Politics & Society

Menemani Orang dengan Gangguan Mental

Bantuan dari orang terdekat membuat orang-orang dengan gangguan mental terus bertahan dan mendapat semangat untuk bangkit.

Avatar
  • September 21, 2018
  • 3 min read
  • 1269 Views
Menemani Orang dengan Gangguan Mental

Semua terasa gelap, harapan hanya sebuah ilusi dan tidak akan pernah terwujud dan saya tak mampu menjemputnya. Saya merasa sebagai orang terburuk di dunia yang akan ditinggalkan oleh orang-orang terdekat yang mengetahui bagaimana perilaku saya ketika kambuh.

Di lain sisi ada bagian dari diri saya yang terus menyalahkan orang lain dan merasa ingin meninggalkan mereka, tetapi juga ada yang meneriaki diri saya bahwa saya adalah si monster buruk yang tak pantas dicintai dan kesedihan adalah kawan sejati yang tak tahu waktu kapan akan datangnya. Begitu yang saya rasakan ketika emosi saya tak dapat terkontrol, pikiran saya melaju lebih cepat dan menciptakan kontradiksi-kontradiksi yang semakin melelahkan diri saya.

 

 

Saya didiagnosis sebagai seseorang dengan Bipolar tipe II yang belakangan juga diketahui memiliki Borderline Personality Disorder. Semua terasa melelahkan. Saya sering merasa penyakit mental yang saya derita menjadikan saya egois, karena nyatanya saya memiliki orang yang peduli dengan saya dan saya tetap merasa diri saya buruk dan tak pantas dicintai, dan membuat mereka merasa bersalah karena hal tersebut.

Begini, suatu malam di saat semua gelap dan saya kambuh, kekasih saya terus mendengarkan saya menangis dan berbicara terus menerus. Lalu meminta saya untuk mengatur nafas saya, namun yang saya lakukan terus menangis dan mengatakan hal-hal yang saya ciptakan sendiri di kepala saya. Waktu terus melaju, dan akhirnya saya dapat mengontrol diri saya dan sadar. Lalu kami kembali bicara dan ia meyakinkan diri saya bahwa saya akan baik-baik saja.

Pada suatu seminar mengenai depresi yang pernah saya datangi, seorang narasumber mengatakan bahwa pasangannya dulu tidak dapat memahami gangguan mental yang ia derita yang akhirnya juga mengantarkan mereka pada perceraian. Di luar sana mungkin juga banyak orang dengan sakit mental yang lingkungannya tidak dapat mendukung dan memahami kondisi mereka. Setiap orang bagaimana pun kondisinya akan senantiasa membutuhkan dukungan emosional dari lingkungannya, baik dari dalam keluarga, pertemanan, atau pasangan. Pun dengan mereka yang memiliki kondisi mental yang membutuhkan pertolongan lebih.

Pada masa-masa gelap dan pikiran-pikiran untuk mati saja berseliweran di kepala saya, saya tahu siapa yang dapat saya hubungi, yang akan mendengarkan atau sekadar membaca pesan saya tanpa penghakiman, ruang yang membuat diri saya merasa sendiri kembali terisi. Saya sering meminta maaf pada kekasih dan teman saya, karena saya tahu betapa lelahnya mereka menghadapi diri saya, dan mereka tetap memilih tinggal untuk memberikan dukungan emosional.

Psikolog dan psikiater adalah pekerja profesional yang akan membantu untuk menelaah gangguan kejiwaan dan memberikan masukan tentang apa yang dapat kita lakukan. Sedangkan bantuan dari orang-orang terdekat dibutuhkan karena di situlah energi yang membuat terus bertahan dan mencipratkan semangat untuk bangkit dapat tersalurkan. Kesediaan untuk mendengarkan tanpa penghakiman adalah suatu bantuan dasar namun berdampak besar yang dapat dilakukan untuk menemani orang dengan gangguan jiwa.

Pada tiap insan yang tetap ingin singgah dan menemani orang dengan gangguan jiwa, saya ingin berterima kasih atas tenaga dan pikiran yang kalian berikan kepada orang-orang yang memang membutuhkan keberadaan kalian. Terima kasih sudah ingin dibagi kelelahan, dan menjadi alasan kami untuk tetap bertahan dan percaya bahwa harapan itu ada.



#waveforequality


Avatar
About Author

Yana Safitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *