Health Lifestyle

Apa itu ‘Medical Gaslighting’ dan Kenapa Perempuan Lebih Rentan Jadi Korban?

Ternyata keluhan kesakitan perempuan sering kali disepelekan, bahkan dianggap tak terjadi. Situasi ini biasa disebut medical gaslighting.

Avatar
  • October 28, 2024
  • 5 min read
  • 672 Views
Apa itu ‘Medical Gaslighting’ dan Kenapa Perempuan Lebih Rentan Jadi Korban?

Kita semua tahu betapa pentingnya menjaga kesehatan. Namun, dalam mencari solusi kesehatan, kita sering menghadapi situasi yang bikin frustrasi, salah satunya adalah fenomena medical gaslighting.

Dalam artikel How to Spot Medical Gaslighting and What To Do About It, medical gaslighting adalah ketika keluhan kesehatan seseorang, terutama perempuan, direndahkan atau bahkan dianggap tidak penting oleh tenaga medis. Sering kali, gejala fisik atau emosional yang dialami dianggap sepele atau hanya dikaitkan dengan stres atau kecemasan.

 

 

Kenapa Medical Gaslighting Jadi Masalah?

Fenomena ini jadi masalah karena dampaknya yang merugikan. Ketika keluhan kesehatan diabaikan, ada risiko masalah serius tidak terdeteksi, yang bisa memperburuk kondisi pasien. Selain itu, hal ini juga bisa membuat pasien jadi kehilangan kepercayaan terhadap layanan kesehatan.

Baca Juga: ‘All Male Panel’ dalam Diskusi Nyeri Haid dan Bias Gender di Dunia Kesehatan

Mengapa Perempuan Lebih Rentan Mengalaminya?

Menurut Harvard Health, sebuah survei menunjukkan bahwa 72 persen perempuan pernah mengalami medical gaslighting. Ini terjadi karena faktor-faktor historis, budaya, dan sistemik yang memengaruhi cara masalah kesehatan mereka dilihat dan ditangani. Bias gender dan stereotip juga berperan dalam membatasi akses perempuan ke layanan kesehatan. Berikut beberapa alasan utama yang membuat perempuan lebih rentan menghadapinya:

  1. Stereotip Emosional pada Perempuan

Salah satu faktor utamanya adalah anggapan bahwa perempuan lebih emosional dibandingkan laki-laki. Karena persepsi ini, keluhan fisik perempuan sering dianggap sebagai reaksi emosional atau psikologis, bukan masalah kesehatan yang perlu perhatian khusus. Contohnya, keluhan nyeri atau lelah yang dialami perempuan kerap dikaitkan dengan stres atau kecemasan, membuat tenaga medis lebih fokus ke aspek mental daripada fisik. Akibatnya, perempuan merasa gejala mereka tidak dianggap serius atau malah diabaikan.

  1. Normalisasi Nyeri dalam Kehidupan Perempuan

Nyeri sering dianggap hal yang “biasa” dalam kehidupan perempuan. Contoh yang jelas adalah nyeri menstruasi, yang sering kali dianggap “bagian dari hidup” perempuan, sehingga tenaga medis kadang menganggapnya tidak perlu ditangani lebih lanjut. Padahal, beberapa nyeri bisa jadi tanda dari kondisi medis yang serius. Normalisasi seperti ini membuat keluhan perempuan cenderung diabaikan, yang membuat mereka lebih rentan terhadap medical gaslighting.

  1. Pengaruh Budaya Patriarki di Dunia Medis

Budaya patriarki yang masih ada juga memengaruhi cara pelayanan kesehatan diberikan. Di beberapa tempat, perempuan diharapkan lebih “kuat” atau “sabar” menghadapi rasa sakit, dan jika mereka menyampaikan keluhan, sering kali dianggap “terlalu sensitif.” Sikap ini membuat keluhan perempuan dianggap berlebihan atau tidak penting. Akhirnya, perempuan pun merasa kurang diperhatikan dan ragu apakah keluhan mereka akan ditanggapi dengan serius.

