‘Otome Games’: Eskapisme Aman untuk Perempuan di Dunia Otaku
Di balik problematika Otome Game, permainan ini menjadi ruang aman bagi perempuan sebagai eskapisme dan tempat membangun komunitas inklusif.
Ramainya drama di Internet soal serangan misoginis terhadap perempuan di fandom Love and Deepspace mengingatkan pada masa ketika anime reverse harem seperti Watashi ga Motete Dousunda, Diabolik Lovers, Amnesia, maupun anime berjenis lain seperti Free! dan Kuroko no Basket sedang tren pada masanya. Serial-serial ini, dengan perkumpulan penggemar yang didominasi perempuan, kerap dihujat laki-laki dalam fandom anime ini.
Meski fandom otaku lebih didominasi oleh laki-laki, perempuan juga beperan besar dalam budaya pop gim dan anime ini. Mereka menunjukkan kecintaan melalui tas itabag penuh merchandise husbando kesayangan, menghiasnya dengan koleksi merchandise resmi karakter husbando kesayangan, hingga membuat karya penggemar. Hal ini mendorong studio animasi dan pengembang gim menciptakan konten khusus perempuan, membangun komunitas inklusif di fandom dengan anggota mayoritasnya perempuan.
Baca juga: Apa itu Wibu: dari Sejarah Munculnya Sampai Stigma Pahit yang Nempel
Apa itu ‘Otome Game’
Otome Game, secara harfiah berarti “maiden games (gim gadis)” adalah permainan simulasi kencan yang sering disebut reverse harem karena kebalikan dari aliran yang pemain utamanya laki-laki yang dikelilingi perempuan. Tidak sedikit gim ini yang diadaptasi menjadi serial anime untuk memperluas jangkauan, seperti Diabolik Lovers dan Amnesia. Serial seperti Watashi ga Motete Dousunda, yang diadaptasi dari komik berjudul sama, atau Hanayori Dango, yang bahkan diadaptasi menjadi drama terkenal Meteor Garden di Taiwan dan Boys Before Flowers di Korea Selatan, juga menunjukkan popularitas genre ini.
Love and Deepspace sendiri adalah gim simulasi kencan berbasis Android maupun iOS yang menjadi contoh sukses Otome Game. Pemain dapat berinteraksi dengan empat Love Interests, yakni Xavier, Zayne, Rafayel, Sylus, serta karakter baru, Caleb, yang segera hadir. Selain cerita kencan, gim ini mengintegrasikan elemen aksi dengan melawan monster bernama Wanderers.
Gim ini semakin populer setelah komunitas r/gachagaming di Reddit menobatkannya sebagai gim gacha (gim berbasis undian) berpendapatan tertinggi, mengalahkan Honkai: Star Rail maupun Genshin Impact. Popularitas ini menarik perhatian YouTuber Windah Basudara, yang turut memainkan gim tersebut. Namun, buruknya pengendalian audiens memunculkan komentar-komentar tidak pantas di ruang tunggu livestream. Meskipun Windah meminta maaf, insiden ini menciptakan efek bola salju bagi perempuan maupun pemain Otome Game yang lain.
Baca juga: Perempuan Antagonis Gugat Keadilan: 6 Manga Isekai Terbaik
Otome Game sebagai ruang aman otaku perempuan
Sebagai media eskapisme, Love and Deepspace menawarkan kehangatan yang sulit ditemukan pada dunia nyata: karakter laki-laki ideal yang memenuhi fantasi emosional pemain. Misalnya Sylus, bad boy kaya raya setinggi 190cm, sombong tapi perhatian, dan bersuara merdu. Tidak heran banyak pemain terobsesi mengoleksi item-nya.
Otome Game juga menawarkan rasa aman karena kemudahan memprediksi sifat Love Interest yang sedang dimainkan. Karakter yang dirancang secara visual dan emosional membangun ikatan parasosial yang kuat dengan pemainnya, sesuatu yang sulit ditemukan dalam hubungan nyata yang lebih kompleks. Kombinasi ini menjadikan Otome Game sebagai media eskapisme yang populer di kalangan otaku perempuan, terbukti dari pencapaiannya sebagai gim gacha dengan penghasilan tertinggi.
Baca juga: ‘Cardcaptor Sakura’, Anime yang Perkenalkan Saya pada Dunia Queer
Sayangnya, budaya otaku sering kali lebih maskulin, terutama dalam penggambaran karakter di anime, gim, dan manga. Media eskapisme seperti Otome Game sering dianggap “mengancam” maskulinitas laki-laki, yang merasa perempuan tidak berhak memiliki eskapisme serupa. Perempuan yang menikmati media ini kerap dihina, dianggap kurang pantas, bahkan diasosiasikan dengan stereotip seperti kekurangan figur ayah dalam hidupnya.
Padahal, perempuan otaku hanya ingin menikmati eskapisme mereka, sama seperti laki-laki otaku yang mengidolakan waifu mereka. Sudah saatnya laki-laki dalam fandom ini sadar bahwa tidak semua media otaku diciptakan untuk mereka saja. Perempuan juga punya hak untuk menikmati hiburan mereka, termasuk di-puk-puk oleh husbando fiktif favoritnya.
Vinsensa A. Rosaline bisa dihubungi melalui email ini [email protected]