Nyamuk Masuk Islandia: Alarm Krisis Iklim yang Tak Bisa Kita Abaikan
Berpetualang di Islandia biasanya identik dengan pemandangan damai, gletser megah, dan udara super bersih yang bikin kamu lupa sejenak panasnya Indonesia. Negara ini bahkan sering dijuluki sebagai “zona bebas nyamuk” karena kondisi alam ekstrem tak memungkinkan hewan itu hidup di sana.
Menariknya, belakangan muncul plot twist nyamuk muncul di Islandia. Situasi ini seperti adegan film sci-fi, tempat yang selama ini dianggap kebal terhadap serangga penghisap darah, mendadak menunjukkan celah. Kemunculan nyamuk bukan cuma soal hewan kecil yang menyebalkan. Ini adalah sinyal bahwa perubahan iklim sedang bekerja pelan tapi pasti, bahkan di wilayah yang dulu dianggap aman dari kehadiran nyamuk.
Menurut laporan Smithsonian Magazine pada tahun 2025 berjudul Iceland Is No Longer Mosquito Free. Is Climate Change to Blame? Islandia selama bertahun-tahun dikenal sebagai salah satu dari sedikit tempat di dunia yang tidak memiliki populasi nyamuk permanen. Hal itu disebabkan oleh kondisi alam yang keras, seperti suhu super rendah dan siklus beku-mencair yang terlalu cepat bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Namun tren mulai bergeser. ABC News pada tahun 2025 melalui artikel Mosquitoes found in Iceland for 1st time as temperatures in the region rise mencatat rata-rata temperatur di Islandia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Musim dingin tidak lagi sedingin dulu, sedangkan musim hangat jadi sedikit lebih panjang. Celah iklim ini akhirnya membuka kesempatan bagi nyamuk untuk hidup dan beradaptasi.
Kehadiran nyamuk di Islandia bisa dibilang sebagai “alarm biologis” untuk seluruh dunia. Perubahan iklim bukan lagi teori di dalam laporan ilmiah, melainkan fenomena jelas yang kini menembus batas-batas geografis ekstrem. Jika negara se-dingin Islandia saja mulai dihampiri nyamuk, bukan tidak mungkin wilayah lain pun segera menyusul. Saatnya berhenti berpura-pura bahwa masalah ini masih jauh dari kehidupan kita.
Baca Juga: Pendidikan Perubahan Iklim buat Anak-anak, Apa Pentingnya?
Nyamuk Pertama Terdeteksi di Kawasan Kiðafell, Kjós, Islandia
Berita soal nyamuk pertama yang ditemukan di Islandia bikin banyak orang terkejut. Dilansir CNN Indonesia, lembaga penyiaran nasional Islandia mengumumkan bahwa tiga spesimen nyamuk ditemukan di wilayah Kiðafell, Kjós, area lembah pedesaan dekat Hvalfjordur. Penemuan ini terjadi pada awal Oktober dan langsung menarik perhatian publik.
Laporan awal datang dari pengamat serangga, Bjorn Hjaltason, yang membagikan temuannya di grup Facebook “Skordyr a Islandi” atau “Serangga di Islandia.” Sampel nyamuk itu kemudian dikirim ke Institut Sejarah Alam Islandia untuk dianalisis lebih lanjut. Ahli entomologi Matthias Alfredsson memastikan serangga tersebut memang nyamuk, bukan serangga lain yang mirip.
Selama ini, nyamuk di Islandia hanya ikut “numpang” lewat pesawat dari negara lain. Jadi, fakta bahwa nyamuk ini benar-benar hidup di daratan Islandia mencetak sejarah baru. Matthias menjelaskan kepada Anadolu Agency bahwa spesies yang ditemukan adalah Culiseta annulata, jenis nyamuk tahan dingin yang cukup umum di Eropa Utara. Ia bahkan menambahkan bahwa kemungkinan besar nyamuk ini akan menetap.