Baca Juga: Misdiagnosis, Problem Laten yang Ancam Kesehatan Perempuan

Dampak Medical Gaslighting

Menurut informasi dari Very Well Mind, medical gaslighting dapat memengaruhi kamu dengan cara yang merugikan baik secara fisik maupun emosional. Kamu mungkin menghabiskan waktu yang cukup lama mencari dokter yang bisa mendiagnosis gejala yang kamu alami dengan tepat, dan ini tentunya bisa membuat stres.

Tekanan emosional yang muncul akibat medical gaslighting juga bisa menyebabkan masalah psikologis jangka panjang. Kamu mungkin mengalami kecemasan, depresi, atau bahkan PTSD akibat pengabaian yang dialami, dan bisa jadi kamu jadi enggan untuk menjalani prosedur medis di masa depan.

Cara Menghadapi Medical Gaslighting

Menghadapi medical gaslighting bisa jadi pengalaman yang bikin frustrasi, terutama bagi perempuan yang merasa bahwa keluhan kesehatan mereka sering kali dianggap sepele atau diabaikan oleh tenaga medis.

Untuk menjaga diri dan mendapatkan perawatan yang tepat, Dikutip dari Business Insider, 6 tips for dealing with medical gaslighting, according to doctors, berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Siapkan Catatan Lengkap tentang Gejala

Salah satu cara efektif untuk menghadapi medical gaslighting adalah dengan membuat catatan rinci tentang gejala yang dirasakan. Catat waktu, durasi, serta intensitas gejala, dan kapan saja gejala itu muncul. Informasi ini akan menjadi pegangan yang kuat saat berbicara dengan dokter, membantu mereka memahami seberapa serius kondisi kamu. Dengan menunjukkan bahwa kamu benar-benar memperhatikan kesehatan, dokter akan lebih fokus pada apa yang kamu sampaikan.

  • Latih Komunikasi yang Jelas dan Tegas

Komunikasi yang baik itu penting untuk mendapatkan perawatan medis yang efektif. Pastikan kamu menjelaskan gejala dengan jelas dan jangan ragu untuk mengulangi jika merasa penjelasan kamu belum ditanggapi dengan serius. Tunjukkan bahwa kamu ingin penjelasan lebih mendalam tentang kondisi kamu dan minta dokter menjelaskan kemungkinan penyebab atau langkah selanjutnya yang perlu diambil. Berkomunikasi secara tegas tanpa terkesan konfrontatif bisa membuat tenaga medis lebih mendengarkan keluhan kamu.

Baca Juga: Impitan Peran Gender Sangat Pengaruhi Karier Tenaga Kesehatan Perempuan

  • Ajukan Pertanyaan yang Relevan

Mengajukan pertanyaan yang tepat bisa menunjukkan bahwa kamu ingin memahami kondisi kesehatan kamu dengan baik. Tanyakan berbagai kemungkinan penyebab gejala yang kamu alami serta opsi penanganan yang bisa diambil. Jangan ragu untuk bertanya tentang alternatif pengobatan atau tes tambahan jika kamu merasa perlu. Ini tidak hanya membantu kamu mendapatkan informasi yang lebih lengkap, tetapi juga menegaskan bahwa Anda berhak tahu tentang kondisi kamu.

  • Cari Pendapat Kedua

Jika merasa bahwa keluhan kamu tidak ditanggapi dengan serius, tidak ada salahnya mencari pendapat kedua dari dokter lain. Pendapat kedua sering memberikan sudut pandang baru dan bisa mengonfirmasi atau menantang diagnosis awal. Mencari pendapat kedua bukan berarti meragukan kompetensi dokter pertama, tetapi langkah proaktif untuk memastikan kesehatan kamu ditangani dengan baik. Pilih dokter yang spesialisasinya sesuai dengan keluhan kamu agar pendapat yang didapatkan relevan.

  • Ajak Pendamping Saat Konsultasi

Jika memungkinkan, ajaklah keluarga atau teman untuk menemani kamu saat konsultasi dengan dokter. Kehadiran pendamping bisa memberi dukungan emosional dan membantu menyampaikan keluhan dengan lebih baik. Mereka juga bisa membantu mencatat informasi penting dari dokter dan memastikan bahwa keluhan kamu didengar dengan baik. Selain itu, keberadaan pendamping bisa mengurangi kemungkinan dokter meremehkan gejala yang kamu rasakan, karena ada pihak lain yang mendukung cerita dan keluhan kamu.



#waveforequality


Avatar
About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *