Mengalami “BRAT”, Mendalami Sisi ‘Pop Girlie’ Charli
Lirik tajam, musik elektro bikin joget, dan pemberontakan khas pop girlie dihadirkan Charlie dalam Brat.
Pertama kali mendengarkan album terbaru Charli XCX, “BRAT”, rasanya seperti tersesat di dalam klub yang menyenangkan, penuh degup tempo musik futuristik, dan diisi crowd yang tau caranya bersenang-senang.
“BRAT” dibuka dengan lagu penuh energi, “360.” Dentuman synth menyambar dengan tempo teratur. Saat kita mulai familiar, suara Charli masuk, I went my own way and I made it / I’m your favorite reference, baby. Membuat kita langsung tahu, bahwa ini jenis lagu feel-good dan bisa dibawa joget. Tipikal yang merayakan diri sendiri. Liriknya penuh semangat dan mengajak untuk percaya diri. Charli bilang dia ada di mana-mana, dan selalu jadi referensi semua orang.
Single ini langsung ditangkap penggemar Charli dengan baik. “360” lalu populer dengan cepat di TikTok, terutama karena hook di bagian chorus: When you’re in the mirror, you’re just looking at me / I’m everywhere, I’m so Julia. Bagian ini dipotong dan dijadikan latar musik video orang-orang yang merasa it girl.
Namun, di tengah tumpukan video yang merayakan lagu ini sebagai penyemangat, pertanyaan tentang siapa Julia juga tak kalah ramai. Ternyata lirik itu merujuk pada Julia Fox, aktor dan sosialita yang adalah It Girl pada masanya. Nama Julia sendiri meledak setelah filmnya Uncut Gems (2019). Setelah ramai jadi pemain film, Julia juga jadi pembawa acara di TV, podcast, dan semacamnya. Betul-betul everywhere, seperti yang dicatat Charli dalam liriknya.
Baca juga: Review ‘Hit Me Hard and Soft’: Album Billie Eilish Terbaik
Tema It Girl kemudian dipertebal Charli dalam video musik “360”. Ia mengumpulkan semua It Girl, lalu mengadakan meeting untuk memutuskan siapa dan apa yang layak jadi It Girl selanjutnya. Obrolan itu tentu saja sekaligus jadi sindiran buat mereka yang masih meremehkan Charli, terutama tentang statusnya sebagai pop girlie arus utama.
Buat yang sudah mendengar musik Charli sejak lama, tahu bahwa personanya di dunia musik pop selalu dipertanyakan. Fry voice, musik elektronik ala milenium, dan tempo khas klub underground sudah jadi ciri khas sang musisi yang tahun ini berusia 31 ini. Ia selalu dibanding-bandingkan dengan Britney, bahkan Gaga tapi sebagai kelas B-nya. Meaghan Garvey dari Pitchfork mencatat kritik terhadap Charli ini sudah hadir sejak lama sekali, bagaimana pendengar dan kritik pada musiknya seolah terlalu fokus dengan posisi sang musisi di kelas arus utama. Namun, lewat “360”, Charli menjawab keributan-tidak-perlu itu dengan jelas: Charli XCX adalah Pop itu sendiri. Dia tak pernah mempermasalahkan soal posisi itu. Charli tau dia keren.
Bagi Garvey sendiri, “360” adalah “lagu pop termurni” Charli.
Setia pada Konflik Batin Seorang “Pop Girlie”
“BRAT” adalah album studio keenam Charli sepanjang kariernya. Sebelumnya, ia sebetulnya sudah lama dikenal sebagai pencetak musik pop-elektronik yang meledak dan membekas di kepala sekaligus lantai dansa. Di usia 20-an, Charli mempersembahkan “Boom Clap” sebagai single sendiri, dan lagu duet “I Love It” dengan Icona Pop serta “Fancy” dengan Iggy Azalea. Dia bahkan melahirkan “Vroom Vroom” bersama santo hyper-pop, mendiang Sophie.
Ciri khas musik elektronik dan lirik ala pop girlie sudah hadir di album “Pop 2” (2017) dan “Charli” (2019). Namun, “BRAT” adalah ungkapan keberanian Charli sebagai ikon musik pop elektronik hari ini.
Meski mengumbar “BRAT” sebagai album khusus musik klub, di dalamnya kita juga bisa menemukan kerapuhan. Lagu-lagu yang diputar dengan beat lantai dansa, suara digoreng khas Charli, tapi dibantai dengan lirik menyakitkan yang dinyanyikan lirih. Misalnya seperti dalam lagu “I might say something stupid”.
Di track 3 ini, dia masih bercerita tentang keresahannya dianggap tenar-tapi-tidak-sepopuler-itu. Keresahan ini terasa jujur, terutama di era para musisi kelas milyuner ramai menciptakan lagu tentang jadi medioker—sesuatu yang mustahil mereka rasakan. Setidaknya, dalam “BRAT”, Charli bercerita tentang konflik batinnya sebagai pop girlie. Ia setia pada tema-tema seperti jadi swag, kesepian, insecurity, serta ketenaran, dan pertemanan di kelas musisi dunia.
Baca juga: Review Album ‘Midnights’ Taylor Swift: Belajar Mencintai Sisi Gelap Kita
Hijau Lemon “BRAT” dan Kekuatan Super Meme
Semenjak Charli merilis beberapa single utama dari “BRAT”, rasanya susah tidak terpapar kotak persegi hijau lemon (lime green) yang jadi meme di media sosial. Sampul album ini cepat sekali diternak para fans Charli jadi macam-macam konten media sosial. Internet makin gila—tidak dengan maksud merendahkan ODMK atau ODGJ—saat Charli mengumumkan ada tiga track tambahan lengkap dengan sampul baru bertuliskan, “brat and it’s the same but there’s three more songs so it’s not“.
Tiba-tiba, hijau adalah hitam yang baru. Semua orang akan mengunggah segala hal berwarna hijau lemon dan melampirkan salah satu track dari “BRAT” di TikTok atau story dan feed Instagram mereka. Charli bahkan sempat mencuit, “well i’ve seen brat green penis on my tl.. love u guys !”.
Sebetulnya, Charli sendiri—seperti kebanyakan musisi besar—bilang kalau album ini adalah personal favourite-nya. Sebuah teknik promosi usang yang selalu diulang. Tapi, teknik itu terasa tak perlu-perlu amat, akibat kegigihan para penggemarnya.
Lima belas lagu dalam “BRAT” tampaknya berhasil menggerakan masanya sendiri untuk jadi album yang sulit dilupakan, terutama buat musim panas tahun ini. Beberapa hari terakhir, Charli bahkan meng-embrace istilah brat summer yang populer gara-gara merayakan “BRAT” sebagai album joget mereka. Terserah mau diputar di mana: di lantai dansa atau saat kamu mengentaskan satu sesi workout di gym.