Nyamuk biasanya menghangatkan diri selama musim dingin di tempat yang teduh seperti gudang atau kandang hewan. Para ilmuwan sebenarnya sudah memprediksi hal ini. Islandia sebagai negara Nordik punya suhu rata-rata sekitar 1,8 derajat Celsius, namun perubahan iklim membuat kondisi semakin menghangat sehingga spesies berdarah dingin mulai mampu beradaptasi.
Secara umum, nyamuk lebih nyaman hidup di suhu hangat atau tropis, terutama di atas 28 derajat Celsius. Kalau suhu turun di bawah 10 derajat Celsius, nyamuk biasanya tidak bertahan. Nyamuk betina dari beberapa spesies akan berhibernasi hingga cuaca lebih bersahabat, sementara sebagian lainnya bertelur di air sebelum mati. Telur tersebut bisa bertahan hingga suhu menghangat dan kemudian menetas.
Usia nyamuk sendiri biasanya tidak sampai dua bulan. Namun bagi nyamuk betina yang mampu berhibernasi, mereka bisa hidup lebih lama hingga sekitar enam bulan. Fenomena ini semakin memperkuat bahwa perubahan iklim memberi peluang bagi nyamuk untuk berkembang biak di tempat yang tadinya mustahil ditempati.
Baca Juga: Dari Piring Melawan Perubahan Iklim
Kemunculan Nyamuk, Tanda Krisis Iklim Mulai Mengancam Islandia?
Kemunculan nyamuk di Islandia bukan sekadar kejutan kecil. Fenomena ini juga membuka percakapan lebih luas soal krisis iklim yang semakin terasa. Para peneliti sudah sejak lama memperkirakan bahwa Islandia sebenarnya punya banyak habitat yang cocok bagi nyamuk seperti rawa dan kolam. Hanya saja, iklim yang super ekstrem sebelumnya membuat nyamuk sulit bertahan hidup di sana.
Situasi mulai berubah. The Guardian pada tahun 2025 dalam artikel Mosquitoes found in Iceland for first time as climate crisis warms country mencatat suhu di Islandia memanas empat kali lebih cepat dibanding rata-rata belahan bumi utara. Gletser yang dulu membentang megah kini mulai runtuh, dan spesies ikan yang biasa hidup di perairan hangat, seperti makarel dari wilayah selatan, mulai muncul di laut Islandia. Semua ini menjadi puzzle besar yang bernama perubahan iklim.
Tidak hanya Islandia yang menghadapi “serangan nyamuk baru.” Di Inggris, telur nyamuk Mesir (Aedes aegypti) mulai ditemukan tahun ini, sedangkan nyamuk macan Asia (Aedes albopictus) terdeteksi di Kent. Kedua spesies itu dikenal bisa menyebarkan penyakit tropis seperti demam berdarah, chikungunya, sampai virus Zika. Dunia yang menghangat membawa para “penghisap darah” ini berkelana ke wilayah-wilayah baru.
Meski begitu, ahli entomologi Matthias Alfredsson tetap berhati-hati dalam menyimpulkan bahwa semua ini sepenuhnya akibat perubahan iklim. Suhu yang menghangat memang memberi peluang bagi spesies baru untuk hidup dan berkembang, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Pandangan lain datang dari Colin J. Carlson, asisten profesor epidemiologi dari Universitas Yale. Kepada CNN, ia menyampaikan bahwa Islandia mungkin memang sudah layak huni bagi serangga ini sejak awal. Nyamuk pun sudah ditemukan jauh di utara Skandinavia. Ia menekankan bahwa kita masih minim pengetahuan soal bagaimana dan seberapa cepat wilayah jelajah nyamuk terus bergeser.
Fenomena kecil ini terasa seperti alarm dari alam. Isu iklim tidak lagi abstrak atau jauh dari kehidupan kita. Islandia kini memberikan contoh nyata bagaimana perubahan suhu dapat mengubah ekosistem bahkan di tempat paling tak terduga.
















