December 5, 2025
Issues Politics & Society

Dari Nasi Padang sampai Ubi Hangat, Perempuan Topang Massa Aksi DPR

Sejumlah perempuan berperan menjaga dapur logistik. Mereka memastikan massa aksi tak kelaparan, membagi pangan hangat bahkan kepada aparat, meski ditolak.

  • August 25, 2025
  • 3 min read
  • 4998 Views
Dari Nasi Padang sampai Ubi Hangat, Perempuan Topang Massa Aksi DPR

Ada pemandangan tak biasa dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, (25/8). Sejumlah perempuan mendirikan posko pangan di beberapa titik. Mereka menyediakan nasi padang, ubi rebus, buah, gorengan, hingga air minum bagi massa aksi yang sejak siang berhadapan dengan gas air mata aparat.

Salah satunya datang dari Nada Arini, perempuan penggerak Sustainable Indonesia. Dua hari sebelum aksi, lewat unggahan di Instagram pribadinya @nada_arini, ia mengajak publik berdonasi logistik. “Semua bentuk dukungan berarti,” tulis Nada dalam postingannya.

Baca Juga: #DimulaidariPati: Ribuan Warga Pati Menuntut Sudewo Mundur dari Jabatan

Seruan itu disambut luas, hingga pada hari-H ia bersama sembilan perempuan lain mendirikan posko pangan di halte dan bawah flyover Senayan. Dari posko itulah, massa aksi bisa menemukan berbagai jenis pangan—mulai dari ubi rebus, buah, roti, gorengan, hingga nasi padang.

“Logistik kita masih aman, meski tadi kita kabur ibu-ibu masih bertahan jagain logistik yang dihimpun tim,” tulisnya di Instagram Story, menggambarkan bagaimana para ibu tetap bertahan bahkan ketika massa aksi mundur karena gas air mata ditembakkan sejak sekitar pukul 12.00 WIB.

Baca Juga: Ribuan Massa Demo di DPR Tuntut Penarikan Tunjangan Anggota DPR

Kekecewaan terhadap DPR membuat Nada dan perempuan lain merasa perlu bergerak. “Harusnya jadi perwakilan rakyat, tapi malah tidak berpihak kepada rakyat. Di sela-sela banyaknya PHK, harga naik, semua serba di efisiensi, mereka malah naik tunjangan yang luar biasa besar. Pajak penghasilan ditanggung negara pulak, berarti ditanggung kita juga dong. Belum lagi tanggapan mereka pada protes kita, merendahkan sekal,” komentar Nada saat dihubungi Magdalene lewat pesan teks, (25/8).

Maka, ketika mendengar ada aksi protes di depan DPR, mereka spontan menyiapkan makanan dan minuman untuk para demonstran. Dukungan publik juga mengalir deras—donasi yang dibuka lewat media sosial harus ditutup hanya enam jam setelah diumumkan, karena jumlahnya terlalu besar untuk dikelola sendiri.

Di lapangan, banyak ibu lain yang ikut membantu membagikan logistik. Meski situasi aksi tak sepenuhnya kondusif dan mereka harus pulang lebih cepat, rasa kebersamaan itu meninggalkan kesan mendalam. “Terharu rasanya, melihat begitu banyak ibu yang peduli,” kata Nada.

Menurut pantauan Magdalene, perempuan memang menjadi penggerak utama distribusi pangan ini. Mereka membagikan makanan ke kerumunan pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga pengemudi ojek daring yang terdorong mundur setelah berhadapan dengan aparat. Dukungan sederhana itu menyelamatkan banyak orang dan mengembalikan tenaga untuk tetap bertahan di jalan.

Hingga sore, aparat masih berupaya membubarkan massa yang terkonsentrasi di bawah JPO Senayan Park. Posko pangan yang sempat dijaga sejumlah perempuan akhirnya ikut mundur bersama massa aksi, setelah area sekitar kembali dipenuhi tembakan gas air mata.

About Author

Ahmad Khudori and Purnama Ayu Rizky