Review ‘Uncoupled’: Cerita Gay Membujang (Lagi) di Ujung 40-an
Patah hati memang masalah serius. Tapi, ‘Uncoupled’ harusnya bisa lebih lucu.
Ketika kita pertama kali melihat Michael (Neil Patrick Harris) dan partnernya, Colin (Tuc Watkins), kita sedang melihat pasangan bahagia. Wajah mereka bersinar dan hidup mereka terlihat sempurna. Mereka tinggal di apartemen yang mewah di New York, lengkap dengan teras yang memberikan pemandangan khas Manhattan. Di detik-detik pertama serial itu dimulai, Michael sama sekali tidak memperhatikan raut wajah Colin saat menjelaskan rencananya hari itu.
Kebetulan, Colin sedang ulang tahun ke-50 dan Michael sudah merencanakan sesuatu yang spektakuler untuk partnernya itu.
Michael kira dia yang akan membuat kejutan untuk Colin. Dia tidak tahu bahwa Colin juga akan memberinya latihan serangan jantung. Tanpa sepengetahuan Michael, Colin pelan-pelan memindahkan semua perabot dan bajunya kemudian di saat yang terburuk, saat Michael memberikan kejutan pesta ulang tahun yang meriah lengkap dengan sahabat dan kerabat mereka, Colin mengatakan bahwa ia akan meninggalkan Michael. Hubungan mereka yang sudah berumur setara anak kelas 2 SMA menguap begitu saja.
Michael bisa melihat bayangan masa depannya di depan mata: Apa yang akan dia lakukan sekarang? Bagaimana rasanya memulai lagi? Dan yang lebih penting, bagaimana rasanya menjadi single di kota terbaik di dunia dengan usianya yang tidak lagi muda?
Baca juga: ‘Hacks’: Komedi Kualitas Premium
Serial Gay Ala Darren Star, Si Pencipta Sex and the City sampai Emily In Paris
Karya-karya Darren Star, salah satu creator Sex and the City, Younger, atau bahkan Emily In Paris—selalu punya ciri-ciri khas. Salah satu kritik terbesar atas karya-karyanya adalah unsur bling-bling yang selalu lebih terdepan daripada kontennya. Uncoupled tidak terkecuali.
Dilihat dari trailernya, Uncoupled memang memberikan ilusi itu. Latarnya sama-sama di New York (seolah-olah tidak ada kota lain yang lebih gemerlap daripada kota ini), dihiasi oleh para pemain yang luar biasa good looking dan hampir semua karakternya ngobrol dengan one-liner yang catchy. Tapi, ternyata kemiripan itu hanya berhenti di sana saja. Setelah menyaksikan delapan episodenya, Uncoupled ternyata jauh lebih serius dari yang saya kira.
Topik yang dibawa oleh Darren Star dan Jeffrey Richman bisa saja dibuat dengan lebih spektakuler. Cerita tentang good looking gay guy yang sedang mencoba skena kencan lagi di usia tak muda bisa jadi skenario yang kocak. Mungkin pakai jalur Emily in Paris. Tapi, ternyata perkiraan saya salah. Uncoupled tak sekocak itu.
Bukan berarti Uncoupled tak punya kelakar sama sekali. Kagetnya Michael dengan budaya hook-up zaman sekarang, eksperimen mengambil foto penis buat budaya tukaran (trade) di aplikasi kencan, sampai adegan-adegan tempelan persaingan Michael dengan realtor lebih muda (Nic Rouleau) adalah beberapa contoh selipan humor yang disiapkan Starr dan Richman. Namun, selebihnya Uncoupled memutuskan fokus pada perjalanan Michael untuk move on.
Keputusan ini akhirnya memberikan hasil yang campur aduk. Saya suka dengan cara Star dan Richman menangani proses Michael berduka. Sayangnya, Michael sebagai karakter utama tidak mempunyai kepribadian yang cukup menarik untuk membuat saya lengket. Carrie Bradshaw dari Sex and the City memang menyebalkan sih, tapi sebagai karakter utama, dia cukup bisa membawa drama yang ia hadapi. Begitu juga dengan Emily. Meski sangat annoying karena merepresentasikan semua hal yang banyak orang tidak suka mengenai Gen-Z, tapi Emily cukup charming untuk bikin saya terhibur.
Michael, di sisi lain bukan karakter yang kuat, selain sifat suka ngeluh-nya yang memang menonjol sepanjang serial berjalan. Dia tidak selucu sahabat-sahabatnya. Dan cara-cara dia menghadapi semua masalah juga terlalu “aman”. Saya tidak mengharapkan Uncoupled menjadikan Michael sebagai karakter karikatur yang melakukan segalanya ke level ekstrem, tapi saya yakin Darren Star dan Jeffrey Richman bisa membuat Michael lebih dari seorang pria paruh baya kaukasian yang basic. Ini sebuah miss opportunity yang sangat besar.
Baca juga: Vecna: Simbol Depresi, Kebencian, dan Musuh Besar ‘Stranger Things 4 Vol.1’
Trope Bestie ala Darren Star
Carrie Bradshaw akan selalu didefinisikan dengan teman-temannya (dan itulah alasan internet berteriak protes ketika Samantha (Kim Catrall) tidak muncul dalam And Just Like That). Begitu juga dengan Michael. Teman-temannya punya fungsi penting untuk mengisi hidupnya dan juga mewarnai serial ini supaya ada bumbunya.
Peran-peran itu diisi: Suzzane (Tisha Campbell) yang tidak hanya menjadi bestie di kehidupan nyata, tapi juga partner kerjanya. Celetukan Suzzane lumayan pedas, dan nantinya akan berguna untuk membantu hidup Michael di episode terakhir.
Dua bestie lainnya adalah Billy (Emerson Brooks) dan Stanley (Brooks Ashmanskas). Billy adalah penyiar cuaca di televisi yang digambarkan tidak hanya self-centered, tapi juga playboy. Sementara Stanley adalah art dealer yang selalu siap dengan komentar-komentar sarkastiknya. Dua orang ini bertugas untuk menyadarkan Michael tentang betapa kerasnya hidup di New York sebagai laki-laki gay paruh baya.
Tiga orang ini mendapatkan porsi yang lumayan besar, meskipun subplot mereka baru terasa di episode-episode terakhir. Suzzane akan punya porsi besar bercerita tentang hubungannya dengan sang anak yang sudah dewasa. Sementara Billy nantinya akan tersadar bahwa kadang ke-playboy-annya akan menyakiti satu dua hati. Dan Stanley mendapat jatah drama yang agak lebih besar (dan lebih kocak dari yang lain) karena akan mengubah dinamika hubungan persahabatan mereka bertiga.
Baca juga: ‘Stranger Things 4 Vol. 1’: Eksplorasi ‘Satanic Panic’ dan Trauma Amerika 80-an
Menonton Uncoupled rasanya seperti ngemil camilan yang enak, meskipun gizinya kurang. Kamu mungkin akan menemukan kesusahan untuk berhenti, karena durasinya yang pendek dan jumlah episodenya yang tidak banyak. Tapi, pada saat yang bersamaan, kamu mungkin merasa kecewa karena topik urban khas karya-karya Darren Star ini ditampilkan lebih serius daripada karya-karya sebelumnya.
Saya tidak akan menyangkal bahwa di tengah-tengah serial, saya sedikit berharap untuk melihat bling bling yang biasa disajikan Darren Star di karya-karyanya. Apa yang terjadi ya, kalau misalnya, Michael memutuskan healing dengan pesta-pora tanpa henti?
Kalau Netflix berbaik hati memberikan Uncoupled musim keduanya, semoga mereka bisa membuat drama Michael menjadi lebih meriah. Yang ada saat ini memang tidak sepenuhnya buruk, tapi rasanya masih seperti pisang goreng Bandung yang kurang taburan keju. Tak lengkap. Kurang juicy.
Uncoupled dapat disaksikan di Netflix