan Kreatif
Gelaran Nandur Srawung X bertajuk Habitat: Loka Carita digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 15-28 Agustus 2023.
Memasuki usia satu dekade, Nandur Srawung (NS) tampil dengan wajah baru dalam wujud logo yang mudah dikenali masyarakat global. Perhelatannya tahun ini kembali dikuratori oleh Arsita Pinandita, Bayu Widodo, Irene Agrivina, Rain Rosidi, dan Sudjud Dartanto.
Acara yang digelar pada 15-28 Agustus 2023 itu mengangkat tajuk Habitat: Loka Carita. Habitat artinya lingkungan tempat tinggal organisme tertentu. Sementara, konsep loka merujuk pada tempat dalam kebudayaan atau masyarakat tertentu. Carita dari Bahasa Jawa dimaknai sebagai kisah atau cerita yang salah satunya disampaikan secara lisan.
Baca juga: ‘Speak up’: Saat Anak-anak Bicara Kekerasan lewat Seni
Rain Rosidi dalam rilis resmi yang diterima Magdalene mengungkapkan, ada beberapa eksplorasi gagasan yang diketengahkan dalam acara itu. Di antaranya, kesadaran akan habitat kehidupan yang sehat, aman, dan inklusif melalui pengamatan dan penyelidikan atas situs dan narasi yang muncul di sekitarnya. Nantinya, para seniman lokal dan internasional bakal menerjemahkan kesadaran tersebut dalam karya masing-masing.
Ada enam bagian besar yang disorot dari acara ini, yakni spiritualitas, lingkungan (ekologi), identitas & inklusivitas, aktivisme, teknologi, dan kesadaran sejarah (literasi).
Hajatan Nandur Srawung 2023 bekerja sama dengan Zulfian Amrullah, perancang pameran yang menangani tata ruang pamer. Ia juga merupakan seniman yang menciptakan karya fasad yang merespons tema Habitat: Loka Carita.
Sebagai pemantik, ada pra-acara yang digelar bertajuk “Nandur Gawe: Residensi Seni di Situs Lokal DIY”. Residensi seni ini diikuti sepuluh partisipan, lokal dan internasional, di 5 titik situs DIY. Mereka ada di Kota Yogyakarta: Kampung Ketandan, Kabupaten Sleman: Pesanggrahan Ambarukmo, Kabupaten Gunungkidul: Pohon Resan, Kabupaten Bantul: Makam Seniman Giri Sapto dan Kabupaten Kulonprogo: Cagar Budaya Bulurejo.
Selain pameran sebagai agenda utamanya, tahun ini Nandur Srawung merancang program pra-acara lainnya. Acara tersebut bertajuk kelas “Srawung Sinau: Lokakarya bersama Praktisi”. Program edukasi ini adalah sarana berbagi dan pertukaran ilmu dari praktisi di balik layar penyelenggaraan acara seni yang penting bagi keberlangsungan ekosistem seni. Program ini berkolaborasi dengan praktisi-praktisi yang ahli di bidangnya dan terbagi dalam tiga kategori kelas, yaitu Rancang Bangun Pameran Seni oleh Zulfian Amrullah, Penangan Seni oleh Soga Studio, dan Penulisan Proposal Pameran Seni oleh Irene Agrivina.
Baca juga: Usung Tema ‘Esok’, Jakarta Biennale Kembali Hadir Setelah Absen 4 Tahun
Jika kamu tertarik mengunjungi acara ini, pameran Nandur Srawung bisa kamu ikuti secara gratis setiap harinya pukul 11.00-21.00 WIB. Selain mengunjungi pameran, pengunjung dapat turut berpartisipasi dan berkontribusi dalam program-program harian inovatif, dari bursa seni, tur kuratorial, hingga panggung srawung.