5 Artikel Pilihan: Penolakan Konser Coldplay hingga ‘Fatherless Country’
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan minggu ini, mulai dari penolakan konser Coldplay hingga pengalaman jadi anak ‘fatherless’.
1. Membedah Bahaya Grooming Lewat Film ‘Palm Trees and Power Lines’
KlikFilm, platform streaming film asal Indonesia baru-baru ini merilis film berjudul Palm Trees and Power Lines. Film yang digarap sutradara perempuan asal Amerika, Jamie Dack ini mendapat respons positif dari kritikus. Terutama sejak penayangan perdananya di Festival Film Sundance ke-38, Januari 2022 kemarin.
Dengan bekal unik yang dimiliki Dack dalam menulis naskah, film Palm Trees and Power Line pun tak malu-malu menampilkan cerita tentang grooming. Dack secara detail menggambarkan situasi Lea. Ia adalah remaja yang secara emosional rentan. Ia merasakan kehampaan dan putus asa merasakan sesuatu, apa pun itu.
Baca selengkapnya di sini
2. Kenapa Ayah Jarang di Rumah, ‘Fatherless’ dan Memori Masa Kecilku
Anak kecil itu setiap hari bertanya tentang ayahnya. “Kemana ayah pergi, Ibu?”
Namun, jawaban sang ibu tak memuaskannya. Ayah jarang di rumah, keberadaannya bahkan bisa dihitung dengan jari. Padahal ayah bukan karyawan yang setiap hari berangkat pagi dan pulang sore atau malam. Ayah bekerja serabutan.
Baca artikelnya di sini.
3. Alasan Kenapa Penolakan Konser Coldplay oleh PA 212 Enggak ‘Mashok’
Coldplay untuk kali pertama, bakal menggelar konser di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, (15/11). Mengangkat tajuk Music of The Spheres World Tour 2023, konser ini jadi momen yang paling ditunggu Coldheads–sebutan untuk fansnya–juga mereka yang sekadar FOMO. Enggak heran jika pre-sale tiket kemarin ludes dalam waktu 10 menit saja.
Namun, di tengah ramainya perbincangan soal Coldplay, perhatian kita terarah pada klaim penolakan Presidium Alumni 212 (PA 212), organisasi yang berisikan kelompok-kelompok yang bergabung Aksi 212 atau Aksi Bela Islam. Mereka dengan tegas menolak kehadiran Coldplay di Indonesia dan mengancam akan membubarkan konser tersebut.
Ini artikel lengkapnya.
4. Anak Laki-laki Jahil ke Perempuan, Benarkah karena Naksir?
Saat duduk di Sekolah Dasar (SD), ada teman laki-laki “Ivan” yang senang membuntutiku. Ivan juga suka jahil padaku. Sering kali ia menyembunyikan alat tulis, mengejek, dan mengelapkan tangannya yang kotor di lengan seragamku. Puncaknya ketika sedang bercanda, ia mendorongku hingga terjatuh dari kursi. Ivan tertawa puas setelahnya.
Meskipun momen itu bikin aku marah, aku masih takut mengonfrontasi. Di depan anak laki-laki itu, aku memilih diam. Aku masih berpikir tindakannya cukup wajar sebaga anak laki-laki. Lalu, aku curhat dan bertanya pada teman-teman tentang perlakuan Ivan.
“Kalau cowok iseng, tandanya dia naksir,” kata seorang teman.
Baca artikelnya di sini.
5. Kenapa Pemecatan Massal VICE dan Masa Depan Buruk Jurnalisme Tak Mengejutkan?
Hampir dua pekan lalu, saat segerombolan jurnalis VICE kawasan Asia-Pasific ramai muncul di Twitter, mengumumkan pemecatan massal yang dilakukan perusahaan media mereka, pertanyaan ini muncul lagi di pikiran saya:
Akankah jurnalisme betulan mati, kali ini?
Baca artikel di sini.