Apakah Pernikahan Memang Seburuk itu? Buku ‘I DO’ Punya Jawabannya
Mereka yang membaca buku “I DO” bisa lebih menyadari betapa pentingnya menciptakan kebahagiaan versi masing-masing.
Tahun ini, penulis best-selling sekaligus terapis konstelasi keluarga, Meilinda Sutanto merilis buku anyar berjudul “I DO”. Buku terbitan Gramedia dan Elex Media itu tak membahas gagasan perkawinan seindah dongeng, tapi juga memandu pasangan baru untuk mengenali dan memutus trauma generasional yang berpotensi merusak relasi.
Dengan metode konstelasi keluarga yang dapat mengidentifikasi masalah ke akar, buku ini menjanjikan jalan buat pasangan baru untuk menemukan membangun, membina, dan mentransformasi hubungan.
Memang beberapa tahun belakangan, jumlah pernikahan secara konsisten mengalami penurunan. Sebaliknya, perceraian semakin meningkat seiring dengan frekuensi pemberitaan tentang perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang juga terkerek naik.
Baca juga: Kampanye ‘Tunda Dulu’ Ajarkan Gen Alpha Tak Buru-buru Menikah
Akhirnya, banyak orang bertanya-tanya, apakah pernikahan seburuk itu? Jawabannya tidak, jika itu dengan pasangan yang tepat dan hubungan yang sehat.
Fenomena kegagalan rumah tangga sendiri, dalam konstelasi keluarga, dipahami sebagai akibat tidak pulihnya pola rantai toksik yang diwariskan orang tua dan leluhur. Oleh karenanya, mengenali pasangan, keluarga, dan sejarah diri sendiri sudah patut menjadi kewajiban sebelum memasuki hubungan jangka panjang.
Tema relationship yang diangkat penulis dalam buku keduanya cukup relevan. Sebab, ada kebutuhan untuk pasangan menciptakan dan menjaga hubungan sehat sebelum menikah. Menurutnya, proses menjaga hubungan sehat sebelum perkawinan penting lantaran berdampak positif pada kepuasan hidup.
Dalam rilis resmi yang diterima Magdalene, penulis menyatakan, bukunya cocok dibaca oleh sejumlah kalangan. Di antaranya, mereka yang:
• Mau mempersiapkan kehidupan bersama setelah mengikat janji pernikahan
• Sedang dalam tahap berpacaran serius maupun tidak serius
• Skeptis atau bahkan tidak percaya dengan pernikahan
• Berniat untuk menjalin hubungan, tetapi terkendala waktu, tanggung jawab, atau trauma
• Telah bercerai dan ingin memulai kehidupan berpasangan lagi
• Telah menikah, tetapi merasa hubungan penuh perjuangan atau bahkan hambar
Baca juga: DigitalMamaID Luncurkan Screen Score: Platform Digital yang Ulas Konten Anak
Meilinda berharap, mereka yang membaca buku “I DO” dapat lebih menyadari betapa pentingnya menciptakan kebahagiaan versi masing-masing. Ketika harus memilih untuk lajang, menikah, cerai, atau menikah lagi, pilihlah untuk bahagia!
Buku ini bisa didapatkan di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.