Issues Opini

Solusi Jitu Bikin Joki Kampus ‘Enggak Laku’

Dengan memiliki keterampilan menulis, mahasiswa maupun akademisi tidak akan merasa memerlukan bantuan joki. Pertanyaannya, maukah kampus menguatkan budaya menulis itu?

Avatar
  • October 14, 2024
  • 5 min read
  • 390 Views
Solusi Jitu Bikin Joki Kampus ‘Enggak Laku’

Belakangan, jasa joki kembali hangat jadi perbincangan. Jasa itu banyak digunakan untuk menulis karya ilmiah, skripsi, bahkan tesis mahasiswa S2. Tentu saja jasa joki sendiri merupakan bentuk pelanggaran akademis. Hanya saja, beban tugas kuliah yang berat, membuat jasa joki tetap laris manis di pasaran, bunyi salah satu riset pada 2023.

Riset tersebut sejalan dengan studi satu dekade sebelumnya yang menjelaskan, kesulitan mahasiswa menyelesaikan tugas karya ilmiah dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menawarkan jasa joki, misalnya joki untuk pengolahan data.

 

 

Sayangnya, sistem pembelajaran di kampus tidak mempersiapkan mahasiswa untuk membangun keterampilan menulis secara bertahap sejak semester satu. Tak heran, mahasiswa enggak punya bekal memadai untuk menyusun karya ilmiah yang baik dan berkualitas. Padahal, dengan memiliki keterampilan dan budaya menulis yang kuat, baik mahasiswa maupun akademisi tidak akan merasa memerlukan bantuan joki.

Baca juga: Kami Bicara dengan Joki Tugas dan Skripsi: Gampang Dicari yang Penting Jaga Privasi

Mengapa Keterampilan Menulis Penting?

Keterampilan menulis amat penting untuk dibekalkan ke mahasiswa karena berbagai alasan. Pertama, keterampilan menulis digunakan secara profesional dalam karier baik secara akademis maupun profesional.

Kedua, keterampilan menulis menunjukkan kemampuan memahami persoalan dan mengomunikasikan ide maupun pemikiran kritis secara jelas dan terstruktur.

Ketiga, tulisan yang terdiseminasi dan terbaca mampu menciptakan pemikiran baru, meningkatkan kesadaran, atau menggerakkan komunitas secara persuasif. Pemerintah maupun organisasi nonpemerintah dapat mempelajari kebijakan dan praktik baik dari tempat lain melalui publikasi dan laporan tertulis.

Keempat, evidence based policy (kebijakan berbasis bukti) diciptakan melalui penelitian sebagai usaha pemecahan masalah yang digali secara bottom up. Kemampuan menghasilkan penelitian ini sangat ditunjang oleh keterampilan menulis.

Dengan melatih keterampilan menulis secara komprehensif, mahasiswa dapat memahami materi perkuliahan secara menyeluruh. Penelitian tahun 2007 menunjukkan bahwa keterampilan dasar menulis yang kuat sejak dini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademisnya selama masa studi. Riset yang sama juga menunjukkan bahwa pemahaman terhadap materi tulisan akan meningkatkan kepercayaan diri dalam menulis, sehingga tidak tergoda untuk menggunakan jasa joki.

Baca juga: Dosen-dosen itu Mencuri, Menjiplak, dan Mengklaim Karya Saya

Bagaimana Kembangkan Keterampilan Menulis di Kampus

1. Mengadakan mata kuliah menulis dasar dan klinik penulisan

Untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan menulis mahasiswa di universitas, pertama-tama, kurikulum perlu dirancang ulang dengan mengintegrasikan kursus atau modul menulis yang lebih komprehensif dan sistematis.

Salah satu langkah konkret mengintegrasikan keterampilan menulis ke dalam kurikulum dan mata kuliah secara mandiri adalah dalam bentuk mata kuliah menulis dasar—bukan sebagai bagian dari mata kuliah metodologi penelitian.

Alih-alih memberikannya saat mempersiapkan skripsi atau tesis, mata kuliah kepenulisan dasar ini dapat ditawarkan sebagai mata kuliah wajib pada tahun pertama perkuliahan di perguruan tinggi sehingga mahasiswa terlatih sejak awal. Dengan begitu, mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan menulisnya sejak awal secara bertahap.

Selain itu, pembentukan klinik penulisan di universitas juga dapat membantu mengembangkan keterampilan menulis mahasiswa. Penelitian tahun 2018 menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti konsultasi di klinik penulisan mengalami peningkatan keterampilan menulis. Ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai dalam tugas penulisan esai serta kemampuan menuangkan ide dan membuat struktur penulisan yang baik.

Baca juga: Pakai Joki demi Jadi Guru Besar: Berdasarkan Kisah Nyata

2. Mengadakan pelatihan menulis yang rutin dan konsisten

Saat ini, mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya meningkatkan kompetensi menulis bagi mahasiswa di lingkungan kampus. Beberapa kampus seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung telah menyelenggarakan pelatihan keterampilan menulis.

Meski demikian, program-program tersebut masih bersifat insidental dan periodik. Keterampilan menulis membutuhkan pengembangan yang bertahap. Pelatihan yang bersifat insidental tidak menyediakan jalur yang memungkinkan peserta untuk secara bertahap memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menulis. Akibatnya, pengembangan keterampilan mahasiswa dalam menulis tidak dapat berkembang optimal.

Pelatihan menulis yang insidental pada umumnya hanya fokus menyampaikan konsep dan teori yang padat dalam waktu singkat, hal ini tentu saja membuat mahasiswa kesulitan untuk mengaplikasikan materi penulisan secara mendalam. Padahal untuk meningkatkan keterampilan menulis, mahasiswa perlu berlatih praktik menulis secara konsisten dan berkelanjutan.

Selain soal frekuensi pelatihan, program pengembangan keterampilan menulis mahasiswa sebaiknya juga dirancang untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa belajar secara langsung dari pakar penulisan dan jurnalis profesional. Pasalnya, kolaborasi melalui workshop menulis bersama narasumber dapat membantu mahasiswa mengasah keterampilan menulis mereka secara signifikan, sehingga mampu menghasilkan tulisan yang lebih terstruktur dan bernilai tinggi.

Baca juga: ‘Calo Publikasi’: Jalan Pintas Dosen di Tengah Tuntutan Menulis

3. Memanfaatkan teknologi

Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran menulis juga bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Dengan menggunakan berbagai aplikasi dan alat digital, seperti grammar checker, plagiarism checker, dan platform online untuk peer review, mahasiswa dapat memperoleh bantuan langsung dalam menyusun tulisan yang lebih baik dan sesuai dengan standar akademis.

Aplikasi grammar checker, misalnya, membantu mahasiswa mendeteksi kesalahan tata bahasa dan memberikan saran perbaikan secara real-time, sementara plagiarism checker memastikan orisinalitas tulisan dan mencegah pelanggaran etika akademis. Platform peer review online memungkinkan mahasiswa untuk saling memberikan umpan balik, sehingga terjadi proses pembelajaran kolaboratif yang dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan kualitas tulisan.

Integrasi teknologi ini membuat proses pembelajaran menulis menjadi lebih interaktif, efisien, dan mendukung pengembangan keterampilan menulis mahasiswa secara holistik. Sehingga, pada akhirnya, dapat membantu menghindarkan mahasiswa dari praktik perjokian.

Dini Dwi Kusumaningrum, Peneliti Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Fikri Muslim, Peneliti, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Norman Luther Aruan, Peneliti, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Dini Dwi Kusumaningrum, Fikri Muslim and Norman Luther Aruan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *