Culture Gender & Sexuality Issues

Aktor Nonbiner Menang Tony Award, Kategori Akting Berdasarkan Gender Sudah Usang?

Kemenangan Alex Newell dan J. Harrison Ghee sebagai aktor nonbiner di Tonny Awards 2023 membuka perdebatan: Kategori akting berdasarkan gender akan dihapus?

Avatar
  • June 14, 2023
  • 7 min read
  • 1261 Views
Aktor Nonbiner Menang Tony Award, Kategori Akting Berdasarkan Gender Sudah Usang?

Sejarah tercipta untuk kedua kalinya dalam Tony Award, acara penghargaan teater tertinggi di Amerika Serikat. Jika tahun lalu, komposer dan penulis Toby Marlow memecahkan rekor sebagai pemenang Tony nonbiner pertama, tahun ini dalam perhelatan ke-76-nya, J. Harrison Ghee dan Alex Newell jadi aktor nonbiner pertama yang memenangkan penghargaan dalam kategori akting.

Ghee memenangkan penghargaan penampilan terbaik dalam kategori actor in a leading role untuk perannya sebagai Jerry/Daphne dalam Some Like It Hot, sebuah musikal yang didasarkan pada film tahun 1959 yang dibintangi Marilyn Monroe.

 

 

Sedangkan Newell membawa pulang penghargaan penampilan terbaik dalam kategori featured role in a musical untuk perannya sebagai Lulu dalam Shucked, sebuah komedi musikal tahun 2022.

Bertepatan dengan Pride Month, kemenangan keduanya dirayakan banyak individu LGBTQ+ seluruh dunia. Ghee bahkan secara spesifik mendedikasikan penghargaannya untuk setiap individu trans, nonbiner, dan gender nonconforming lainnya yang selama ini didikte untuk tidak menjadi diri sendiri.

Namun di tengah selebrasi kemenangan keduanya, Tony Awards tidak lepas dari kritikan. Seperti acara penghargaan besar lain seperti Oscar dan Emmy, Tony Awards masih menggunakan kategori aktor dan aktris terbaik berdasarkan gender.

Hal ini membuat pemain yang mengidentifikasi dirinya sebagai nonbiner terpaksa harus memilih kategori mana yang mereka inginkan untuk dinominasikan. Semuanya agar bisa secara resmi dipertimbangkan dalam penghargaan tersebut.

Baca Juga: Alam Semesta yang Ternyata Serba ‘Queer’

Kategori yang Problematik

Aktor “& Juliet”, Justin David Sullivan sempat memprotes prosedur ini. Dikutip dari NPR, sebagai trans nonbiner, ketentuan ini membuat Sullivan “tidak nyaman”. Ia menolak masuk nominasi Tony Award karena menurutnya penghargaan tersebut tidak memberikan ruang untuk orang-orang seperti dirinya.

“Saya diberitahu bahwa saya tidak memiliki pilihan lain selain memilih salah satu dari dua kategori berdasarkan gender itu. Saya tidak bisa melangkah maju dengan menyangkal bagian mana pun dari identitas yang saya miliki untuk menyesuaikan diri dengan sistem dan struktur yang tidak memberikan ruang bagi orang-orang seperti saya,” ujarnya.

Senada dengan Sullivan, Emma Corrin yang terkenal lewat perannya sebagai Princess Diana di serial The Crown juga sempat menyampaikan sentimen yang sama. Emma Corrin mengatakan pada BBC 2022 lalu, sampai sekarang acara penghargaan belum jadi ruang yang inklusif.

Dengan memaksa para pemain untuk masuk dalam kategori tertentu, menurutnya acara penghargaan akting gagal memberikan “visibilitas dan representasi” yang sebenarnya jadi kunci dari diskusi penting dan urgen seputar gender di masyarakat saat ini. Apalagi mengingat identitas gender seseorang selalu berkaitan dengan perasaan dan bagaimana kita ingin dilihat atau diakui orang lain.

