Mayoritas umat Kristen yakin, Natal adalah kristenisasi dari perayaan-perayaan pagan. Misalnya, pemujaan dewa matahari (Sol invictus), pemujaan dewa Saturnus (Saturnalia), dan pemujaan dewa matahari dari Persia yang diadopsi oleh masyarakat Romawi (Mithras).
Dalam bahasa akademik, kristenisasi perayaan pagan disebut dengan Historical Religions Theory atau teori sejarah agama. Menurut teori ini, penetapan kelahiran Yesus dan penetapan perayaan Natal pada 25 Desember terjadi pada abad 4 Masehi.
Namun, terdapat bukti-bukti dari manuksrip dan teori, sebenarnya Natal telah ada jauh sebelum abad 4 M. Apa alasannya?
Baca juga: Caraku Memandang #PrideMonth dengan Kacamata Kekristenan
Tanggal 25 Desember Sebagai Kelahiran Yesus
1. Berdasarkan manuskrip
Beberapa manuskrip dari abad 3 M menunjukkan penetapan tanggal kelahiran Yesus, baik secara tersurat maupun tersirat.
Hypolitus (170-235 M), seorang teolog dan tokoh Gereja Katolik di kota Roma, Italia, menyinggung saat kelahiran Yesus di dalam teks Komentar Nabi Daniel (204 M). Di dalam teks tersebut tertulis Yesus dilahirkan “di Bethlehem, 8 hari sebelum kalender Januari (25 Desember), pada hari keempat (Kamis),…”. Hypolitus menggunakan perhitungan kalender Julian, yaitu kalender yang berpatokan pada rotasi bumi terhadap matahari, dan mulai diterapkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM.
2. Menurut Calculation Theory
[Teks De Pascha Computus (243 M) yang merupakan penjelasan seputar perhitungan penetapan Paskah, dan keterangan dari sejarawan Kristen, Sextus Julius Africanus (160-240 M), dapat dirujuk sebagai dasar penghitungan tanggal kelahiran Yesus]. Berdasarkan sumber tersebut, penetapan tanggal kelahiran Yesus dapat dihitung dengan berpatokan pada tanggal kematian Yesus. Yesus wafat di kayu salib pada 25 Maret (kalender Julian).
Tradisi Yahudi meyakini peristiwa awal mula dikandung dalam rahim atau kelahiran dari orang suci terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dengan peristiwa kematian (integrative age). Dari asumsi teologis ini, disimpulkan, inkarnasi atau penjelmaan roh dalam wujud manusia, dari Yesus Kristus terjadi pada 25 Maret ketika Yesus dikandung di dalam rahim Maria.
Dari 25 Maret inilah kemudian disimpulkan secara hipotetis bahwa Yesus lahir 9 bulan setelah dikandung, yaitu 25 Desember. Cara perhitungan dengan menggunakan asumsi teologis semacam ini dikenal dengan istilah Calculation Theory.
Berdasarkan teori itu, penetapan saat kelahiran Yesus tidak ada kaitannya dengan perayaan sol invictus, saturnalia dan mithras karena perayaan-perayaan pagan tersebut tidak jatuh pada 25 Desember.
Sol invictus kemungkinan dirayakan pada 8, 9, atau 28 Agustus, 19 atau 22 Oktober, atau 11 Desember. Saturnalia dirayakan antara 17- 23 Desember. Terkait Mithras, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa kultus ini dirayakan pada 25 Desember.
Baca juga: Kita Lupa Mendoakan Hal-hal Ini
Rujukan Teks Terkait Perayaan Natal
Terkait bukti perayaan Natal sebelum abad 4 M, ada beberapa teks yang dapat dirujuk. Tiga diantaranya adalah Didascalia Apostolorum, Liber Pontificalis dan Epistle of Theophilus. Ketiga teks tersebut memberikan informasi kehidupan Gereja perdana seputar aturan moral, peribadatan, dan daftar para Paus, pemimpin tertinggi gereja Katolik Roma.
Didascalia Apostolorum adalah kumpulan tulisan yang muncul sekitar tahun 250 M. Teks ini menyinggung perihal perayaan Epifani (Penampakan). Gereja Katolik merayakan Epifani untuk memperingati kedatangan tiga orang majus (orang-orang bijak) ke kandang Bethlehem. Gereja Kristen Timur dan Ortodoks merayakan Epifani untuk memperingati peristiwa pembaptisan Yesus. Di dalam tradisi umat Kristen Timur, Ortodoks, dan Katolik, perayaan Epifani merupakan salah satu rangkaian dari perayaan Natal. Didascalia Apostolorum dapat menjadi bukti petunjuk bahwa Natal sudah dirayakan sebelum abad 4 M.
Di dalam teks tersebut, dikatakan perayaan Epifani dirayakan pada 6 Januari dalam kalender Julian. Jika dikonversi ke kalender Gregorian, kalender yang juga berpatokan pada rotasi Bumi terhadap matahari dan kita gunakan sejak tahun 1582 M hingga saat ini, perayaan Epifani jatuh pada 25 Desember.
Bukti yang lebih kuat adalah Liber Pontificalis. Teks ini berisikan semacam biografi singkat para paus. Di dalam teks tersebut, dikatakan bahwa Paus Telesphorus yang menjabat dari tahun 125 M – 136 M memerintahkan sebuah perayaan pada malam kelahiran Yesus Kristus. Memang tidak tertera secara eksplisit penetapan tanggal perayaan Natal. Akan tetapi, Liber Pontificalis menjadi bukti bahwa perayaan Natal sudah dirayakan pada awal abad 2 M.
Baca Juga: 8 Ide Perayaan Natal dan Tahun Baru di Kantor
Sementara itu, Epistle of Theophilus menyebutkan Desember sebagai tanggal perayaan kelahiran Yesus. Teks tersebut menjadi petunjuk bahwa perayaan kelahiran Yesus sudah dilakukan sebelum tahun 196 M, sehingga besar kemungkinan Natal telah dirayakan sebelum itu.
Ketiga teks di atas menunjukkan bahwa asal usul Natal bukanlah perayaan Sol Invictus, Saturnalia, atau Mithras. Perayaan Natal sudah dirayakan oleh umat Kristiani sejak abad 2 M.
Martinus Ariya Seta, Dosen Universitas Sanata Dharma.
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.