Lifestyle Relationship

Apa itu Playdate dan Manfaatnya bagi Anak dan Orang Tua?

Alih-alih diinisiasi anak, 'playdate' umumnya direncanakan oleh orang tua. Berikut empat dampak baiknya.

Avatar
  • July 4, 2023
  • 6 min read
  • 1513 Views
Apa itu Playdate dan Manfaatnya bagi Anak dan Orang Tua?

Menjelang libur sekolah biasanya banyak orang tua mulai sibuk membuat rencana kegiatan yang menyenangkan bagi anak, salah satu yang sedang tren di kalangan orang tua muda adalah merencanakan playdate.

Playdate merupakan suatu kegiatan ketika dua anak atau lebih (rata-rata usia 2-8 tahun) bertemu dan bermain dalam suatu pertemuan yang diatur, diselenggarakan, dan diawasi oleh orang tua atau pengasuhnya. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan di dalam ruangan, seperti tempat bermain anak dan di kediaman orang tua salah satu anak tersebut.

 

 

Playdate biasanya melibatkan anak-anak dalam kelompok usia yang serupa dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berinteraksi dan bersenang-senang bersama. Kegiatan ini juga bisa menjadi wadah untuk orang tua untuk bersosialisasi dengan orang tua lainnya dan mengisi waktu di luar kepenatan pekerjaan.

Kegiatan playdate saat ini ternyata tak hanya sekadar menjadi jembatan untuk menyeimbangkan kebutuhan anak untuk bermain dan kesempatan orang tua untuk mengawasi anak bermain, tetapi juga memberikan manfaat yang sama banyaknya untuk anak dan orang tua secara mental.

Baca juga: Perbedaan Anak dan Orang Tua yang Sering Jadi Petaka

Apa itu Playdate?

Konsep playdate sebenarnya sudah ada sejak awal tahun 1980-an, dan merupakan salah satu hasil dari masa kanak-kanak masyarakat modern yang terinstitusikan (institutionalization of childhood).

Konteks terinstitusikan di sini adalah ketika anak lebih banyak menghabiskan waktunya dalam institusi formal, seperti sekolah dan tempat penitipan anak dengan kurikulum standar, jadwal yang ketat, dan tujuan yang telah ditentukan oleh masyarakat. Ini membuat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam lingkungan dengan kegiatan, rutinitas, dan interaksi yang terstruktur.

Fenomena playdate pun termasuk dalam konteks tersebut, sebab alih-alih diinisiasi anak, playdate umumnya direncanakan oleh orang tua.

Bagi keluarga di perkotaan, playdate sering kali menjadi jalan tengah antara kebutuhan bermain anak dan kebutuhan orang tua untuk mengawasi anak bermain. Minimnya ruang terbuka hijau yang aman dan kekhawatiran orang tua jika anak bermain di luar membuat orang tua merasa perlu mengawasi kegiatan bermain anak di luar rumah.

Dampaknya, corak permainan anak, yang semula bebas (free play) dan berada di luar ruangan berangsur menjadi lebih indoor, terstruktur dan dengan pengawasan orang dewasa. Ini menjadi salah satu praktik playdate.

Baca juga: Sulitnya Anak Buruh Migran Sekolah di Malaysia, Apa Kendalanya?

Manfaat Playdate bagi Anak

Dalam bidang psikologi anak, free play atau bermain bebas adalah aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik, melibatkan keterlibatan aktif, dan menghasilkan kegembiraan. Bermain dilakukan secara sukarela dan spontan.

American Academy of Pediatrics menyatakan dalam laporan klinis tahun 2018 bahwa bermain membantu anak mengembangkan keterampilan kognitif dan fungsi eksekutif, kecakapan sosial-emosional, pemecahan masalah, kerja sama, dan kreativitas. Meski memiliki sifat yang berbeda dari free play, kegiatan bermain dalam playdate memiliki juga berbagai manfaat bagi perkembangan anak.

Inisiasi bermain oleh orang tua berperan dalam mengembangkan keterampilan interaksi anak, pengelolaan hubungan, dan ketegasan dalam menginisiasi kontak dengan teman sebaya. Faktor-faktor ini berkontribusi pada pembentukan jaringan teman sebaya yang lebih besar, penerimaan teman sebaya yang lebih tinggi, dan peningkatan kompetensi sosial anak.

Baca juga: Anakmu Kecanduan HP? Ini 6 Tips ‘Screen Time’ dari Ahli

Manfaat Playdate bagi Orang Tua

Selain menyenangkan bagi anak, playdate juga bermanfaat bagi orang tua dalam hal meningkatkan modal sosial dan kesejahteraan psikologis mereka. Setidaknya ada 4 manfaat playdate dan keterlibatan orang tua dalam aktivitas bermain anak.

Pertama, playdate menawarkan intergenerational closure, yaitu kesempatan menambah jejaring baru melalui jejaring pertemanan anak. Ini berguna untuk meningkatkan modal sosial orang tua.

Menurut sekelompok peneliti lingkungan anak-anak di New York, orang tua yang memfasilitasi dan mendorong kegiatan bermain anak di luar ruangan akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan tetangga dan orang tua lain di suatu komunitas.

Interaksi sosial yang meningkat ini dapat menghasilkan kohesi sosial di antara para orang tua dan akses mereka terhadap sumber daya dan informasi, sehingga akhirnya akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan mereka sekaligus anak-anak mereka.

Kedua, playdate memberikan kesempatan bagi orang tua untuk memperkaya modal kultural mereka yang berguna dalam pengasuhan.

Anak-anak yang mengikuti playdate bisa berasal dari beragam latar belakang, budaya, dan dinamika keluarga yang berbeda. Kondisi ini memungkinkan orang tua untuk saling belajar dan mendapatkan wawasan tentang budaya, nilai, dan gaya pengasuhan yang beragam melalui interaksi dengan teman-teman mereka maupun dengan orang tua lain.

Melalui interaksi antargenerasi tersebut, orang tua dapat mempelajari kebiasaan dan budaya yang sedang diadopsi anak dan kelompok sebayanya, seperti musik, cara berpakaian, dan bahasa.

Orang tua yang memahami budaya dan tren yang diterima oleh anak-anak dan generasi mereka akan merasa lebih terhubung dan mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak-anak mereka.

Ketiga, playdate bisa menjadi aktivitas relaksasi bagi orang tua. Ini karena momen playdate memberikan kesempatan bagi orang tua untuk istirahat sejenak dari tanggung jawab sebagai orang tua. Ketika anak-anak mereka sedang bermain dengan teman-teman mereka, orang tua dapat memiliki waktu untuk bersantai sambil hangout dan menikmati percakapan dengan sesama orang dewasa.

Mengatur playdate, umumnya melibatkan saling bergantian menjadi tuan rumah dan menghadiri ‘undangan’. Pertukaran ini memungkinkan orang tua untuk berbagi tanggung jawab dalam merencanakan dan mengadakan playdate, maupun bergantian mengawasi anak bermain.

Adakalanya juga orang tua cukup mengantar anak ke kegiatan playdate tanpa berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut (drop-off playdate). Ini dapat juga mengurangi beban pada orang tua tunggal (single parents) ataupun orang tua lain yang sedang membutuhkan bantuan dalam mengasuh anak sementara waktu. Misalnya, ketika orang tua harus pergi berobat dan meninggalkan anak di rumah tanpa pengawasan, maka mereka dapat mempercayakan pengawasan anak kepada orang tua lain sambil bermain bersama anak-anak dari keluarga lain dalam agenda playdate.

Keempat, playdate juga dapat membantu orang tua menjadi lebih sehat secara fisik dan mental.

Sebuah studi menemukan bahwa orang tua yang menyadari pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan bermain anak yang melibatkan aktivitas fisik (physically active) merasakan berbagai manfaat, seperti komunikasi yang lebih baik, waktu yang berkualitas bersama anak, kegembiraan, peningkatan kesejahteraan mental, pengendalian berat badan, dan kebugaran fisik.

Riset lainnya membuktikan bahwa keterlibatan orang tua dalam kegiatan bermain anak dapat mengurangi screentime, alias waktu penggunaan gadget orang tua, yang pada akhirnya akan ikut mengurangi screentime anak-anak juga. Ini akan berkontribusi pada kesejahteraan psikologis keluarga secara keseluruhan.

Pada akhirnya, playdate tidak hanya sekadar menjadi tren orang tua muda zaman now, tapi memang memberikan manfaat bagi anak-anak dan orang tuanya.

Ini bisa menjadi acuan awal bagi pembuat kebijakan untuk mulai mempertimbangkan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang aktivitas playdate, seperti taman dan area bermain indoor, tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga di daerah-daerah.The Conversation

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.



#waveforequality


Avatar
About Author

Fitri Arlinkasari

Fitri Arlinkasari, Senior lecturer in Pscyhology, Universitas Yarsi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *