‘Melo Movie’: Drama Korea Romantis yang Kurang Menggigit
Mengusung CLBK, Melo Movie kurang menggigit akibat chemistry yang kurang kuat dan perkembangan karakter yang stagnan.

(Mengandung sedikit spoiler)
Industri drama Korea memiliki keahlian dalam menciptakan melodrama yang mengaduk emosi, menyentuh hati penonton di seluruh dunia. Drama Korea terbaru Netflix, Melo Movie, yang mengusung kisah cinta dan film sebagai inti ceritanya, mencoba menghadirkan drama romantis dengan nuansa emosional yang mendalam. Namun, apakah serial ini berhasil menghadirkan kisah yang benar-benar membekas di hati?
Kim Mu-bee (Park Bo-young) adalah seorang kru film yang selalu bertanya-tanya: mengapa semua orang menyukai Ko Gyeom (Choi Woo-shik)? Ia tak memahami daya tarik pria itu, yang tampaknya begitu dicintai oleh rekan-rekan kerjanya. Apakah karena Ko Gyeom seorang sinefil sejati yang mengabdikan hidupnya untuk film? Ataukah karena kepribadiannya yang menyenangkan?
Namun, seiring waktu, Mu-bee mulai melihat sisi lain dari Ko Gyeom. Ia pria yang perhatian, rela menunggu Mu-bee hingga larut malam, dan bahkan bersedia membantu pekerjaannya—meskipun Mu-bee berusaha menolaknya. Di tengah kebingungan akan perasaannya, Mu-bee akhirnya mencium Ko Gyeom.
Yang tak ia duga, tindakan ini menjadi bumerang. Tanpa penjelasan, Ko Gyeom menghilang begitu saja tanpa pesan. Beberapa tahun kemudian, takdir kembali mempertemukan mereka. Kini, Mu-bee telah menjadi sutradara dan baru saja merilis film pertamanya. Sementara itu, Ko Gyeom, yang dulu hanya seorang figuran, sekarang bertransformasi menjadi kritikus film. Pertanyaannya: akankah cinta lama mereka kembali bersemi?

Baca juga: ‘Love Scout’: Drama Korea Formulaik tapi Asyik
Melodrama Korea yang kurang menggigit
Melo Movie memiliki semua elemen khas melodrama Korea: kisah cinta yang rumit, karakter dengan luka emosional, serta latar belakang dunia film yang menarik. Namun, eksekusinya terasa kurang menggigit.
Ko Gyeom dan Mu-bee adalah dua individu yang menggunakan film sebagai pelarian dari luka masa lalu. Ko Gyeom tumbuh dengan kakaknya, Ko Jun (Kim Jae-wook), yang bukan hanya berperan sebagai pengasuh tetapi juga tulang punggung keluarga. Satu-satunya momen kebersamaan mereka adalah saat menonton film, yang buat mereka bukan Cuma sebuah hiburan tapi bentuk komunikasi emosional.
Sementara itu, Mu-bee menyimpan luka dari hubungan dengan ayahnya, seorang sutradara yang lebih mencintai film daripada keluarganya. Mu-bee selalu merasa diabaikan, dan setelah sang ayah meninggal tanpa meninggalkan warisan film yang bermakna, ia menganggap hidup ayahnya sia-sia. Obsesi Mu-bee dalam menciptakan film melodrama mungkin berakar dari perasaan bersalahnya yang tak terselesaikan.
Dengan latar belakang karakter yang cukup kompleks, seharusnya Melo Movie bisa menjadi tontonan romantis yang lebih emosional. Sayangnya, narasi yang disajikan terasa datar. Setelah Ko Gyeom menghilang akibat kecelakaan yang menimpa kakaknya, pertemuan kembali dengan Mu-bee tidak memberikan dampak yang besar. Hubungan mereka terasa stagnan, tanpa perkembangan karakter yang berarti.
Mu-bee tetap dingin dan sulit didekati sepanjang serial, sementara Ko Gyeom mempertahankan sifat khas drama Korea, yakni laki-laki yang menyimpan rahasia meskipun masih menyimpan perasaan. Dengan konflik yang kurang menggigit, kisah cinta mereka terasa monoton. Bahkan ketika akhirnya mereka mendapatkan happy ending, rasanya kurang memuaskan karena tidak ada perjalanan emosional yang benar-benar menyentuh.
Salah satu kelemahan terbesar Melo Movie adalah juga kurangnya chemistry antara pemeran utama. Choi Woo-shik dan Park Bo-young adalah aktor berbakat, tetapi interaksi mereka terasa hambar. Jika dibandingkan dengan peran Choi Woo-shik dalam Our Beloved Summer, yang memiliki premis serupa tentang pertemuan kembali dengan mantan kekasih, Melo Movie terasa jauh lebih lemah.
Sebaliknya, hubungan antara Ko Gyeom dan kakaknya justru menjadi bagian yang lebih menarik dari drama ini. Episode 7, yang menggali dinamika mereka setelah Ko Gyeom mengetahui alasan sebenarnya di balik kecelakaan Ko Jun, memberikan salah satu momen paling emosional dalam serial ini. Namun, Melo Movie tampaknya ragu untuk benar-benar menyelami isu kesehatan mental yang dialami Ko Jun. Alih-alih menghadirkan eksplorasi yang lebih mendalam, drama ini hanya menyentuh permukaan tanpa memberikan resolusi yang kuat.

Baca juga: ‘The Trauma Code: Heroes On Call’ — Drama Medis Tanpa Basa-Basi yang Bikin Kangen
Kisah cinta kedua yang justru lebih memikat
Kisah cinta sekunder dalam Melo Movie justru lebih menarik daripada hubungan utama. Hong Si-jun (Lee Jun-young), sahabat Ko Gyeom, pacaran dengan Song Ju-a (Jeon So-nee). Si-jun adalah seorang musisi berbakat, sementara Ju-a bercita-cita menjadi penulis skenario. Mereka telah lama bersama, tetapi Ju-a akhirnya sadar bahwa jika ia terus-menerus berada di sisi Si-jun, hidupnya akan begitu-begitu saja. Keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka terasa realistis dan menyentuh.
Tidak seperti kisah Mu-bee dan Ko Gyeom yang terasa datar, hubungan Si-jun dan Ju-a memiliki dinamika yang lebih kompleks. Si-jun adalah tipikal anak orang kaya yang memberontak dan hidup demi musiknya, sementara Ju-a adalah sosok yang sabar dan penuh keyakinan bahwa Si-jun akan menjadi musisi besar. Namun, konflik mereka terasa lebih nyata. Ju-a merasa frustrasi karena Si-jun terus-terusan menunda potensinya, sementara Si-jun merasa tertekan dengan harapan Ju-a yang terlalu besar.
Kedua karakter ini tidak digambarkan sebagai protagonis atau antagonis. Mereka hanyalah dua orang yang melihat masa depan dengan cara berbeda, yang membuat kisah mereka terasa lebih hidup dan relevan. Chemistry antara Lee Jun-young dan Jeon So-nee juga jauh lebih kuat, sehingga interaksi mereka lebih meyakinkan.

Baca juga: Drama Korea “Mr. Plankton”: Kisah Realistis yang Menyentuh dan Berkesan
Potensi besar yang terbuang sia-sia
Melo Movie memiliki semua elemen untuk menjadi drama romantis yang menggigit, dengan latar belakang dunia film yang menarik, premis cinta lama bersemi kembali, serta visual yang indah. Namun, eksekusinya terasa kurang maksimal.
Alih-alih memberikan kisah yang emosional dan penuh makna, serial ini justru terasa repetitif dan kurang berkembang. Perjalanan karakter utama tidak cukup dalam untuk membuat penonton benar-benar peduli dengan hubungan mereka.
Jika Melo Movie lebih berani untuk mengikuti formula klasik melodrama Korea, mungkin hasilnya akan lebih memuaskan. Dengan hanya 10 episode, drama ini memiliki durasi yang seharusnya cukup padat untuk menyampaikan kisah yang kuat. Namun, kurangnya perkembangan karakter dan chemistry yang lemah membuatnya terasa seperti tontonan yang lewat begitu saja.
Bagi pecinta melodrama, Melo Movie mungkin masih layak untuk ditonton, terutama untuk melihat dinamika karakter pendukung yang lebih menarik. Tapi jika mencari kisah cinta yang benar-benar membekas, ada banyak drama Korea lain yang lebih layak untuk dijadikan pilihan.
Melo Movie dapat disaksikan di Netflix.
