5 Artikel Pilihan: Review ‘The Good Bad Mother’ hingga Perjodohan di Pesantren
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari review ‘The Good Bad Mother’ hingga perjodohan di pesantren.
1. Toilet bagi Semua
Baru-baru ini, kawan lamaku, sebut saja N, bercerita dalam prosesnya bertransisi menjadi transgender, ia mulai kehilangan beberapa hak dasar. Satu yang paling ia sadari lenyap adalah menggunakan kakus di tempat umum.
Karena kini bertransisi menjadi perempuan, sudah sepatutnya ia menggunakan toilet khusus perempuan. Namun, yang terjadi adalah ia kebingungan untuk menggunakan toilet apa yang seharusnya digunakan karena seperti manusia. Masalahnya di sini, di Indonesia, kakus diberi identitas gender. Sehingga, identitas minoritas seperti dirinya, kebingungan untuk mengakses kakus.
Baca selengkapnya di sini
2. Ruang Aman Internet adalah Hak Semua Bangsa, Kecuali LGBTQIA+
Dalam laporan terbaru Remotivi, Menjadi Queer di Internet: Pembatasan Ekspresi dan Serangan Digital Terhadap Individu dan Kelompok dengan Ragam Gender dan Seksualitas di Indonesia (2023), ruang digital sampai saat ini memang belum jadi tempat yang aman bagi kelompok LGBTQIA+. Mereka masih didiskriminasi, baik secara vertikal maupun horizontal.
Baca selengkapnya.
3. Kontroversi Sam Levinson, dari ‘Euphoria’ Hingga ‘The Idol’
Sejak episode perdananya tayang di HBO Max 4 Juni kemarin, The Idol (2023) mendulang kontroversi. Serial teranyar garapan Sam Levinson ini dinilai sarat adegan eksplisit, serta melanggengkan misogini dan seksualisasi terhadap perempuan. Salah satunya di sebuah adegan, ketika Jocelyn (Lily-Rose Depp) menyatakan dirinya tertarik dengan Tedros (The Weeknd), karena punya aura pelaku pemerkosaan.
Kontroversi ini sebenarnya dimulai sejak Maret lalu, ketika Rolling Stones mengungkap situasi di balik layar The Idol, termasuk draf naskah yang digarap Levinson. Naskah tersebut berisikan adegan seksual dan kekerasan fisik, antara Tedros dan Jocelyn.
Ini artikel lengkapnya.
4. ‘The Good Bad Mother’: Kesempatan Kedua yang Jadi Ibu Baik
Hubungan antara orang tua dan anak adalah daging yang ranum untuk diolah. Dalam konteks drama Korea, topik ini adalah topik tepat untuk membuat penontonnya meraih tisu di tiap episode. Dalam The Good Bad Mother, sutradara Shim Na-yeon (Beyond Evil) dan penulis Bae Se-young mempertanyakan apakah seorang anak pantas membenci ibunya karena masa kecil yang sengsara meskipun niat si ibu baik?
Baca artikelnya di sini.
5. ‘Hati Suhita’ dan Dinamika Perjodohan di Lingkungan Pesantren
Beberapa minggu belakangan, ada satu film yang mendapat perhatian cukup besar dari masyarakat, terlebih dari kalangan muslim. Film itu berjudul Hati Suhita, adaptasi dari novel karya Khilma Anis, seorang ning–pengasuh pesantren perempuan–asal Jember, Jawa Timur. Apresiasinya cukup luas, setidaknya ditinjau dari bertahannya ia diputar di layar bioskop kota-kota besar.
Film Hati Suhita–dan juga novelnya–mengisahkan tentang Al Birruny atau Birru, seorang gus atau anak kiai pesantren dari Jawa Timur, yang dinikahkan dengan seorang santri putri dan ning juga bernama Alina Suhita. Perjodohan ini memang telah digadang-gadang oleh Kiai Hannan, orang tua Birru, agar anaknya mendapat pendamping yang bisa meneruskan kepemimpinan pesantrennya.
Baca artikel di sini.