Apa itu ‘Brain Rot’, Istilah yang Sedang Ramai di Dunia Maya
Katanya, semakin sering kita ‘doom scrolling’ media sosial, otak akan kian cepat mengalami pembusukan atau ‘brain rot’. Apa itu?
Belakangan, istilah brain rot semakin sering muncul di media sosial. Secara sederhana itu menggambarkan perasaan yang muncul setelah terlalu banyak waktu dihabiskan untuk scrolling tanpa tujuan. Biasanya, aktivitas ini diisi dengan menikmati konten-konten receh tanpa benar-benar berpikir atau fokus.
Enggak main-main, menurut laporan BBC dalam artikel Losing Your Mind Looking at Memes? The Dictionary Has a Word for That, penggunaan istilah ini meningkat drastis, hingga 230 persen, antara 2023 dan 2024. Fenomena tersebut menunjukkan betapa banyak orang yang bisa relate dengan pengalaman “mager produktif” di era digital.
Apa itu Brain Rot?
Menurut BBC, brain rot secara harfiah berarti “pembusukan otak.” Namun tenang, istilah ini bukan tentang kondisi medis atau kerusakan fisik otak. Sebaliknya, brain rot adalah istilah kiasan yang menggambarkan kondisi mental saat otak terasa “mati rasa” atau kurang produktif karena terlalu banyak mengonsumsi konten digital yang sering kali enggak berkualitas.
Kenapa Istilah Brain Rot Muncul?
Coba bayangkan otakmu seperti komputer. Kalau komputer terus dipakai untuk hal-hal enggak penting tanpa pernah di-restart atau dimatikan, performanya bakal menurun dan mungkin malah error. Sama halnya dengan otak kita, kalau terus-menerus dijejali informasi receh yang enggak bermakna, otak bisa merasa lelah, kurang fokus, dan kehilangan kemampuan buat memproses informasi dengan baik.
Ciri-ciri Brain Rot dalam Kehidupan Sehari-Hari
Beberapa ciri utama brain rot yang bisa kita amati dalam kehidupan sehari-hari meliputi:
- Sulit Fokus: kamu merasa sulit untuk berkonsentrasi pada tugas yang memerlukan perhatian penuh, seperti membaca buku atau bekerja.
- Kehilangan Waktu: Setelah scrolling media sosial atau menonton video pendek, kamu merasa waktu berlalu begitu saja tanpa hasil yang berarti.
- Cepat Merasa Bosan: Kamu cepat merasa bosan dengan satu aktivitas dan beralih ke hal lain tanpa menyelesaikan yang pertama.
- Keinginan Konsumsi Konten Berlebihan: Otak kamu terus mencari hiburan instan, meskipun tidak benar-benar menikmatinya.
Mengapa Istilah Brain Rot Semakin Relevan di Era Digital?
Di zaman digital seperti sekarang, brain rot jadi fenomena yang makin sering dialami banyak orang. Terlebih dengan hhadirnya platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, kita sering terjebak dalam siklus menonton konten-konten pendek yang sifatnya dangkal. Algoritme dari platform ini memang dibuat supaya kita terus terpaku, membuat susah berhenti walaupun sebenarnya kita tahu efek negatifnya.
Baca Juga: Deepfake dan Konten Tak-konsensual, Sisi Gelap Perkembangan AI yang Penting Dibicarakan
Faktor-faktor Penyebab Brain Rot
Dikutip dari Verywell Mind, Is Social Media Giving You Brain rot?, ada beberapa faktor yang membuat brain rot jadi lebih sering terjadi, antara lain:
1. Konsumsi Media Sosial yang Berlebihan
Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube adalah sumber utama brain rot karena sifatnya yang buat kecanduan. Algoritme mereka dirancang untuk menampilkan konten sesuai preferensi kita, ditambah fitur infinite scrolling yang bikin kita susah berhenti. Akibatnya, waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk hal produktif malah habis buat scrolling tanpa arah.
Bahkan, penelitian menunjukkan kalau terlalu banyak konsumsi media sosial bisa membuat otak kita kurang terbiasa memproses informasi yang lebih rumit karena terus-menerus terpapar konten pendek dan dangkal.
2. Konten yang Kurang Berkualitas
Enggak semua konten digital itu bermanfaat. Banyak yang cuma menghibur sesaat tanpa nilai edukatif atau manfaat jangka panjang, seperti meme, video lucu, atau tantangan viral. Meskipun menghibur, kalau terus-menerus terpapar konten seperti ini, otak jadi terbiasa sama hal-hal yang dangkal, bikin kemampuan berpikir kritis dan mendalam menurun.
3. Kebiasaan Multitasking yang Berlebihan
Di dunia digital, multitasking sering dianggap cara efektif buat jadi produktif. Tapi kenyataannya, kebiasaan ini membuat otak kerja keras karena harus terus-menerus berpindah fokus, misalnya jawab email sambil nonton video atau baca berita. Selain membuat lelah, hasil kerja juga sering jadi kurang maksimal. Kebiasaan multitasking ini makin memperparah brain rot karena otak tidak punya waktu buat fokus ke satu hal secara mendalam.
4. Gangguan Notifikasi Digital
Notifikasi dari ponsel atau aplikasi adalah salah satu pengalih perhatian terbesar. Setiap notifikasi muncul, otak otomatis tergerak buat mengecek, walaupun sering kali tidak penting. Gangguan ini menciptakan pola pikir yang tidak stabil dan membuat kita gampang terdistraksi. Akibatnya, kemampuan fokus untuk waktu yang lama jadi menurun, yang merupakan salah satu tanda brain rot.
5. Pola Hidup yang Tidak Seimbang
Keseimbangan antara aktivitas digital dan fisik penting banget. Sayangnya, banyak orang terlalu lama di depan layar tanpa jeda, kurang olahraga, tidur tidak teratur, dan minim interaksi sosial di dunia nyata. Pola hidup seperti ini membuat otak menjadi cepat lelah, sehingga semakin memperparah brain rot.
6. Rendahnya Literasi Digital
Banyak orang belum paham cara memilah informasi dan menentukan mana konten yang berkualitas. Akibatnya, mereka terjebak dalam arus informasi tidak relevan atau bahkan merugikan. Hal ini bikin otak terus dipaksa kerja tanpa hasil yang memuaskan, menambah beban mental.
7. Ketergantungan pada Teknologi dan Algoritme
Algoritme platform digital dirancang supaya kita terus-terusan terlibat dengan konten mereka. Konten yang memancing emosi seperti rasa penasaran, marah, atau senang sering kali mendominasi, tanpa memberi ruang bagi otak buat istirahat. Ketergantungan ini membuat kita kehilangan kendali atas waktu dan perhatian, memperburuk gejala brain rot.
Baca Juga: 3 Catatan Penting ‘Publisher’s Rights’ yang Harus Kamu Tahu
Langkah-langkah Mencegah Brain Rot
Agar terhindar dari efek buruk brain rot, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan secara mandiri. Dikutip dari Independent, Brain rot: What is it and how can you combat it?, berikut beberapa langkahnya:
1. Kurangi Waktu di Media Sosial
Media sosial memang seru, tapi kalau kebanyakan, dampaknya bisa membuat otak kita lelah. Coba atur batas waktu harian buat scrolling media sosial. Sekarang, banyak ponsel punya fitur screen time yang bisa bantu kamu memantau penggunaan layar. Selain itu, pilih akun atau konten yang bermanfaat, seperti edukasi atau motivasi, daripada sekadar hiburan tanpa nilai tambah.
2. Pilih Konten Berkualitas
Apa yang kamu konsumsi dari dunia digital berpengaruh besar ke cara kerja otakmu. Hindari konten yang dangkal, seperti video pendek tanpa makna, dan ganti dengan sesuatu yang lebih berbobot, misalnya artikel inspiratif, buku, atau video yang memperluas wawasan. Kalau mau lebih menantang, coba ikut kursus online buat menambah skill baru.
3. Luangkan Waktu untuk Fokus Penuh
Latih otakmu untuk tetap fokus dengan mengerjakan satu tugas dalam satu waktu. Matikan notifikasi agar tidak terdistraksi, terutama saat belajar atau bekerja. Kamu bisa coba teknik Pomodoro untuk membagi waktu kerja jadi sesi-sesi kecil dengan istirahat singkat di antaranya. Dengan begitu, otakmu akan terbiasa memproses sesuatu lebih mendalam.
4. Coba Digital Detox Secara Berkala
Kadang, kita butuh waktu jauh dari gadget. Digital detox bisa jadi solusi. Misalnya, kurangi penggunaan ponsel di akhir pekan, habiskan waktu di luar rumah, atau nikmati momen bersama teman dan keluarga tanpa gangguan teknologi. Selain membuat otakmu rileks, ini juga membantu menguatkan hubungan sosial yang lebih bermakna.
5. Aktif Secara Fisik
Olahraga bukan cuma baik untuk tubuh, tapi juga bikin otak lebih segar. Aktivitas seperti jogging, berenang, atau yoga membantu meningkatkan aliran darah ke otak, mengurangi stres, dan menjaga kesehatan mental.
6. Selektif dalam Konsumsi Konten
Konten negatif seperti berita penuh kekerasan atau drama kurang penting bisa memengaruhi suasana hati dan pikiranmu. Jadi, lebih baik fokus ke konten yang positif, inspiratif, dan membawa energi baik. Pilihan yang lebih sehat ini akan membantu menjaga pikiran tetap jernih dan produktif.
Ilustrasi oleh: Karina Tungari