Issues

Kita Telah Kehilangan Hak atas Tontonan TV Berkualitas, ‘Masterchef Indonesia’ Salah Satunya

Dari dugaan sentimen ras hingga ajang kampanye politik terselubung, berikut beberapa kontroversi di Masterchef Indonesia musim 11.

Avatar
  • December 13, 2023
  • 4 min read
  • 1030 Views
Kita Telah Kehilangan Hak atas Tontonan TV Berkualitas, ‘Masterchef Indonesia’ Salah Satunya

Setiap musim Pemilu saya cenderung lebih senang mematikan TV. Bukan tanpa alasan, sebab biasanya acara-acara yang disajikan menjadi ruang buat para politisi narsis untuk mejeng. Enggak cuma muncul sebagai bintang tamu tapi juga menyaru di segmen acara anak-anak, seperti azan Magrib yang biasanya menampilkan kartun ‘Upin Ipin’.

Yang terbaru, kampanye terselubung itu juga hadir di acara Masterchef Indonesia season 11. Sejumlah politisi bahkan aparat tentara aktif muncul di program tersebut. Sontak, kritik publik pun menggema di linimasa.

 

 

Masalahnya, enggak cuma kehadiran politisi yang diprotes warga, dugaan sentimen berbau ras juga menyelimuti program adaptasi Inggris yang tahun ini memasuki musim ke-11. Ini dipicu kemenangan Belinda Christina asal Malang. Ia membungkam Kiki di babak grand final, akhir November silam, dengan hanya selisih 10 poin. Belinda mendapatkan skor akhir 1867, lebih tinggi dibandingkan Kiki dengan skor 1857.

Warga langsung menduga, pihak TV pilih kasih dengan selalu memenangkan kontestan berlatar ras China. Para netizen sibuk menyodorkan beragam bukti rekam jejak Masterchef yang pemenangnya rerata adalah Chindo.

Magdalene telah merangkum kontroversi lain yang terjadi di Masterchef Indonesia musim ke-11 ini.

Baca juga: Kontroversi Zavilda TV dan 4 Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

Diwarnai Diskriminasi Sosial dan Ras

Beberapa komentar warganet yang beredar di X dan Instagram menilai, pemilihan pemenang dalam ajang Masterchef Indonesia sangat bias kepada ras China. Hal ini juga mereka sadari ketika hampir dari seluruh pemenang Masterchef Indonesia memang banyak keturunan China-Indonesia atau Chindo. Perbedaan ini membuat banyak yang menduga adanya sentimen ras. Sehingga trust issue pun muncul ketika pemenangnya berasal dari etnis Chindo.

Selain itu menurut artikel ‘Daftar Kontroversi Grand Final Masterchef Indonesia Season 11” (2023) di Tirto, ada dugaan diskriminasi sosial di musim 11. Itu terlihat dari Belinda yang seorang lulusan sekolah kuliner ternama Le Cordon Bleu di New Zealand, sedangkan Kiki jebolan SMK jurusan tata boga.

Meski berbeda jenjang pendidikan, warganet menilai Kiki-lah yang lebih berhak menyandang status kemenangan tersebut. Sebab, Kiki lebih sering memenangkan tantangan-tantangan selama berlangsungnya musim ini. Selain itu kemampuan Belinda yang tak bisa memotong daging di acara grand final juga dianggap sebagai kesalahan fatal.

Akhirnya banyak warganet merasa kalau Masterchef Indonesia seperti sudah diatur sedemikian rupa, sehingga menempatkan Belinda sebagai pemenangnya. Meski akhirnya juri Juna menampik tudingan settingan, publik mesti tahu, acara reality show maupun variety show memang berpotensi untuk di-setting sedemikian rupa demi meraup animo penonton.

Baca juga: Perceraian Justin Trudeau, Sejarah Perpisahan Para Politikus, dan Kontroversinya

Ganjar Pranowo dan TNI yang Hadir Saat Grand Final

Tak hanya kontroversi soal pemenang Masterchef Indonesia musim ke-11, hadirnya Ganjar Pranowo, calon presiden di acara ini jadi tanda tanya besar bagi warga. Ganjar beserta sang istri, Siti Atiqoh turut hadir dalam acara grand final untuk menyerahkan hadiah kepada kontestan.

Selain itu ada pula Mayjen TNI Toto Nugroho yang turut hadir dalam sebuah episode Masterchef Indonesia. Ia didapuk sebagai juri tamu acara tersebut.

Aksi ini disinyalir jadi ajang kampanye politik bagi Ganjar karena menyaru dalam program yang sedang ramai ditonton banyak orang. Padahal sebagai sebuah stasiun televisi harus bersikap netral selama musim Pemilu berlangsung di Indonesia. Hak publik adalah mendapatkan edukasi yang sesuai, alih-alih “dibohongi” dengan iklan politik yang menyaru di program TV.

Dilansir dari Tempo, Kementerian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) juga sudah mengatakan pemilik televisi harus menjunjung tinggi asas netralitas dalam Undang-undang Penyiaran. Isi siaran tak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Pemegang izin siaran juga harus tunduk kepada Pedoman Perilaku Penyiaran yang ditetapkan KPI. Sesuai dengan pedoman ini, lembaga penyiaran, termasuk televisi, tidak boleh bersikap partisan terhadap salah satu peserta pemilu. Lembaga penyiaran juga tidak boleh menyiarkan program siaran yang dibiayai peserta pemilu.

Namun, hal ini diabaikan oleh RCTI, selaku stasiun televisi penyelenggara Masterchef Indonesia. Banyak pihak dan warganet menilai hal dikarenakan Partai Perindo yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo—pemilik RCTI sebagai salah satu partai yang mengusung Ganjar dalam Pilpres 2024 nanti.

Bagi stasiun televisi mana pun yang menunggangi salah satu calon, maka menurut Tempo, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tak perlu ragu merekomendasikan agar izin siaran dicabut. Kominfo juga harus berani bertindak tegas dan membela kepentingan publik. Pemilu pun harus dilaksanakan senetral mungkin tanpa memihak salah satu pihak.



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *