Perceraian Justin Trudeau, Sejarah Perpisahan Para Politikus, dan Kontroversinya
Perpisahan biasa terjadi pada banyak orang, tetapi tidak bagi pemimpin politik
Dalam jangka panjang, dampak politik dari perceraian tokoh-tokoh publik cenderung dapat mencerminkan sikap masyarakat umum terhadap perceraian.
Keluarga Kerajaan Inggris adalah contoh yang paling tepat jika bicara tentang perceraian. Hampir satu abad yang lalu, tahun 1930-an, perceraian sangat sulit dilakukan di sebagian besar negara di seluruh dunia, dan orang yang bercerai diyakini sebagai individu yang tidak stabil dan tidak bermoral.
Ketika Raja Edward VIII mengumumkan bahwa ia berniat untuk menikahi Wallis Simpson, seorang warga Amerika Serikat (AS) yang sudah dua kali bercerai, ia memicu terjadinya krisis di Inggris. Masalahnya ada pada perceraian Simpson, dan fakta bahwa ia adalah warga AS tidak membantu meredamnya.
Baca juga: ‘Spencer’, Biopik Menyentuh Seorang Putri Diana
Edward dipaksa turun tahta untuk bisa menikahi Simpson. Pasangan tersebut kemudian terasingkan selama sisa hidup mereka.
Sejak saat itu, hukum perceraian di banyak negara telah diliberalisasi dan perceraian lebih merupakan proses administratif ketimbang prosedur peradilan. Perceraian menjadi hal yang umum terjadi di sebagian besar masyarakat dan hanya ada sedikit stigma yang melekat padanya.
Edward adalah paman buyut Raja Charles, yang menceraikan istrinya Diana pada tahun 1996 ketika ia masih menjadi Pangeran Wales. Perpisahan Charles dan Diana sangat disorot publik, melibatkan tuduhan perselingkuhan di kedua belah pihak. Charles, sebagai seorang duda, kemudian menikahi Camilla Parker-Bowles, yang juga pernah bercerai. Lalu Charles dinobatkan menjadi Raja tanpa adanya keberatan pihak manapun.
Perceraian dapat Menimbulkan Kecurigaan
Kebanyakan orang sadar akan kompleksitas hubungan asmara, meskipun saling menyalahkan satu sama lain juga biasa terjadi dalam hubungan. Politik dapat memberikan tekanan tersendiri bagi pasangan, walaupun hal ini juga terjadi pada banyak profesi lain. Bagaimana mereka menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga mereka itu tergantung pada individu masing-masing.
Meskipun perceraian adalah hal yang umum terjadi di kalangan politikus di Kanada, jarang ada perdana menteri yang sampai bercerai. Mungkin saja para pemilih dianggap dapat “menghukum” pemimpin yang bercerai dan membuat mereka sulit untuk terpilih lagi, dan ada alasan politik yang kuat untuk tidak berpisah atau bercerai ketika sedang menjabat. Perceraian dapat membuat publik mencurigai pasangan dan perilaku mereka, mendorongnya untuk melakukan “analisis” terhadap apa yang terjadi dalam hubungan mereka.
Di tingkat pemerintah pusat, peristiwa-peristiwa sensasional sebelumnya yang berhubungan dengan pasangan termasuk perceraian Pierre dan Margaret Trudeau serta perpisahan Menteri Luar Negeri Peter MacKay dan anggota parlemen Belinda Stronach pada tahun 2005 yang sangat terbuka pada publik.
Perceraian Pierre-Margaret disertai dengan skandal dan rumor perselingkuhan, sementara perceraian Peter-Belinda dipicu oleh Belinda yang menyeberang ke Partai Liberal – ini dianggap semacam “perzinahan” politik.
Baca juga: Skeptis dengan Meghan Markle? Faktanya Rasialisme Mengakar di Inggris
Perceraian Justin Trudeau
Sepertinya tidak akan ada reaksi publik yang signifikan terhadap perceraian PM Justin Trudeau dengan Sophie Grégoire Trudeau, paling tidak karena perceraian telah menjadi bagian dari lanskap keluarga di Kanada. Ada sekitar tiga juta orang di Kanada yang sudah bercerai. Mungkin hanya sedikit penduduk Kanada yang tidak mengalami perceraian di dalam keluarga atau di lingkungan teman-teman mereka.
Pada pengumuman tentang perpisahan mereka, Trudeau dan Grégoire menekankan bahwa mereka akan terus menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat satu sama lain dan konsisten menunjukkan integritas untuk keluarga mereka. Pesannya adalah “tidak ada yang bisa dilihat di sini” – dan kita kemungkinan akan tetap melihat foto-foto kebersamaan mereka dengan anak-anaknya untuk membuktikan citra tersebut.
Jika ada konsekuensi politik, maka akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan. Para politikus akan beramai-ramai menyampaikan simpati, mengatakan bahwa ini adalah masalah pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan politik, dan menekankan bahwa mereka tidak pantas berkomentar selain mendoakan agar keduanya baik-baik saja.
Namun, tentu saja jika disandingkan dengan sosok para pemimpin oposisi Pierre Poilievre dan Jagmeet Singh dari New Democratic Party (NDP), bersama istri mereka masing-masing, lalu Trudeau tanpa istrinya, ini mungkin akan menjadi penilaian tersendiri bagi sebagian masyarakat.
Perceraian Trudeau juga akan memperkuat keyakinan sebagian orang bahwa ia bukanlah laki-laki yang baik. Jika ada satu pihak yang paling disalahkan atas perpisahan ini, hampir pasti adalah PM, bukan istrinya.
Beberapa pengamat akan lebih fokus pada waktu pengumuman perpisahan, yang terjadi segera setelah perombakan kabinet. Keputusan untuk berpisah mungkin telah dibuat beberapa minggu sebelumnya, tetapi momen pengumumannya telah direncanakan secara strategis.
Baca juga: ‘The Crown’ dan Serangan terhadap Menantu Perempuan Keluarga Kerajaan Inggris
Dengan kata lain, bisa saja ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan politik – walaupun memang perceraian itu sendiri adalah masalah pribadi. Mungkin kita melihat Trudeau sedang mempersiapkan diri, secara politis dan personal, untuk pemilihan berikutnya.
Jika perpisahan ini hanya menimbulkan sedikit kerugian politik, maka tidak ada untungnya. Tentu saja akan lebih baik untuk mengumumkan pemisahan ini lebih cepat – semakin jauh dari waktu pemilihan umum (pemilu), semakin baik – dan bulan Agustus adalah bulan ketika banyak orang tidak peduli dengan masalah-masalah yang terjadi saat ini.
Menunda pengumuman juga berisiko lebih dulu bocor ke media, lalu timbul dugaan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Perpisahan ini mungkin akan menjadi perbincangan publik ketika berlibur di pondok atau saat acara barbeku selama satu atau dua hari. Kemudian ini akan menjadi berita lama pada bulan September nanti.
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.