Issues

Liputan Mendalam Magdalene 2023: Isu Kerja-kerja Perawatan hingga Series #BeautyandTechnology

Tahun ini, kami mengerjakan beberapa proyek liputan mendalam tentang isu-isu yang dekat dengan kita, tapi jarang dikupas secara utuh. Mulai dari isu kerja perawatan hingga beauty and technology.

Avatar
  • December 31, 2023
  • 4 min read
  • 672 Views
Liputan Mendalam Magdalene 2023: Isu Kerja-kerja Perawatan hingga Series #BeautyandTechnology

Tahun ini, kami mengerjakan beberapa proyek liputan mendalam tentang isu-isu yang dekat dengan kita, tapi jarang dikupas secara utuh. Misalnya, isu tentang kerja-kerja perawatan (care work) yang sering kali berhenti di pertanyaan: siapa yang mau biayai kerja-kerja ini?

Berikut adalah beberapa artikel yang sempat kami bagi sepanjang tahun. 

 

 

1. Kerja-kerja Perawatan Penting, tapi Sering Diabaikan 

Dalam laporan bertajuk“Care Work and Care Jobs for the Future of Decent Work” (2018) disebutkan, kerja perawatan adalah seluruh pekerjaan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan emosional orang dewasa dan anak-anak, tua dan muda, lemah dan berbadan sehat, bayi baru lahir, orang tua, orang dengan disabilitas, yang membutuhkan perlindungan, perawatan, atau dukungan. 

Sementara, menurut UN Women (2018), kerja perawatan berarti produksi dan konsumsi barang atau jasa yang dibutuhkan oleh fisik, sosial, kesejahteraan mental, dan emosional untuk kelompok yang membutuhkan. Di antaranya orang sakit, bayi dan anak-anak, lansia, kelompok dengan disabilitas, bahkan orang-orang yang sehat dan bekerja.

Baca artikel lengkapnya di sini

2. Yang Tak Dilihat dari Cuti Perawatan: Tanggung Jawab Bersama, Bukan Beban Perempuan

Merujuk laporan ILO Perawatan pada Pekerjaan: Berinvestasi pada Kebijakan Cuti Perawatan dan Layanan Perawatan (2022), durasi cuti tersebut membuat tiga dari 10 calon ibu di dunia, tidak memiliki waktu pemulihan dari melahirkan yang cukup. Begitu pula untuk perawatan bayi.

Salah satunya Papua Nugini yang memberlakukan cuti enam minggu bagi ibu melahirkan, tetapi tanpa bayaran. Jika mereka ingin dibayar, ibu harus mengubah cuti melahirkannya dengan cuti rekreasi atau sakit.

Artinya, perempuan tidak dapat istirahat untuk pemulihan penuh. Ada tanggung jawab di perusahaan yang harus dipenuhi, yang juga menjamin keberlangsungan hidup keluarga. Di saat bersamaan, mereka perlu beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu.

Baca artikelnya di sini

Di penghujung tahun, kami kembali melanjutkan series #MerekaJugaPekerja dan membukanya dengan artikel utama:

3. Bekerja 100 Jam Per Minggu, tapi Tak Dianggap Produktif 

Kerja perawatan adalah semua pekerjaan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan orang lain, baik orang tua, anak-anak, lansia, disabilitas, dan lainnya. Meskipun sangat penting dan memiliki kontribusi besar pada produktivitas negara, kerja-kerja perawatan masih tak dinilai sebagai kerja produktif yang berkontribusi pada ekonomi.

Tidak dipandangnya kerja perawatan sebagai pekerjaan produktif nyatanya dialami oleh lima perempuan yang mengikuti eksperimen sosial ini. Mayoritas dari mereka melakukan kerja perawatan yang sangat menyita waktu, bahkan beberapa lebih dari dua kali lipat dari jam kerja mingguan maksimal yang diatur oleh negara sebesar 40 jam.

Baca artikel selengkapnya di sini

Tahun ini kami juga melanjutkan series #BeautyandTech, yang sejak tahun lalu mengkritisi dampak-dampak buruk dari semakin eratnya hubungan kita dengan teknologi. 

4. Ancaman Deepfake: KBGO dan Gerak Perempuan yang Makin Rentan 

Bagi para pengamat media, deepfake menghadirkan ancaman baru bagi masyarakat. Lewat deepfake yang saat ini bahkan bisa mudah diakses masyarakat luas, era disinformasi menjadi tidak terhindarkan. Akan ada banyak informasi berupa video atau gambar-gambar palsu dengan kemiripan sempurna beredar luas, sedangkan masyarakat belum punya kemampuan untuk membedakannya.

Namun, ancaman deepfake tidak berhenti sampai di sini saja. Sensity AI, sebuah perusahaan riset yang telah melacak video deepfake online sejak Desember 2018, secara konsisten menemukan bahwa antara 90 persen dan 95 persen deepfake nyatanya digunakan untuk menggambarkan perempuan secara seksual. Sebanyak 90 persen video deepfake yang beredar di internet adalah video porno non-konsensual perempuan atau disebut deepfake porn. 

Baca artikelnya di sini

5. Menelusuri Algoritme Kecantikan di Medsos: Masih Terjebak di Standar Eurosentris 

Sederhananya, algoritme medsos dibangun oleh sistem yang mengurasi konten dan perilaku pengguna, untuk kemudian dikonsumsi. Misalnya lewat likes, komentar, postingan yang diklik, dibaca, dan dibagikan. Kemudian, algoritme akan membaca, menganalisis, dan mengoleksi data terkait perilaku pengguna, untuk menyajikan konten yang beragam. Dengan demikian, terbentuk echo chamber lantaran pengguna akan mengakses berbagai konten sesuai preferensinya.

Sayangnya, keuntungan bagi platform medsos di sisi lain melanggengkan bias dan standar kecantikan eurosentris. Sebab, algoritme dikembangkan oleh machine learning system—tipe artificial intelligence, yang pendekatannya dibangun oleh manusia. Namun, sistem tersebut tidak dilatih untuk mengenal keberagaman, ataupun bersifat inklusif. Alhasil, kecantikan yang berlaku merujuk pada ciri fisik kaukasoid.

Baca artikel lengkapnya di sini.



#waveforequality


Avatar
About Author

Magdalene

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *