Kenaikan PPN 12 Persen, ini Pedoman Bertahan dan Berjuang dengan Sebaik-baiknya
Ada lima dampak buruk yang akan dirasakan kelas menengah setelah PPN dinaikkan jadi 12 persen. Berikut siasat menghadapinya.
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jadi bahan obrolan panas, terutama di kalangan kelas menengah. Kebijakan ini dinilai punya dampak besar, mulai dari naiknya harga barang dan jasa hingga berubahnya pola konsumsi masyarakat. Mau tidak mau. Suka tidak suka.
PPN itu Apa?
Menurut artikel Online Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Apa Itu?, PPN adalah pajak yang dihitung dari nilai tambah pada barang atau jasa di setiap tahap distribusinya. Contohnya, saat sebuah barang diproduksi, nilai tambah dari proses produksi itu dikenakan PPN. Begitu juga saat barang didistribusikan ke pengecer dan akhirnya sampai ke tangan konsumen.
Di Indonesia, PPN diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. Sebelumnya, tarif PPN sebesar 10 persen, tapi sekarang naik jadi 12 persen. Tarif ini berlaku untuk sebagian besar barang dan jasa, kecuali yang mendapat pengecualian khusus.
Baca Juga: 5 Kebijakan yang Mempersulit Kelas Menengah di 2025
Apa Saja yang Kena PPN?
Enggak semua barang dan jasa kena PPN. Menurut Tempo di artikel bertajuk Daftar Barang dan Jasa yang Terkena dan Dikecualikan PPN 12 Persen, barang seperti bahan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan biasanya dikecualikan. Namun, aturan ini bisa berubah tergantung kebijakan yang berlaku.
PPN sendiri punya peran penting untuk pendapatan negara. Akan tetapi, kenaikan tarif seperti ini pastinya berdampak langsung, terutama untuk konsumen akhir. Jadi, penting buat kita paham kebijakan tersebut dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Yang Terjadi Jika Harga Kebutuhan Sehari-hari Naik
Pengaruh Kenaikan PPN bagi Kelas Menengah
Kelas menengah jadi salah satu kelompok yang paling kena imbas dari kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Sebagai motor utama perekonomian, baik lewat konsumsi maupun kontribusi pajak, kenaikan ini sangat terasa efeknya di berbagai aspek kehidupan kita sebagai kelas menengah.
1. Biaya Hidup Jadi Lebih Berat
Kenaikan PPN membuat harga barang dan jasa yang sering dikonsumsi kelas menengah jadi lebih mahal.
Contohnya:
- Harga kebutuhan sehari-hari naik.
Barang seperti makanan olahan, pakaian, hingga perlengkapan rumah tangga ikut terdampak. Walaupun bahan pokok seperti beras atau gula sering dikecualikan dari PPN, pengeluaran untuk hal lain tetap membengkak.
- Layanan publik makin mahal.
Transportasi umum, internet, hingga utilitas rumah tangga (listrik, air, gas) ikut naik karena penyesuaian tarif dari penyedia layanan.
Ini jelas jadi tantangan buat kelas menengah yang penghasilannya mungkin enggak ikut naik, tapi pengeluarannya terus bertambah.
2. Efek Domino ke Harga Barang dan Jasa
Kenaikan PPN tidak cuma dirasakan konsumen, tapi juga pelaku usaha di rantai distribusi. Produsen biasanya akan meneruskan tambahan biaya ini ke harga jual, dan ujung-ujungnya konsumenlah yang menanggung beban.
Contohnya:
Produsen makanan olahan yang bahan bakunya kena tarif baru pasti akan menaikkan harga produknya. Kelas menengah, sebagai konsumen akhir, jadi pihak yang paling terasa dampaknya.
3. Daya Beli Turun
Kelas menengah, yang selama ini jadi penggerak konsumsi domestik, terancam kehilangan daya beli karena kenaikan harga. Ini tidak cuma berdampak ke individu, tapi juga sektor yang bergantung pada belanja rumah tangga, seperti:
- Ritel. Toko dan pusat perbelanjaan mungkin kehilangan pelanggan karena konsumen menahan belanja.
- Industri jasa. Kafe, restoran, hingga tempat hiburan akan kena dampaknya karena orang lebih memilih mengurangi pengeluaran.
4. Penurunan Kesejahteraan
Dengan biaya hidup yang makin tinggi, kualitas hidup kelas menengah bisa ikut turun. Kebiasaan seperti makan di luar atau liburan mungkin harus dikurangi. Selain itu, kenaikan ini juga berimbas ke:
- Akses pendidikan. Biaya buku, alat tulis, atau kursus tambahan jadi lebih mahal.
- Akses kesehatan. Layanan kesehatan non-esensial seperti konsultasi spesialis atau terapi ikut naik harganya.
5. Kesenjangan Ekonomi Makin Terasa
Dikutip dari Kontan, Kenaikan Tarif PPN Lebih Berdampak Negatif ke Masyarakat Bawah Dibanding Kelas Atas, kenaikan PPN ini juga membuat kesenjangan ekonomi antara kelas menengah dan kelas atas makin tajam. Buat kelas atas, kenaikan ini mungkin cuma terasa sedikit. Tapi bagi kelas menengah, dampaknya cukup besar sehingga bisa memengaruhi kemampuan mereka untuk mempertahankan gaya hidup atau status ekonomi mereka.
Baca Juga: Hidup Gen Z dan Milenial: “Cukup Saja Sudah Mewah, Dua-Tiga Pekerjaan Enggak Cukup”
Strategi untuk Menghadapi Kenaikan PPN
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jadi 12 persen memang membuat tantangan baru, terutama kelas menengah. Tapi jangan khawatir, ada beberapa langkah strategis yang bisa kamu coba agar keuangan tetap aman.
1. Cek Lagi dan Prioritaskan Pengeluaran
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat ulang pengeluaran dan fokus ke kebutuhan utama:
- Utamakan kebutuhan pokok. Pastikan alokasi anggaran buat kebutuhan seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan tetap terpenuhi.
- Hindari pengeluaran enggak penting. Kurangi belanja barang mewah atau hiburan yang tidak terlalu mendesak.
2. Kurangi Kebiasaan Boros
Kalau mau hemat, coba mulai dari hal kecil yang gampang dilakukan:
- Masak di rumah. Ini jauh lebih hemat dibanding makan di luar atau pesan makanan lewat aplikasi.
- Evaluasi langganan digital. Pilah-pilah layanan streaming, musik, atau aplikasi berbayar yang jarang kamu pakai. Bisa juga berbagi akun sama keluarga atau teman buat hemat biaya.
- Hemat energi. Jangan lupa matikan lampu atau alat elektronik yang tidak terpakai. Selain hemat listrik, ini juga ramah lingkungan.
- Kurangi belanja impulsif. Buat daftar belanja sebelum ke toko atau belanja online. Jangan gampang tergoda sama diskon besar kalau barangnya tidak benar-benar dibutuhkan.
3. Cari Cara untuk Tambah Penghasilan
Supaya tidak terlalu terbebani kenaikan PPN, kamu juga bisa mencoba langkah proaktif seperti:
- Ambil kerja sampingan. Cari peluang freelance atau pekerjaan tambahan yang sesuai sama keahlian atau hobimu. Misalnya, jadi penulis lepas, desain grafis, atau bahkan buka usaha kecil-kecilan.
- Upgrade skill. Kalau punya waktu luang, coba ikuti kursus online di bidang yang lagi banyak dibutuhkan, seperti digital marketing, coding, atau manajemen media sosial. Ini bisa jadi investasi buat kariermu ke depannya.
Ilustrasi oleh Karina Tungari