Apa Itu ‘Baby Blues’? Kondisi yang Masih Sering Diremehkan Keberadaannya
Baby blues masih sering dianggap sepele bagi banyak orang. Padahal kondisi yang dihadapi sebagian ibu ini tak sederhana.
Awal September lalu sempat muncul video viral yang memperlihatkan seorang ibu menggendong seorang bayi hendak terjun ke rel kereta. Ia seakan menunggu kereta lewat dan ingin mengakhiri hidup. Namun aksi ini berhasil dihentikan oleh petugas keamanan. Mereka mengamankan sang ibu dan bayinya. Kejadian ini terjadi di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta.
Setelah video ini viral di internet, banyak netizen yang menilai jika sang ibu diduga mengalami baby blues.
Baby blues sendiri adalah perasaan sedih yang sering terjadi pada perempuan di masa awal setelah melahirkan. Keadaan ini akan membuat perubahan hati bisa berubah drastis hingga sedih secara berlebihan. Kementerian Kesehatan Indonesia mengatakan paling lama, durasinya terjadi beberapa hari hingga dua minggu. Beberapa studi lain bahkan menyebut bisa hingga satu-dua bulan, atau bahkan lebih lama.
Beberapa waktu lalu juga sempat heboh dengan berita seorang ibu yang menenggelamkan bayinya di sebuah ember. Menurut CNBC Indonesia, sang ibu juga tengah mengalami sindrom baby blues dan ada diagnosis depresi setelah melahirkan.
Baby blues memang banyak dialami oleh ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini. Bahkan dilansir dari Republika, sebanyak 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen lain mengalami depresi pascamelahirkan. Studi 2022 menyebut, sebanyak 30-75 persen ibu mengalami baby blues setelah melahirkan. Indonesia bahkan konon berada di posisi ketiga tertinggi di Asia.
Penyebab Baby Blues
Menurut laporan dari kementerian kesehatan, hingga saat ini memang belum diketahui secara pasti penyebab dari baby blues. Namun ada beberapa pemicu seperti perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan melahirkan, punya riwayat baby blues atau depresi sebelumnya, perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan, kurang waktu tidur, hingga rutinitas yang tiba-tiba berubah setelah memiliki seorang bayi.
Psikolog Penny Handayani, Kepala Departemen Psikologi Universitas Atma Jaya pada 2018, mengatakan jika baby blues tak hanya terjadi pada ibu, tapi juga ayah atau suami. Dikarenakan ia belum terbiasa dengan adanya keberadaan sang bayi dan berujung muncul rasa khawatir dan takut menyakiti bayi.
Lalu ada beberapa gejala ditunjukkan ketika seseorang mengalami baby blues yang diungkap oleh American Pregnancy Association. Seperti menangis tanpa alasan, menjadi tak sabar, anxiety, sakit kepala, insomnia, kesedihan yang berlebih, perubahan suasana hati hingga kehilangan konsentrasi.
Gejala-gejala baby blues ini biasanya terjadi selama beberapa menit hingga beberapa jam setiap hari. Gejala ini akan mulai berkurang dan hilang dalam waktu empat belas hari setelah melahirkan.
Cara Ibu Menghadapi Baby Blues?
Memiliki sumber dukungan yang kuat memang menjadi salah satu cara untuk menghadapi baby blues. Fotografer Idealita Ismanto sempat membagikan pengalaman postpartum depression dan baby blues-nya kepada Magdalene, akhir September lalu.
Menurutnya dukungan, baik dari keluarga besar maupun keluarga inti sangat berarti baginya. Saat itu ia sempat mengalami kelupaan akibat efek dari sindrom tersebut. Namun dukungan tadi mampu secara perlahan mengembalikan memori-memori yang hilang tersebut. Selain itu dukungan ini bisa membuat hubungan antara ibu dan bayi menjadi lebih baik.
Selain itu, American Pregnancy Association juga memberikan beberapa tips untuk ibu yang tengah berjuang menghadapi baby blues. Cara ini bisa dilakukan sendiri oleh sang ibu.
1. Bicaralah dengan seseorang yang Ibu percayai tentang perasaannya.
2. Pertahankanlah pola makan seimbang. Melahirkan bayi mungkin menyebabkan Ibu enggak makan dengan benar. Mengonsumsi banyak karbohidrat sederhana dapat membuat perubahan suasana hati lebih terasa. Menambahkan lemak omega-3 juga penting.
3. Mulailah untuk membuat jurnal untuk mencurahkan semua isi pikiran dan perasaan Ibu agar hati bisa lumayan tenang.
4. Keluarlah untuk menikmati udara segar. Terkadang hanya dengan melihat pemandangan yang berbeda selama beberapa saat saja dapat membuat perbedaan yang besar bagi suasana hati Ibu.
5. Mintalah bantuan dalam hal makanan, merawat anak-anak, melakukan kerja domestik atau bantuan apa pun yang memungkinkan Ibu fokus pada kegembiraan memiliki bayi baru, dan bukan hanya tekanan karena harus mengurus semuanya.
6. Jangan berharap pada kesempurnaan dalam beberapa minggu pertama. Beri diri Ibu waktu untuk pulih sejak lahir, untuk menyesuaikan dengan ‘kegiatan’ baru dan untuk menyesuaikan diri dengan rutinitas makan dan tidur yang baru.
Ilustrasi oleh: Karina Tungari