Issues

Kontroversi AI Ghibli: Mengancam Kreativitas dan Mengkhianati Hayao Miyazaki

Gambar AI ala Ghibli tengah jadi sorotan. Di balik estetikanya, muncul pertanyaan besar: bagaimana nasib hak cipta dan seniman di era teknologi ini?

Avatar
  • April 9, 2025
  • 5 min read
  • 592 Views
Kontroversi AI Ghibli: Mengancam Kreativitas dan Mengkhianati Hayao Miyazaki

Visual dalam film-film produksi Studio Ghibli emang selalu punya daya tarik tersendiri. Enggak heran kalau film seperti Howl’s Moving Castle, Spirited Away, sampai The Boy and The Heron sukses bikin banyak orang jatuh cinta, bukan cuma karena jalan ceritanya yang dalam, tapi juga karena animasinya yang indah banget. Tapi belakangan ini, media sosial lagi rame dengan gambar-gambar bergaya Ghibli yang ternyata dibuat pakai AI.

Coba deh ingat-ingat, udah berapa kali kamu lihat ilustrasi ala Ghibli buatan AI seliweran di timeline-mu? Meski secara visual tetap kelihatan estetik dan menarik, tren ini ternyata enggak lepas dari kontroversi. Banyak orang yang mulai mempertanyakan etika di balik tren ini dan kalau dilihat-lihat, suara kontra justru lebih kencang.

 

Masalah utamanya, gambar AI ini bisa dibuat dengan mudah dan murah, bahkan sesuai gaya yang kita mau. Tapi di sisi lain, karya-karya ini enggak menghargai jerih payah para seniman asli. Lebih parahnya lagi, kehadiran AI dalam dunia ilustrasi bisa mengancam mata pencaharian para ilustrator profesional yang selama ini mengandalkan skill dan kreativitas mereka.

Baca Juga: Kenapa Kita Mudah Terpikat dengan Film Studio Ghibli?

Pendapat Hayao Miyazaki tentang Gambar AI

Hayao Miyazaki, legenda di balik karya-karya animasi Studio Ghibli, dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi nilai seni yang dibuat dari hati dan tangan manusia. Enggak heran kalau dia jadi salah satu tokoh yang paling vokal menolak penggunaan AI dalam dunia animasi. Buat Miyazaki, seni itu enggak bisa digantikan oleh algoritma, karena seni adalah tentang perasaan, pengalaman hidup, dan ekspresi jiwa manusia.

Pandangannya itu sempat terekam jelas dalam dokumenter NHK Special: The Never-Ending Man Hayao Miyazaki yang dirilis tahun 2016. Di sana, ia menyebut animasi yang dibuat pakai AI sebagai “penghinaan terhadap kehidupan.” Bagi Miyazaki, karya yang lahir tanpa pemahaman akan makna hidup hanya akan terasa hampa, kering, dan enggak punya jiwa.

Salah satu momen paling mengena adalah ketika dia ditunjukkan demo animasi AI yang menampilkan makhluk tanpa kepala yang bergerak aneh. Alih-alih terkesan, Miyazaki justru bilang animasi itu “menyedihkan” dan menunjukkan betapa kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai seni dan kehidupan itu sendiri.

Komentar pedas Miyazaki ini terasa makin relevan sekarang, apalagi dengan tren AI di media sosial yang bikin foto orang bisa diubah jadi ilustrasi ala Studio Ghibli dalam hitungan detik. Gaya visual Ghibli yang biasanya dibuat dengan cat air dan penuh detail kini bisa “ditiru” oleh algoritma, tanpa sentuhan manusia sama sekali. Hal ini memicu perdebatan besar soal etika dan hak cipta di dunia seni.

Mengutip dari Liputan6, banyak yang merasa bahwa penggunaan AI untuk membuat gambar ala Ghibli sama aja dengan melanggar hak kekayaan intelektual. Gaya khas Studio Ghibli itu dibangun dari proses kreatif selama bertahun-tahun oleh Miyazaki dan timnya, jadi saat AI bisa meniru dengan instan, banyak seniman dan fans yang merasa itu enggak etis. Salah satu komentar yang cukup keras menyebut bahwa gambar AI ala Ghibli bikin karya seni yang awalnya penuh cinta jadi terasa “murahan.”

Tapi di sisi lain, ada juga yang menganggap sah-sah aja selama hasil gambar AI itu enggak dipakai buat keperluan komersial. Jepang sendiri punya aturan yang cukup fleksibel soal hak cipta dalam konteks pengembangan teknologi AI. Sejak UU Hak Cipta direvisi tahun 2018, konten berhak cipta bisa digunakan buat pelatihan AI tanpa harus minta izin dulu. Meski secara hukum diperbolehkan, tetap aja diskusinya belum selesai, apalagi kalau bicara soal etika dan penghargaan terhadap kreator aslinya.

Baca Juga: Sisi Gelap Perkembangan AI yang Penting Dibicarakan

Tren Foto Ala Ghibli Bisa Jadi Celah Kejahatan Digital

Tren mengubah foto jadi ilustrasi bergaya Ghibli emang lagi hits banget. Tapi di balik visual yang lucu dan estetik itu, ternyata ada potensi bahaya yang enggak boleh diremehkan. Menurut laporan dari Kaspersky yang berjudul New Kaspersky Study Examines Cybercrime’s AI Experimentation on the Dark Web, meskipun banyak platform AI besar sudah punya sistem perlindungan data, bukan berarti datamu 100 persen aman. Gangguan teknis atau serangan siber tetap bisa bikin data pribadi bocor dan nyasar ke pasar gelap di internet.

Bukan cuma soal data bocor, akun yang kamu pakai buat login ke layanan AI juga bisa jadi target hacker, apalagi kalau kamu pakai password yang gampang ditebak atau perangkatmu terinfeksi malware. Tim dari Kaspersky bahkan menemukan banyak akun AI yang dijual di forum-forum hacker. Coba bayangkan, riwayat percakapan kamu sama chatbot bisa aja dibaca orang lain!

Yang bikin ngeri, foto selfie juga termasuk data sensitif. Soalnya, wajah kamu bisa digunakan buat menyamar di dunia maya, misalnya dipakai buat akun palsu di medsos.

Tapi tenang, menurut Kaspersky, cuma dengan foto aja sebenarnya belum cukup untuk melakukan penipuan. Biasanya pelaku butuh info tambahan misalnya data pribadi, dokumen penting, atau info sensitif lainnya biar bisa beraksi.

Nah, masalahnya bisa jadi makin serius kalau kamu pernah ngobrol soal hal-hal pribadi kayak kondisi keuangan atau kesehatan lewat chatbot. Informasi semacam itu bisa dimanfaatkan untuk serangan digital yang lebih canggih dan spesifik, misalnya spear phishing, alias penipuan yang ditargetkan langsung ke kamu dengan data yang sudah mereka kumpulkan.



#waveforequality
Avatar
About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *