‘Verbal Abuse’ dalam Hubungan: Apakah Kamu Mengalaminya?
Verbal abuse sering tak disadari dalam hubungan. Cari tahu ciri-cirinya agar kamu bisa keluar dari lingkaran hubungan toksik.
Dalam hubungan yang sehat, komunikasi yang lancar dan sikap saling menghargai adalah hal yang utama. Tapi, kadang-kadang seseorang bisa saja mengalami kekerasan verbal tanpa menyadarinya.
Verbal abuse atau kekerasan verbal adalah jenis kekerasan dalam hubungan yang seringkali luput dari perhatian. Meskipun enggak melibatkan kontak fisik, dampaknya terhadap mental dan emosional korban bisa sangat berat. Penting banget untuk mengenali dan memahami bentuk kekerasan ini, agar kita bisa lebih peka terhadap tanda-tandanya dan mengambil langkah untuk mencegahnya.
Baca Juga: Kenapa Pilih Bertahan dalam Pacaran yang Berkekerasan?
Jenis-Jenis Verbal Abuse
Verbal abuse dalam hubungan bisa muncul dalam berbagai bentuk yang kadang susah dikenali. Setiap jenisnya punya cara berbeda dalam memengaruhi psikologis dan emosional korban. Dikutip dari Verywell Mind, How to Recognize and Cope With Verbal Abuse, berikut adalah penjelasan beberapa bentuk verbal abuse yang umum terjadi:
- Kritik Berlebihan
Kritik berlebihan adalah ketika seseorang terus-menerus mengkritik pasangan atau orang terdekatnya tanpa tujuan yang membangun. Alih-alih membantu, kritik ini justru bikin korban merasa enggak cukup baik dan rendah diri.
- Penghinaan dan Merendahkan
Penghinaan atau tindakan merendahkan dilakukan dengan maksud mempermalukan korban. Bisa berupa kata-kata kasar, ejekan, atau “lelucon” yang menyakitkan.
- Manipulasi Emosional
Manipulasi emosional terjadi ketika pelaku mencoba mengontrol emosi dan tindakan korban untuk keuntungan pribadi. Biasanya pelaku memanfaatkan rasa bersalah atau simpati agar korban melakukan apa yang mereka inginkan.
- Gaslighting
Gaslighting adalah bentuk manipulasi yang bikin korban meragukan realitas atau ingatannya sendiri. Pelaku sering kali menanamkan keraguan sehingga korban merasa bingung dan kehilangan kepercayaan diri.
- Ancaman dan Intimidasi
Ancaman dan intimidasi dipakai pelaku untuk menakut-nakuti dan mengontrol tindakan korban. Bentuknya bisa berupa ancaman untuk meninggalkan korban, menyebarkan aib, atau melakukan tindakan yang merugikan.
- Menyalahkan atau Scapegoating
Dalam jenis ini, pelaku cenderung menyalahkan korban atas semua masalah yang terjadi dalam hubungan. Korban dibuat merasa bahwa semua yang buruk adalah kesalahannya, meskipun sebenarnya bukan.
- Meremehkan atau Menyepelekan
Meremehkan terjadi ketika pelaku menganggap remeh perasaan, pencapaian, atau usaha korban. Ini bikin korban merasa enggak dihargai atau dianggap enggak penting.
- Mengabaikan atau Silent Treatment
Silent treatment adalah ketika pelaku sengaja mengabaikan atau enggak merespons korban sebagai bentuk “hukuman” atau manipulasi emosional.
Baca Juga: ‘Playing Victim’ dalam Hubungan: Apa Saja Tandanya?
Dampak Verbal Abuse pada Kesehatan Mental
Kekerasan verbal atau verbal abuse bisa berdampak besar pada kesehatan mental korban, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Meski enggak meninggalkan luka fisik, luka emosionalnya sering susah disembuhkan. Masih dari Verywell Mind, berikut adalah beberapa dampak utama verbal abuse terhadap mental seseorang:
- Kehilangan Rasa Percaya Diri
Salah satu efek langsung dari verbal abuse adalah turunnya rasa percaya diri. Saat terus-menerus dikritik, dihina, atau dilecehkan secara verbal, korban cenderung mulai meragukan diri sendiri dan merasa tidak berharga, bahkan untuk hal-hal kecil dalam hidup.
- Stres dan Cemas Berlebihan
Korban verbal abuse sering hidup dalam tekanan stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Lingkungan yang enggak pasti membuat mereka selalu merasa khawatir bakal disalahkan atau dihina. Rasa takut ini memicu stres yang berat dan kecemasan, bahkan ketika korban sedang jauh dari pelaku.
- Risiko Depresi
Verbal abuse yang terjadi dalam waktu lama bisa mengarah pada depresi. Perlakuan verbal yang menyakitkan bisa membuat korban merasa terjebak, enggak punya harapan, dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai. Lama-kelamaan, ini bisa berkembang jadi depresi, termasuk rasa putus asa dan kehilangan energi.
- Merasa Kesepian dan Terisolasi
Korban verbal abuse sering merasa tidak punya dukungan, baik dari teman maupun keluarga, karena pelaku kadang berusaha mengisolasi korban atau membuat mereka merasa ditolak oleh lingkungan. Ini membuat korban merasa makin kesepian dan jauh dari pergaulan sosial.
- Kesulitan Memercayai Orang Lain (Trust Issue)
Seringnya disakiti secara emosional membuat korban verbal abuse cenderung sulit percaya pada orang lain. Mereka jadi lebih berhati-hati dan sulit terbuka. Trust issue ini bisa berdampak pada hubungan mereka di masa depan, baik dalam persahabatan maupun hubungan romantis.
Baca Juga: Dari Bucin Jadi Hubungan Toksik: Kenali Tanda-tandanya
Langkah-Langkah Mengatasi Verbal Abuse
Menghadapi kekerasan verbal dalam hubungan memang enggak gampang. Meski tidak ada luka fisik, dampak kata-kata kasar atau penghinaan pada mental sangat nyata. Dikutip dari Psych Central, How to Deal with Verbal Abuse, berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba untuk menghadapi dan mengatasinya:
- Sadari dan Akui Terjadinya Kekerasan Verbal
Langkah pertama adalah mengakui kalau yang terjadi adalah kekerasan verbal. Banyak orang ragu mengakuinya, karena takut dibilang “terlalu sensitif” atau merasa kekerasan cuma ada yang bentuknya fisik. Padahal, kekerasan verbal juga sama seriusnya.
- Tegaskan Batasan yang Jelas
Menetapkan batasan itu penting banget untuk menjaga diri. Tentukan hal-hal yang enggak bisa kamu terima dalam hubungan, seperti hinaan atau manipulasi, lalu komunikasikan dengan tegas ke pasangan atau orang terdekat. Jangan takut mempertahankan batasan ini.
- Kelola Emosi dengan Baik
Pelaku verbal abuse sering berusaha memancing reaksi emosional supaya kamu merasa lemah atau bersalah. Jadi, penting banget buat belajar mengelola reaksi emosi. Coba tetap tenang dan hindari reaksi berlebihan, karena ini bisa bikin pelaku merasa punya kendali lebih atas situasi.
- Berani Mengatakan “Tidak”
Salah satu langkah penting untuk melindungi diri adalah berani bilang “tidak.” Pelaku verbal abuse sering merasa punya kendali penuh, dan kadang membuat korban susah bilang “tidak.” Tapi, menolak adalah bentuk perlindungan diri yang bisa bantu mencegah manipulasi lebih lanjut.
- Bangun Kepercayaan Diri dan Harga Diri
Kekerasan verbal bisa membuat harga diri kamu turun, jadi penting untuk memperkuat kepercayaan diri dan ingat kualitas positif yang kamu punya. Ini juga jadi kesempatan buat kamu membangun kepercayaan diri yang lebih kuat.
- Cari Dukungan dari Orang Terdekat
Menghadapi kekerasan verbal bisa lebih mudah kalau ada dukungan dari teman atau keluarga yang peduli. Ceritakan pengalamanmu ke mereka, dukungan emosional dari orang-orang terdekat bisa memberi kenyamanan, perspektif, atau sekadar tempat berbagi perasaan.