Jauh sebelum Sullivan dan Corrin tepatnya pada 2020, Asia Kate Dillon juga sempat melontarkan kritikan terhadap acara penghargaan akting yang masih terus melanggengkan kategori berdasarkan gender terutama dalam akting. Dillon sebagai artis nonbiner pernah menulis surat terbuka kepada anggota komite Screen Actors Guild (SAG) Awards yang diterbitkan di Variety. Dalam surat itu, Dillon mengutuk keras sistem acara penghargaan yang menurutnya hanya memperkuat gender yang biner.

Baca Juga: Mengenal Non-binary atau Nonbiner: Gender Netral yang Sudah Lama Eksis

Dillon mengatakan dengan memisahkan individu berdasarkan jenis kelamin dan/atau identitas gender mereka sesuai nominasi, maka acara penghargaan tidak hanya berusaha menilai seni peran dalam batasan-batasan kaku. Tetapi juga berusaha untuk terus menjunjung tinggi bentuk-bentuk diskriminasi seperti seksisme, rasisme, dan kekerasan gender.

Dalam kaitannya dengan seksisme, Dillon mengatakan kategori berbasis gender memerlihatkan pengabaian kronis dan sistemik terhadap perempuan (terutama perempuan cis kulit putih) dalam bidang seni peran. Di industri ini, perempuan masih belum dianggap layak bersanding setara dengan laki-laki.

Ini tercermin dari adanya kecenderungan perempuan cis yang lebih sedikit memiliki akses ke peran akting substansial atau jenis peran yang mendapatkan penghargaan dibandingkan laki-laki.

Laporan Keragaman Hollywood University of California, Los Angeles (UCLA) pada 2022 tentang film menunjukkan: hanya 25 persen film yang memenangkan Oscar dalam kategori apa pun pada acara tahun 2021 yang memiliki pemeran utama perempuan.

Dillon pun berdalih jika perempuan saja masih mengalami diskriminasi sistemik, apalagi dengan perempuan kulit hitam, kulit berwarna, pribumi, trans, dan penyandang disabilitas. Mereka ini yang mengalami diskriminasi berlipat, lebih dari seksisme dan kehadirannya akan terus tidak terwakili dengan baik.

Apakah Kategori Netral Gender Adalah Solusi Tunggal?

Pada 2017, MTV Movie & TV Awards untuk pertama kalinya menganugerahi Emma Watson atas perannya sebagai Belle di Beauty and the Beast lewat penghargaan netral gender, Best Actor in a Movie. Presiden MTV Chris McCarthy mengatakan kepada CNN, ini adalah cara mereka untuk tidak hanya merespons tetapi juga memimpin gerakan inklusivitas di acara penghargaan akting.  

Menyusul langkah MTV Movie & TV Awards, British Independent Film Awards, Gotham Awards, The Film Independent Spirit Awards, Canadian Screen Awards hingga Daytime Emmy juga berusaha menjadi inklusif. Acara-acara penghargaan ini mulai mempertimbangkan menggabung atau menghapus kategori Aktor Laki-Laki Terbaik dan Aktor Perempuan Terbaik menjadi lebih netral gender.

Pada Daytime Emmy misalnya, kategori baru dimunculkan yaitu Outstanding Younger Performer in a Drama Series. Dengan kategori ini, Daytime Emmy akan memungkinkan para artis yang memenuhi syarat untuk memilih kategori yang menurut mereka paling mewakili diri mereka sendiri.

Walau sudah ada solusi yang diberikan dalam menjawab masalah kategori berdasarkan gender, perdebatan terus berlanjut. Masih banyak yang bertanya-tanya apakah membuat penghargaan akting menjadi netral gender pasti akan menjamin adanya peningkatan inklusivitas bagi seniman nonbiner dan/atau gender nonconforming lainnya?

Baca Juga: Cara Sederhana Lawan Queerfobia: Empati Hingga Kasih Sayang

Sayang, jawabannya tidak semudah itu. Sarah Polley, penulis dan sutradara Women Talking (2022) dan Patricia Arquette, aktor yang dikenal lewat film Boyhood (2014) dalam wawancara New York Times mengatakan potensi untuk mempertimbangkan kesetaraan harus dipertimbangkan dengan realitas industri film dan televisi sebelum menghapuskan kategori berbasis gender.

Mereka khawatir jika kategori berbasis gender dihapuskan tanpa ada solusi lain, justru akan memberikan keuntungan tersendiri bagi laki-laki cis dan heteroseksual. Pasalnya, merekalah yang lebih banyak memiliki akses ke peran akting dan berada di posisi-posisi pengambil keputusan di Hollywood.

“Apa yang tidak ingin kita lihat adalah kategori akting umum yang akhirnya hanya diisi oleh nominator laki-laki (cis dan kulit putih). Ini adalah ketakutan saya dan itu ketakutan yang nyata,” sebut Polley.

Ketakutan Polley dan Arquette valid. Dalam laporan yang ditulis The Wrap, acara penghargaan yang sudah memiliki kategori netral gender nyatanya masih didominasi oleh laki-laki. Television Critics Association yang menyelenggarakan TCA Awards telah memiliki kategori netral gender untuk akting – Individual Achievement in Drama and Individual Achievement in Comedy– sejak didirikan pada tahun 1996.

Secara keseluruhan, 71 laki-laki dan 32 perempuan telah dinominasikan untuk penghargaan drama TCA, dengan 14 laki-laki dan 5 perempuan yang menang. 67 laki-laki dan 35 perempuan dinominasikan untuk komedi, dengan 13 laki-laki dan 7 perempuan yang menang.

Lalu ada, British Academy of Film and Television Arts (BAFTA) yang memberikan tidak spesifik gender dalam Penghargaan Rising Star tahunannya dan berusaha untuk mencapai semacam kesetaraan. Namun demikian, disparitas masih terlihat dari nominasi ini terlihat dari 33 laki-laki dan 27 perempuan, dan pemenangnya adalah laki-laki sebanyak sembilan kali dalam 12 tahun.

Ini juga disusul dengan MTV Movie and Television Awards. Dalam kategori Best Comedic Performance MTV, yang selalu tidak spesifik gender, jumlahnya sangat berbeda: 95 nominator laki-laki dan 21 pemenang laki-laki, tetapi hanya 20 nominator perempuan dengan tiga pemenang.

Menurut Steve Pond selaku penulis, kesimpulannya pun jelas. Dalam lima kategori non-gender yang telah diberikan oleh TCA, BAFTA dan MTV, tetap laki-laki yang memonopoli dua pertiga dari nominasi dan 70 persen dari kemenangan. Proporsi tidak seimbang ini jelas akan lebih merugikan bagi kelompok LGBTQ+ dan kelompok minoritas lain.

Karena itu seperti yang dikatakan oleh Josh Welsh, presiden Film Independent, yang menyelenggarakan Spirit Awards pada Variety, Masalah ini sebenarnya bukan berasal dari acara penghargaan, tetapi dari industri itu sendiri.”

Industri hiburan sampai saat ini masih bukan tempat yang setara. Di dalamnya terdiri dari sistem yang sudah dibangun sejak lama dan dilanggengkan lewat keputusan-keputusan tertentu. Dengan demikian, solusi tentang kategori berbasis gender tidak bisa tunggal dengan hanya menghapuskan atau menggantikannya saja. Sebaliknya, harus ada perbaikan dalam industri ini juga. Perbaikan ini mencakup perluasan akses hingga pembentukan atau penguatan badan pemungutan suara yang kuat dan beragam agar bisa mengakomodir perempuan, individu kulit berwarna dan LGBTQ+.



#waveforequality


Avatar
About Author

Jasmine Floretta V.D

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *