Tak pernah terlintas dalam benak “Rere”, 29 kalau ia harus menjadi piatu di usia yang masih belia. Pada 2009, ibunya meninggal karena didiagnosis kanker payudara. Rere melihat sendiri bagaimana ibu berjuang setiap hari melawan penyakit sembari tetap mengurus pekerjaan domestik. Beruntung di sekelilingnya, ibu punya support system yang selalu siaga.
“Mama meninggal setelah berjuang selama setahunan karena kanker payudara. Kita sudah banyak ikhtiar, dari pengobatan alternatif sampai berobat ke dokter. Akan tetapi karena pengobatan kanker cukup mahal dan mama enggak punya kartu askes (sekarang BPJS), akhirnya pasrah berobat dari rumah saja,” ujar Rere saat bercerita dengan Magdalene via telepon.
Jika boleh berandai-andai, Rere ingin ibunya tak menyembunyikan penyakit tersebut dari awal. Sehingga, pihak keluarga bisa merencanakan pengobatan, termasuk mendatangi dokter spesialis Onkologi ke kota lain. Apalagi mengingat, fasilitas kesehatan untuk pasien kanker payudara di kota tempat tinggalnya di Belitung masih cukup terbatas. Tak ada dokter Onkologi di sana.
Dari pengalaman merawat ibu ini pula, ia meliterasi dirinya tentang kesadaran dini. Bahwa ternyata ketika ditangani dari awal, risiko terburuk kanker payudara, termasuk kematian bisa ditekan.
Mengutip data Kementerian Kesehatan, sampai hari ini kanker payudara masih menduduki peringkat pertama jumlah penyumbang kematian bagi masyarakat Indonesia. Dari semua kasus kanker payudara, 70 persen di antaranya sudah pada tahap lanjut ketika dideteksi. Ini karena masih banyak perempuan yang menganggap remeh tanda-tanda awal kanker, seperti adanya benjolan di payudara atau perubahan fisik lainnya.
Akibatnya, ketika sakit terasa semakin parah dan mulai ada gejala-gejala lanjut yang mencemaskan, barulah mereka pergi ke dokter. Pada kanker stadium lanjut, pengobatan menjadi lebih rumit dan berat, pun membutuhkan biaya yang lebih besar, dan risiko kematian yang lebih tinggi.
Karena risiko inilah, setiap bulan Oktober di seluruh dunia selalu diperingati sebagai Breast Cancer Awareness Month, Bulan Kesadaran Kanker Payudara, atau Pink Month. Tujuannya sekali lagi sebagai pengingat akan pentingnya kesadaran dan deteksi dini kanker payudara.
Baca juga: 9 Hal yang Pengaruhi Perempuan untuk Deteksi Awal Kanker Payudara
Sejarah Breast Cancer Awareness Month
Dilansir dari laman breastcancer.org, pada 1985, American Cancer Society bekerja sama dengan Imperial Chemical Industries—sekarang bagian dari AstraZeneca yang memproduksi sejumlah obat anti-kanker, mengadakan kampanye kesadaran kanker payudara selama seminggu. Karena banyak peminat, kampanye ini diperpanjang selama satu bulan. Dari sinilah cikal bakal Breast Cancer Awareness Month.
Setelah rutin mengadakan selama tujuh tahun, breast cancer awareness month pun mulai memakai pita merah muda (pink) sebagai simbol mereka. Itulah mengapa kampanye ini lebih dikenal dengan nama Pink Month. Desain pita ini pertama kali digagas oleh Susan G. Komen pada 1982. Untuk mengenang sosoknya yang meninggal karena kanker payudara, pita pink pun mulai digunakan setiap Oktober.
Kampanye ini semakin meluas di tengah khalayak setelah dipopulerkan Betty Ford. Istri Presiden Amerika Serikat ke-38 itu merupakan salah satu penyintas kanker payudara. Ia sendiri terkenal vokal dalam meningkatkan kesadaran dini akan kanker payudara.
Breast cancer awareness month enggak cuma bertujuan untuk mengedukasi kanker payudara dan deteksi dini, tapi juga mengajak para survivor—penyintas dan warrior kalau mereka tak sendiri. Bahwa selalu ada orang-orang yang membantu dan menyemangati mereka selama berjuang menghadapi kanker payudara.
Pesan soal dukungan orang sekitar inilah yang diangkat sebagai tema kampanye tahun ini.
Baca juga: Saya Korban KDRT, Bercerai, Jadi Penyintas Kanker, dan Berhasil Bertahan
Betapa Pentingnya Komunitas Kanker Payudara di Indonesia
Para survivor dan warrior kanker payudara sering kali merasa sendirian dan takut saat menghadapi kenyataan didiagnosis penyakit ini. Apalagi ketika pengobatan yang dijalankan makan waktu lama hingga bertahun-tahun. Mereka kerap sedih, terpuruk, dan tak mau merepotkan orang lain. Ini juga dialami ibu Rere yang memilih memendam penyakitnya sendirian.
“Memang salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pasien kanker payudara saat pengobatan adalah bagaimana menghadapi rasa takut itu. Karena banyak yang bilang kalau kena kanker, pasti akan mati. Belum lagi ketakutan itu juga karena merasa awam soal kanker payudara dan bingung mau cari info ke mana dan periksa ke mana,” ujar Penny Purnawaty Advisor to Marketing Communication dari Lovepink.
Dilansir dari laman resminya, Lovepink adalah organisasi dan komunitas non-profit yang berfokus pada kampanye kesadaran deteksi dini dan kanker payudara. Mereka sudah membantu banyak pasien untuk menjalani perjalanan bersama kanker payudara dengan berani. Saat ini Lovepink tersebar di sebelas kota di Indonesia. Lovepink punya tujuan untuk menurunkan jumlah pasien kanker payudara stadium lanjut di 2030.
Sebagai penyintas kanker payudara, Penny bilang, dulu saat didiagnosis pada 2011, ia masih sangat awam soal penyakit ini. Ia bingung dan merasa enggak punya tempat untuk bertanya. Rasanya clueless sekali kala itu. Telebih, komunitas seperti Lovepink masih belum banyak dijumpai seperti sekarang.
Sampai akhirnya ia bertemu Shanti Persada dan Madelina Mutia—penyintas kanker payudara dan co-founder dari Lovepink. Di sinilah mereka saling berbagi cerita dan pengalaman selama berjuang melawan kanker payudara. Pertemuan tersebut jadi salah satu alasan terbentuknya Lovepink.
Penny sadar jika peran komunitas sangat penting bagi para pasien dan penyintas kanker payudara. Keberadaan mereka juga membuat kesehatan mental mereka terjaga. Sebab, para penyintas bisa saling mendukung dan berbagi empati bersama. Mereka juga saling menyemangati agar terus konsisten menjalani pengobatan kanker payudara. Pendek kata, komunitas ini bisa meningkatkan semangat juang dan kualitas hidup pasien. They’re not alone.
Dalam membantu para pasien dan penyintas kanker payudara, Lovepink punya tim yang terdiri dari para caregiver dan volunteer yang datang dari berbagai latar belakang, serta anggota keluarga. Mereka sama-sama belajar bagaimana caranya memberikan dukungan.
Ada banyak cara yang mereka lakukan. Namun umumnya lebih banyak di ranah emosional, karena pengobatan kanker payudara yang relatif panjang. Contohnya mereka memberikan dukungan dalam bentuk support dan semangat ketika pasien sedang menjalankan kemoterapi, radiasi dan tahap pengobatan. Pun selalu memastikan kapan saja jika pasien ingin punya waktu untuk sendiri.
Baca juga: Catur Rini: Penyintas Kanker Payudara yang Jadi Pahlawan Hidroponik
Indonesia Goes Pink
Selain itu, seperti komunitas kanker payudara lain, setiap Oktober, Lovepink juga turut merayakan breast cancer awareness month. Setiap tahun mereka punya program bernama Indonesia Goes Pink. Tujuannya untuk merayakan kehidupan dengan para survivors, warriors dan caregiver untuk saling menyemangati satu sama lain. Plus, mereka ingin meningkatkan kesadaran akan kanker payudara dan pentingnya deteksi dini.
Sebagai salah satu penyintas dan menjadi bagian dari sebuah komunitas kanker payudara, Penny berbagi tips menghadapi teman atau orang terdekat yang baru terdiagnosis:
1. Be there for them. Luangkan waktu untuk mereka. Kunjungi dan temani atas persetujuan mereka (jangan tiba-tiba datang, karena belum tentu mereka sedang dalam kondisi ingin ketemu orang). Boleh kirim bunga, makanan, atau minuman sebagai bentuk penyemangat dan pengingat bahwa kamu ada untuk mereka.
2. Jangan mencoba menyemangati dengan membandingkan pengalaman mereka dengan “success story” orang lain. Ketakutan dan kekhawatiran mereka tetap perlu divalidasi, biarkan mereka merasa bahwa tidak harus takut merasa dianggap cengeng atau lemah. Yang penting temani dan kuatkan untuk terus melangkah maju.
3. Jangan memberi nasihat atau rekomendasi pengobatan alternatif jika tidak diminta. Bisa jadi malah membuat pasien bingung karena terlalu banyak informasi yang harus diserap dalam kondisi sedang takut dan bingung.
Penny berharap buat para survivors dan warriors di luar sana untuk terus bersemangat dalam menjalani pengobatan. Seperti tema breast cancer awareness month tahun ini, “No one should face breast cancer alone”, ia mengajak semua orang untuk terus menyemangati dan memberi dukungan bagi para pasien dan penyintas kanker payudara.
“It’s perfectly ok to be afraid. Takut dan khawatir itu manusiawi, tapi tolong jangan berhenti di rasa takut, ya. Kami di Lovepink ada untuk menemani, menyemangati, dan mendukung perjalanan pengobatanmu sampai selesai. We’re all in this together,” tutup Penny.