Seperti buku atau film, musik juga salah satu medium yang banyak dipakai untuk merekam realitas hidup manusia. Tak mengherankan saat kita mendengarkan musik tertentu rasanya seperti ditemani, didengarkan, atau bahkan seperti dibacakan sebuah cerita. Meski begitu setiap orang punya pilihan untuk memilih cerita mana yang ingin didengarkan. Entah cerita tentang orang-orang yang bernasib serupa atau bahkan cerita dalam lagu itu adalah perasaan kita sendiri. Makanya, saya mengamini jika ada yang bilang bahwa musik itu personal.
Mengingat persoalan personal tadi, beberapa album rekomendasi yang bisa kamu dengarkan ini adalah pilihan yang personal–dan subjektif.
Short n’ Sweet, Sabrina Carpenter
Mari memulai perjalanan dengan menyapa queen of bringing back centil era, Sabrina Carpenter. Sesuai namanya, album ini terasa seperti sepucuk surat cinta yang singkat tetapi berisi track-track dengan lirik yang relatable. Short n’ Sweet yang rilis 23 Agustus 2024 ini sukses mendapat enam nominasi Grammy Awards 2025 untuk Album of The Year, Record of The Year, Song of The Year di lagu Please Please Please, Best New Artist, Best Pop Solo Performance di lagu Espresso, dan Best Pop Vocal Album.
Jika dibandingkan dengan rilisan sebelumnya, kali ini ia menunjukkan kematangan dalam bermusik. Meski memilih aransemen yang sederhana, Carpenter berhasil menonjolkan vokalnya yang memikat pendengar. Setiap lagu dibawakan dengan penuh percaya diri dan terasa menyenangkan. Selain itu, ia banyak membahas soal bagaimana perempuan seharusnya merasa bebas dalam mengekspresikan seksualitas seperti lewat lagu Bed Chem. Lewat lagu-lagunya ia berusaha membalikkan narasi soal perempuan sebagai objek seksual.
Tidak susah mendeskripsikan bagaimana Carpenter karena kamu akan lebih mengenalnya lewat Short n’ Sweet. Ia tidak hanya berhasil mencuri perhatian lewat pengalaman personal yang relatable, tetapi penampilan dan performance-nya yang “berani” berhasil membawa banyak orang merasa bernostalgia ke masa pop “centil” yang populer tahun 90-an. Tak mengherankan ia punya kedekatan dengan para pendengar, karena lewat karyanya seolah mengajak kita belajar caranya untuk embrace ourselves.
Brat, Charli XCX
Secara musikal, mendengarkan Charli adalah sesuatu yang asing di telinga saya. Perkenalan saya dengan Charli adalah pertemuan tidak disengaja tetapi membuat saya cukup menikmatinya.
Kemunculan Brat mencuri banyak perhatian lantaran sampul albumnya yang berani tampil “beda” dengan warna hijau lemon terang dan menjadi tren di internet. Lagu-lagu dalam album ini sendiri mendapat respons positif dari penggemar dan penikmat musik di berbagai belahan dunia. Bahkan menurut data Metacritic, Brat adalah album dengan rating tertinggi pada tahun 2024 dan album dengan rating tertinggi ke-16 sepanjang masa pada Agustus 2024.
Album yang dirilis pada 7 Juni 2024 ini berisi lima belas track dalam versi standar, sedangkan Brat and It’s the Same But There’s Three More Songs So It’s Not adalah versi deluxe berisi 3 lagu tambahan yaitu Hello Goodbyes, Guess, dan Spring Breakers. Meski album ini banyak membicarakan soal kerapuhan dan pertanyaan-pertanyaan akan diri sendiri, liriknya dibalut dengan musik dengan hentakan keras dan penuh semangat. Tipikal album yang rilis mendekati musim panas, Brat berhasil menyebarkan demam “brat summer” dan membuat musiknya menemani banyak orang menari di lantai dansa.
Hit Me Hard and Soft, Billie Eilish
Album ketiga dari penyanyi dan penulis lagu asal Amerika yang rilis pada 17 Mei 2024 ini seolah membawa pendengarnya masuk ke dalam spektrum penuh emosi, energi yang menggebu, dan juga perjalanan yang menggambarkan kerentanan manusia. Hit Me Hard and Soft menduduki puncak tangga lagu di lebih dari 20 negara, termasuk Australia, Kanada, Jerman, Irlandia, Selandia, dan Inggris.
Seperti biasa, Billie selalu mampu menciptakan lirik-lirik yang jujur tetapi punya maksud yang dalam. Banyak pendengar merasa terhubung meski narasinya dikemas secara personal. Di album ini, ia berbicara banyak tentang cinta, kehilangan, keraguan diri, dan perjuangan dengan ekspektasi hidup dalam dunia modern.
Salah satu track yang jadi favorit saya adalah Birds of Feather. Lagu ini sangat mencuri perhatian dan banyak dijadikan tren berisi potret perasaan kasmaran dan berbunga-bunga karena mencintai dan dicintai balik oleh kekasih.
Markers and Such Pens Flashdisk, Sal Priadi
Di Indonesia sendiri, banyak sekali album menarik yang rilis di tahun ini, Sal Priadi salah satunya. Sebagai salah satu satu musisi Indonesia yang produktif beberapa tahun terakhir, Sal selalu menghadirkan musik-musik dengan lirik puitis nyaris melankolis di beberapa bagian. Eksplorasi cinta dan kehidupannya khas Sal.
Album Markers and Such Pens Flashdisk bagi saya lebih seperti seperti buku harian yang penuh coretan, di mana setiap lagu menjadi cerita kecil yang merekam emosi, kenangan, dan refleksi pribadi Sal. Berisi lima belas lagu, album ini tidak hanya menunjukkan Sal bernyanyi tetapi juga bercerita dan berefleksi. Temanya beragam–cinta yang intens, hubungan yang rumit, hingga refleksi mendalam tentang kehidupan dan mimpi.
Meski tak semua track dalam album ini mencuri perhatian banyak orang, beberapa di antaranya menjadi sangat “ikonik” seperti Kita usahakan rumah itu, Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu, dan Dari planet lain. Bahkan, Gala Bunga Matahari sempat menjadi bulan-bulanan di internet karena lagunya yang sangat menyentuh banyak orang. Lagu ini bercerita tentang kerinduan kepada yang telah berpulang, bahkan Gala Bunga Matahari seperti sudah menjadi national anthem untuk mengenang kepergian orang tersayang.
Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan, Bernadya
Tidak berlebihan jika menyebut Bernadya sebagai artis solo–pendatang baru–yang sukses besar di tahun ini. Pasalnya, album Sialnya Hidup Harus Tetap Berjalan yang berisi delapan track ini memborong enam nominasi di AMI Awards 2024 dan berhasil meraih piala pertama di kategori Album Pop Terbaik.
Membawa cerita soal patah hati dan penerimaan dalam hubungan asmara sukses membuat lagunya diputar di mana-mana. Bernadya sendiri menyebut, album ini membawakan tiga fase dalam hubungan percintaan. Fase pertama, heartbreak yaitu di lagu Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan; Kata Mereka Ini Berlebihan; Lama-lama, dan Kita Kubur Sampai mati. Fase kedua, self doubt yang mengisyaratkan soal kebimbangan atas keputusan yang sudah diambil. Fase ini tertuang di lagu Ambang Pintu dan Berlari. Fase ketiga, realization yang menggambarkan penerimaan atas semua yang telah terjadi. Situasi ini digambarkan lewat lagu Kini Mereka Tahu dan Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan.
Meski sejujurnya, kisah percintaan di beberapa lagunya seperti merekam momen patah hati semasa saya remaja tetapi mungkin itulah yang membuatnya relatable dan mudah diterima siapa saja.
Musikalitas dalam album ini terasa intim dan sederhana, dengan dominasi aransemen akustik yang lembut. Bernadya cenderung menyusun albumnya seperti cerita, sehingga mendengarkan setiap track mungkin seperti menjalani sebuah perjalanan emosional. Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan bukan hanya sekadar album, tetapi bisa menjadi teman untuk melewati fase percintaan seperti kata Bernadya.
Tumbuh dan Menjadi, Banda Neira
Tahun ini juga menjadi sejarah comeback-nya duo folk akustik, Banda Neira. Setelah delapan tahun hiatus, Ananda Badudu memutuskan memulai perjalanan baru bersama Sasha lewat album Tumbuh dan Menjadi.
Album ini berisi sembilan track yang secara keseluruhan menyoal tentang perasaan–mimpi-mimpi, ketakutan, lelah, keberanian, dan cinta–yang selalu hidup bersama kita. Bagi saya, album ini terasa lebih dewasa. Tidak hanya menyampaikan pesan semangat tetapi juga siap menjadi teman yang membersamai perjalanan. Mereka juga enggak ragu menampilkan sisi rapuh sebagai manusia lewat karyanya.
Proses kreatif dalam garapan album ini juga menggandeng nama-nama seperti Gardika Gigih dan Reruntuh. Salah satu track yang paling saya suka adalah Mimpilah Seliar-liarnya yang merekam obrolan jujur dan apa adanya tentang hubungan pasangan di tengah kesibukan aktivitas pekerjaan. Selain itu, kamu juga bisa mulai mendengarkan album ini dari track yang rilis sebagai single pembuka, Tak Apa Akui Lelah atau mencoba mendengarkan Peganglah Tanganku Coba Lagi Sekarang ketika sedang commuting membelah jalanan ibu kota.
Tumbuh dan Menjadi terasa berbeda dari dua album sebelumnya yang banyak berbicara dalam spektrum yang luas dan atau mengungkapkan cinta secara metafora. Di album kali ini, Banda Neira tak banyak memakai metafora dan cenderung mengutarakan cerita dengan jujur dan apa adanya.
The Rise and Fall of a Midwest Princess, Chapell Roan
Rasanya tak adil jika tanpa memasukkan nama Chapell Roan dalam album pilihan kali ini. Meski The Rise and Fall of a Midwest Princess rilis di tahun 2023, tetapi album ini baru benar-benar dirayakan banyak orang di tahun 2024.
Chapell Roan mengemas perpaduan istimewa dalam album perdananya, mulai dari penulisan lagu yang kuat, musikalitas yang segar, dan penampilannya yang ikonik. Meski tidak sedikit yang menyebut ia sebagai bintang pop “aneh” yang membawakan narasi-narasi “tak senonoh”, hal itu tidak menutup fakta bahwa Roan menjadi penyanyi yang berhasil menempati hati banyak orang.
Keberaniannya mendobrak musikalitas yang “tabu” lewat lirik-lirik liar dan membara justru membawa lagu-lagunya masuk ke tangga lagu Billboard Hot 100 di 2024.
Jika musik girl pop yang catchy kini semakin diminati secara global, di Indonesia, lagu-lagu mendayu dengan cerita personal yang jujur dan apa adanya tetap merajai hati pendengar. Meski begitu, apapun genrenya dan siapa pun penyanyinya, musik memiliki bagian penting dalam kehidupan kita.
Saya terkadang membayangkan bagaimana jika tidak ada musik di dunia ini. Mungkin kebisingan dan suara-suara di luar kendali kita yang akan menjadi sahabat karib untuk menyusuri setiap perjalanan pergi dan pulang, atau ritual melamun di balik jendela. Bersama musik itulah kita tetap hidup atau bahkan–sekadar–bertahan.