Feminism A to Z Gender & Sexuality Issues

Pekan Kesadaran Biseksual: Mematahkan 5 Mitos tentang Biseksual

Sebuah studi menyebut, orang biseksual cenderung lebih stres ketimbang orang heteroseksual dan homoseksual.

Avatar
  • September 22, 2023
  • 5 min read
  • 6750 Views
Pekan Kesadaran Biseksual: Mematahkan 5 Mitos tentang Biseksual

Di belantara LGBTQIA, representasi kelompok biseksual, aseksual, dan interseks masih sangat minim. Kalau pun ada, belum tentu digambar dengan sehat atau positif. Karakter Nick dari Heartstopper ternyata menuai pujian di media sosial, terutama Twitter.

Caranya menemukan diri sendiri, mengetahui identitasnya sebagai biseksual, dan coming out sesuai waktunya sendiri adalah perjalanan menarik yang bikin karakter Nick banyak disukai. Di salah satu adegan, Nick mengetikkan “Am I bisexual?” di kotak pencarian Google, lalu tak sadar mengeluarkan air mata setelah menonton video di youtube dan ikut kuis di internet. Kerentanannya mencari tahu identitas sendiri lewat sumber-sumber terbatas adalah pengalaman kolektif orang-orang queer yang bikin Nick jadi relatable.

 

 

Buat kelompok biseksual, adegan Nick kebingungan karena tertarik pada Keira Knightley dan Orlando Bloom dalam Pirates of the Caribbean juga jadi tontonan ikonik. Ditambah dengan adegan melela-nya yang menggunakan bahasa sendiri, plus respons ibunya yang langsung memeluk dan menangis haru, bikin Nick jadi salah satu representasi karakter biseksual paling sehat yang pernah saya tonton.

Bagaimana Charlie tersenyum saat Nick coming out padanya, dan tidak mempertanyakan identitas biseksual Nick juga pilihan sederhana yang menambah manis serial ini.

Di dunia nyata, diskriminasi pada orang-orang biseksual masih lebih liar. Keira, bukan nama sebenarnya, cerita tentang pengalamannya sering mendengar lelucon tentang bi-erasure (sikap yang menganggap biseksualitas cuma fase atau tidak nyata seperti orientasi seksual lainnya). “Kadang innuendo aja, tapi lama-lama kalau didengar terus-terusan jadi mikir juga kan ya, kayaknya lu pada beneran gak percaya gue exist sih,” katanya pada saya. Sebetulnya, Keira merasa beruntung karena bisa hidup dan bekerja di lingkaran orang-orang yang sudah mengerti keragaman gender (SOGIESC). 

Namun, dia sulit menampik bahwa pemahaman tentang bi-erasure itu masih tertanam di banyak orang. “Buat yang straight (heteroseksual), gue gay. Buat yang gay, gue kurang gay alias hetero,” katanya sambil tertawa.

Menurutnya, kesadaran untuk tidak menginvalidasi orientasi seksual seseorang adalah perjalanan dan perjuangan yang masih berlangsung. “Yang homo(seksual) aja masih didiskriminasi kan, ya kadang-kadang gue juga merasa yaudah deh masih berjuang juga semuanya. Ayo berjuang sama-sama aja,” tambah Keira.

Setiap tahunnya, GLAAD, Bisexual Resource Center, dan Still Bisexual memperingati tanggal 16-23 September sebagai Pekan Kesadaran Biseksual. Dan memperingati 23 September sebagai Hari Kesadaran Biseksualitas.

Berikut adalah beberapa mitos tentang biseksualitas yang sering dihadapi orang-orang biseksual.

Baca juga: Mengapa Perempuan Lebih Cair Mengidentifikasi Diri Biseksual? Riset Ini Coba Menjawabnya

1. Biseksual Cuma Fase

Meski, beberapa orang memang melewati fase biseksual dalam hidup mereka karena pengalaman seksualnya yang berkembang di sepanjang hidup, beberapa lainnya tidak begitu. Biseksualitas menetap di mereka.

Sam Neath, perwakilan Pride di Gloucestershire, kepada Independent menyebut, menjadi biseksual adalah pengalaman sebagian besar orang. “Mereka selalu tertarik pada lebih dari satu gender. Dan itu terjadi dalam seumur hidup mereka,” katanya.

Kebiasaan menyebut biseksual cuma sebagai fase ternyata berdampak besar buat individu biseksual sendiri. Studi Who Am I, salah satu penelitian tentang biseksual terbesar yang dilakukan La Trobe University di Australia menyebut, orang biseksual cenderung lebih stres ketimbang orang heteroseksual dan homoseksual.

Mereka sering kali dibikin bingung dan merasa harus memilih salah satu orientasi seksual tertentu, selain biseksual, supaya dianggap wajar dan merasa diterima.

2. Tidak Semua Biseksual adalah Laki-laki Atau Perempuan Cisgender

Gagasan tentang biseksualitas hanya dialami orang-orang cisgender adalah semu. Cisgender sendiri adalah istilah untuk menjelaskan orang-orang yang memakai gender yang diberikan padanya saat lahir seumur hidup. Misalnya, laki-laki cisgender atau perempuan cisgender.

Gagasan di atas menganggap orang-orang nonbiner (nonbinary) atau transgender tidak bisa mengidentifikasi diri sebagai biseksual. Faktanya, orang-orang NB dan transgender sudah memakai istilah biseksual sejal 1990, menurut catatan We Are APTN.

“Orang-orang biseksual adalah mereka yang tertarik pada gender seperti milik mereka, atau yang berbeda dengan mereka. Dan ketertarikan itu mungkin termanifestasi dalam berbagai bentuk pada berbagai gender,” tulis mereka dalam postingan memperingati Pekan Kesadaran Biseksual.

Baca juga: Diskriminasi LGBT di Dunia Kerja: Tidak Melela Pun Dicerca

3. Biseksual Tidak Sama dengan Panseksual

Belum tuntas perundungan dan diskriminasi yang dihadapi orang-orang biseksual, tendesi bi-erasure itu makin terasa tajam ketika istilah panseksual mulai ramai muncul.

Sebelum menjelaskan perbedaannya, memahami bahwa memvalidasi semua istilah yang digunakan orang-orang untuk mendeskripsikan dirinya adalah kunci. Proses ini penting karena jadi bagian dasar saat kita belajar dan mengenal keragaman seksualitas.

Mengidentifikasi diri sebagai panseksual berarti kamu memiliki ketertarikan pada orangnya, terlepas dari gender mereka. Sementara mengidentifikasi sebagai biseksual berarti memiliki ketertarikan seksual atau romantis dengan lebih dari satu gender.

4. Orang Biseksual Sangat Seksual Alias Sangean

Tertarik pada lebih dari satu gender bikin orang-orang biseksual sering disangka sangat seksual alias sangean. Misalnya, seperti yang disampaikan Sam Neath, banyak karakter biseksual di tontonan kita di-oversexualise, karena dianggap bisa tertarik pada lebih dari satu gender. 

Dirinya sendiri pernah mengalami hal itu. Pertanyaan pertama yang ditanyakan padanya saat orang lain tahu kalau ia seorang biseksual adalah, “Pernahkah kamu melakukan threesome? Atau ikutan?”

Oversexualisation (seksualisasi berlebihan) ini bisa berdampak buruk terutama pada perempuan. Sebab, sering kali dijadikan objek seksual atau “sesuatu yang unik” oleh orang-orang heteroseksual.

Baca juga: Siapa Yang Paling Berhak Bicara Tentang LGBT?

5. Harus 50:50 pada Kedua Gender

Orang-orang heteroseksual sering kali berpikiran biner (dualisme seperti hitam-putih, baik-buruk). Begitu pula saat membicarakan biseksualitas. Orang-orang biseksual sering dianggap akan berlaku sama rata pada gender yang mereka sukai, terutama laki-laki dan perempuan dalam pandangan biner patriarki.

Namun, kenyataannya seperti orientasi seksual lainnya, biseksual juga ada dalam spektrum besar. Seorang perempuan cisgender biseksual misalnya, bisa saja lebih sering memiliki hubungan seksual dengan perempuan seumur hidupnya ketimbang dengan laki-laki. Meski ia sebetulnya juga tertarik secara seksual dengan laki-laki.



#waveforequality


Avatar
About Author

Aulia Adam

Aulia Adam adalah penulis, editor, produser yang terlibat jurnalisme sejak 2013. Ia menggemari pemikiran Ursula Kroeber Le Guin, Angela Davis, Zoe Baker, dan Intan Paramaditha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *