Culture Screen Raves

‘Emilia Pérez’: Musikal Unik dengan Sentuhan Kriminal, Telenovela, dan Komedi

Emilia Pérez menghadirkan pengalaman sinematik yang tak biasa—sebuah musikal yang memadukan elemen kriminal, telenovela, dan sentuhan komedi.

Avatar
  • November 5, 2024
  • 4 min read
  • 50 Views
‘Emilia Pérez’: Musikal Unik dengan Sentuhan Kriminal, Telenovela, dan Komedi

(mengandung sedikit spoiler)

Emilia Pérez adalah sebuah tontonan yang sangat unik dan apik. Menggabungkan drama musikal dengan sentuhan kriminal, telenovela, dan komedi, film ini menawarkan kisah seru dan menghibur yang penuh dengan liku-liku yang tak terduga. Jangan bayangkan Chicago atau bahkan Sweeney Todd, karena film ini mempunyai sensibilitas musikal yang sangat berbeda.

 

 

Adalah Rita (Zoe Saldaña), seorang pengacara yang muak membela orang-orang yang bersalah. Meskipun ia berhasil membela kliennya, Rita tidak bisa menyembunyikan pergulatan batin yang selama ini menghantuinya. Tiba-tiba tawaran misterius datang kepadanya. Rita tidak bisa bertanya apa yang harus dia lakukan atau siapa sebenarnya orang misterius yang menghubunginya. Rita yang penasaran menuruti permintaan aneh ini.

Baca juga: Review Film ‘Barbie’: Saat Barbie Keluar Kotaknya dan Melihat Dunia Nyata

Ternyata yang ia temui adalah Manitas (Karla Sofía Gascón), pemimpin kartel kejam yang memintanya untuk mengurusi operasi gender confirmation alias penegasan gender. Rita tadinya skeptis tapi Manitas serius. Segera, Rita pun pergi ke berbagai belahan dunia untuk mengurus ini. Pekerjaan Rita ternyata tidak hanya sebatas mengubah Manitas menjadi Emilia Pérez tapi juga merelokasikan istrinya, Jessi (Selena Gomez) dan anak-anak mereka dari Meksiko ke Swiss. Tugas paling berat Rita adalah menginformasikan bahwa Manitas meninggal dunia dan pindah ke Swiss adalah pilihan yang aman untuk keselamatan mereka semua.

Beberapa tahun kemudian, Rita hidup di London dengan pekerjaan barunya saat ia bertemu dengan Emilia Pérez untuk pertama kalinya. Kehadiran Emilia Pérez tentu saja mengejutkan Rita. Emilia rupanya punya permintaan baru: ia ingin reuni dengan istri dan anak-anaknya. Dan dimulailah drama panjang yang melibatkan pencarian orang hilang, perselingkuhan dan tembakan senjata api.

Baca juga: Review Film ‘Hunger’: Apa Dunia Kuliner Fine-Dining Segelap Ini?

Plot Emilia Pérez Terbitkan Kernyit, Perlu Pikiran Terbuka

Ditulis dan disutradarai oleh Jacques Audiard (berdasarkan opera yang ia tulis dan novel Écoute karya Boris Razon), drama musikal ini menggabungkan berbagai macam jenis genre musik. Gaya musik yang tidak koheren ini yang membelah penonton. Ada yang suka sekali, tidak sedikit juga yang merasa keputusan ini sebagai ekspresi artistik yang aneh. Meski begitu, Audiard dengan sinematografer Paul Guilhaume merekam adegan-adegan musikal ini dengan semangat membara. Beberapa adegan musikal dipersembahkan dengan gerakan kamera dan tarian-tarian yang liar, dan berubah sendu dan tenang saat momennya menuntut seperti itu.

Secara plot, film ini membutuhkan ketidakpedulian dari penonton agar dapat menikmati filmnya. Ada banyak hal dalam Emilia Pérez yang akan membuat penonton yang kritis mengernyitkan dahi. Tidak ada penjelasan yang detail tentang keputusan karakter utamanya untuk tiba-tiba reuni dengan keluarga selain “kangen anak”. Tapi mungkin bagian paling membingungkan adalah bagaimana Emilia tiba-tiba berubah jalur dari seorang pemimpin kartel yang kejam menjadi figur yang peduli dengan banyak orang. Audiard memberikan alasan yang jelas, namun agak sulit untuk percaya seorang kriminal yang tadinya terkenal kejam, berubah hati dan membuka organisasi untuk membantu mencari orang-orang hilang hanya karena ia bertemu dengan seorang ibu yang kehilangan anaknya.

Namun, sekali lagi, susah untuk bisa mengeluhkan plot film ini saat ada adegan di mana Selena Gomez mendesis, “Vaginaku masih sakit saat memikirkanmu.” Seperti layaknya sinetron atau opera sabun, cara terbaik untuk menikmati Emilia Pérez adalah dengan menerimanya dengan tangan terbuka.

Baca juga: Review ‘Not Okay’: Film Si-Paling-Gen Z yang “Not Okay”

Bahkan dengan plot yang berlubang pun, drama musikal ini sangat enak untuk diikuti dari awal sampai akhir. Terasa sekali bahwa pembuat film ini mempersembahkan Emilia Pérez dengan tulus. Dan bagian yang paling mempengaruhi ketulusan Emilia Pérez adalah performa para aktor-aktornya yang mendapatkan anugerah Aktor Terbaik di Cannes Film Festival tahun ini.

Meskipun Selena Gomez memiliki screen time yang terbatas, tapi setidaknya ia bisa menunjukkan bahwa ia bukan sekedar bintang pop. Saldaña, sementara itu, menjadikan dirinya sebagai pusat gravitasi. Film ini berjalan karena Rita dan Saldaña tahu apa yang harus ia lakukan. Chemistry-nya dengan Karla Sofía Gascón adalah nyawa film ini. Kepeduliannya terhadap Emilia membuat film ini mempunyai hati yang besar.

Karla Sofía Gascón, yang selama ini besar di telenovela, berhasil membuat saya percaya tentang transformasinya yang drastis. Aksinya bukan hanya sekedar aktor trans yang bermain dengan baik. Dalam film ini, ia bisa membuat saya ketakutan tapi juga berempati dengan karakternya. Ia mungkin bukan penyanyi sungguhan tapi semua adegan musikalnya disampaikan dengan emosional. Salah satu highlight film ini adalah ketika penonton melihat sisi sensitif Emilia. Adegannya dengan sang anak adalah alasan kenapa film ini tidak bisa dilewatkan. Dalam sebuah film tentang seseorang yang terjebak antara masa lalu dan usahanya untuk menjadi lebih baik, Karla Sofía Gascón bersinar terang benderang.

Emilia Pérez sedang tayang di bioskop.



#waveforequality


Avatar
About Author

Candra Aditya

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *