5 Artikel Pilihan: Jokowisme dan Dinasti Politik hingga Getir Perempuan Palestina
Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan, mulai dari kisah getir para perempuan Palestina, Jokowisme dan nafsu kekuasaan, hingga cara lelaki bantu perempuan PMS.
1. Ulasan ‘Laila Tak Pulang’: Ketika Penerimaan Queer Saja Tak Cukup
Pagi itu Gus berjalan menuju rumah susun Ratna. Ia mau minta maaf langsung pada teman perempuannya itu lantaran lupa akan janji makan malam bersama. Namun, bukannya mendapati Ratna membukakan pintu dan memarahinya, ia justru menemukan tubuhnya terbujur kaku.
Di bak mandi yang dipenuhi air tinta hitam, di situlah Gus menemukan Ratna dalam posisi melengkung dan tulang leher yang retak. Selain jasadnya, ia mendapati sebuah pisau belati. Benda yang baru ia sadari mirip sekali dengan milik sang adik perempuan, Laila. Satu-satunya keluarga yang tersisa dan ia cintai setengah mati, tapi kini tidak diketahui keberadaanya.
Baca artikelnya di sini.
2. Dear Laki-laki, Begini Cara Kamu Bantu Perempuan PMS
Gejala fisik dan emosional sebelum menstruasi atau familier dengan PMS kerap menghantui para perempuan. Stres pramenstruasi itu dimanifestasikan oleh ketegangan atau kemarahan dalam hubungan mereka. Beberapa perempuan mungkin merasa sangat marah pada pasangan, sehingga mereka ingin meninggalkannya.
Dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE, kami menemukan pasangan seorang perempuan dapat membantu mengurangi gejala PMS, dan bukannya memperparahnya. Penelitian kami menunjukkan, konseling dengan pasangan dapat mengurangi gejala-gejala pramenstruasi sedang hingga parah dan meningkatkan kepuasan hubungan.
Baca artikelnya di sini.
3. Jokowisme, Trumpisme, dan Dinasti Politik: Nafsu Kekuasaan yang Kikis Demokrasi
Hari-hari ini kita disuguhi berita tentang keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan kepala daerah di bawah usia 40 tahun bisa maju dalam Pemilu. Tak lama kemudian, sesuai tebakan, anak Presiden Joko “Jokowi” Widodo melenggang ke Komisi Pemilihan Umum, berpasangan dengan Prabowo Subianto. Hal ini membuat publik mengritik Jokowi memang dari awal berniat melebarkan jalan dinasti politiknya.
Baca artikel lengkapnya.
4. Getir Perempuan Palestina: Ditundukkan Israel dan Bangsanya Sendiri
Frasa perang, tentara, dan syuhada jadi kata kunci yang mendominasi wacana geopolitik di balik serangan Israel ke Palestina. Sebagaimana atribut yang sering diasosiasikan setiap kali perang berlangsung, percakapan yang maskulin memenuhi ruang televisi, tajuk berita, maupun media sosial. Pertanyaan kritis akhirnya muncul: Di mana para perempuan Palestina?
Pertanyaan tersebut sekaligus menggeser perhatian yang tadinya cuma fokus pada konflik budaya dan agama, menjadi isu perempuan akibat kolonialisme Israel. Isu ini sama pentingnya, tapi sayang tak banyak kita beri porsi perhatian yang layak di media.
Baca artikel selengkapnya.
5. Nia Dinata dan Isu Toleransi di Dokumenter ‘Unearthing Muarajambi Temples’
Pertengahan September lalu, Magdalene berkesempatan menghadiri pemutaran film dokumenter Unearthing Muarajambi Temples (2023) di Jakarta. Film ini diproduksi oleh Kalyana Shira Foundation, bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
Unearthing Muarajambi Temples menyorot kehidupan warga Desa Muara Jambi, Sumatra, yang menjaga situs Candi Muaro Jambi. Mayoritas warganya memeluk Islam, dan hidup berdampingan dengan buddhis. Misalnya mengantar biksu dan wisatawan buddhis yang melakukan perjalanan spiritual ke Candi Muaro Jambi. Bahkan, menyediakan penginapan untuk mereka.
Baca artikel lengkap di sini.