Issues

Kesederhanaan hingga Pesan Kerukunan: 5 Fakta Penting Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Tak cuma menyerukan tentang kerukunan agama, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia juga disorot karena kesederhanaannya.

Avatar
  • September 4, 2024
  • 5 min read
  • 351 Views
Kesederhanaan hingga Pesan Kerukunan: 5 Fakta Penting Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Pada (3/9), Paus Fransiskus, Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan tiba di Indonesia. Ia datang ke Indonesia dalam rangkaian perjalanan Apostolik ke kawasan Asia Tenggara. Dilansir dari Vatican News, perjalanan Apostolik atau perjalanan kerasulan adalah kunjungan Paus ke berbagai komunitas Gereja Katolik di seluruh dunia. 

Indonesia sendiri menjadi negara pertama dalam kunjungannya, selama tiga hari ke depan (3-6 September 2024). 

 

 

Dalam sejarahnya, Paus Fransiskus jadi Paus ketiga yang berkunjung ke Indonesia, setelah kunjungan terakhir Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Tak heran jika kehadirannya disambut hangat oleh pejabat negara, berbagai organisasi antar-umat beragama, hingga masyarakat terutama umat Katolik. 

Selain membawa misi kedamaian, ada beberapa hal menarik perlu kamu tahu di balik kedatangan Paus Fransiskus. Berikut fakta menarik yang sudah dirangkum redaksi Magdalene

Baca juga: Sulitnya Mendirikan Rumah Ibadah: “19 Tahun Kami Berjuang untuk Dapat Izin Gereja”

1.  Naik Pesawat Komersil dan Kijang Innova 

Di tengah huru-hara anak Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang diduga menyewa jet pribadi untuk bertolak ke Amerika, tokoh penting sekelas Paus Fransiskus justru memilih pesawat komersil untuk datang ke Indonesia. 

Ia menaiki pesawat ITA Airways bersama rombongannya dari Roma, Italia. Lalu mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada (3/9) pukul 11.25 WIB. Kesederhanaannya tak cuma tergambar dari keputusan menaiki pesawat komersil. Menurut Tempo, Paus juga menolak menggunakan mobil kepresidenan Mercedes-Benz, dan ingin panitia menyiapkan mobil biasa digunakan masyarakat Jakarta. 

Terpilihlah Kijang Innova Zenix sebagai kendaraan Paus selama kunjungannya di Indonesia. Paus bahkan tak duduk di kursi belakang, melainkan di kursi depan bersama supirnya. Sikapnya dipuji masyarakat di media sosial. 

2.  Menolak President Suite di Hotel Mewah 

Kesederhanaan Paus lainnya juga terlihat dari keputusannya memilih penginapan. Ia menolak president suite di hotel mewah sesuai dengan aturan protokoler kenegaraan. 

Sebaliknya, Paus justru lebih memilih untuk tinggal di Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia. Di sana pihak kedutaan sudah menyiapkan satu kamar biasa tapi bersih untuknya. Sementara, untuk makanan, tak ada permintaan khusus, ia hanya minta disiapkan makanan yang biasa ia makan selama di Italia. 

Baca juga: 3 Alasan Kenapa Ormas Keagamaan Jangan Kelola Tambang

3.  Alasan Memilih Indonesia 

Tak hanya keramahan Paus, alasan mengapa ia memilih Indonesia menjadi salah satu negara kunjungannya juga menjadi sorotan. Apalagi Indonesia jadi negara pertama dalam perjalanan Apostolik, sebelum ia bertolak ke negara lain. 

Menurut Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas, Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi simbol persahabatan dan dialog antar-umat beragama. Itu juga menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Vatikan. 

Profesor studi Katolik dari Case Western Reserve University, Jonathan Tan dalam wawancara dengan BBC Indonesia mengatakan, Paus ingin membangun relasi dengan negara-negara mayoritas Muslim untuk meredam ketegangan antara Islam dan Kristen. 

“Indonesia tak hanya merupakan negara populasi Muslim terbesar dunia, tapi juga ada keunikan situasi hidup di Indonesia, seperti prinsip Pancasila, di mana Muslim tidak seperti di Arab Saudi atau di Timur Tengah,” katanya. 

Ignatius Suharyo, Uskup Agung Indonesia dalam konferensi pers resmi di Istana Merdeka untuk menyambut kedatangan Paus menambahkan, memang Paus secara spesifik ingin mempelajari Islam di Indonesia. 

Karena Indonesia sendiri berbeda dengan negara Islam lain seperti negara-negara di Timur Tengah. Ada toleransi yang ia rasakan lewat keberagamannya. Paus dan Vatikan sangat memuji Pancasila, sebagai lambang kerukunan warga Indonesia. 

4.  Daftar Kegiatan Selama di Indonesia 

Tempo pun merilis jadwal resmi selama Paus Fransiskus di Indonesia. Tanggal 3 September 2024 menjadi hari kedatangan Paus Fransiskus dari Italia ke Indonesia. Lalu dilanjut keesokan harinya pada 4 September 2024 dengan upacara dan penyambutan kehormatan dari Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Paus juga akan melakukan pertemuan dengan para pejabat, masyarakat sipil serta korps diplomatik. 

Setelah dari Istana Merdeka, Paus akan bertemu dengan anggota Jesus (Society of Jesus) di Kantor Kedutaan Besar vatikan di Jakarta. Di sore harinya, ia bertemu para uskup, diakon, seminaris, katekis, dan orang-orang yang dibaktikan di Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta. Selanjutnya, Paus juga akan menemui kaum muda dari Scholas Occurrentes di Youth Center Graha Pemuda Senayan. 

Pada (5/9), Paus akan melakukan pertemuan tokoh antar-agama di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sedangkan di sore harinya, ia bakal memimpin Misa Kudus di Stadion Gelora Utama Bung Karno (GBK), yang akan dihadiri 80 ribu umat Katolik. 

Lalu, (6/9) akan menjadi hari terakhir Paus di Indonesia. Nantinya bakal dihelat upacara perpisahan di Bandara Soekarno-Hatta, sebelum ia melakukan kunjungan apostolik selanjutnya ke Papua Nugini.  

Baca juga: Tak Cuma Muslim, Umat Kristen Palestina juga Jadi Korban Genosida 

5. Pesan tentang Menghargai Perbedaan 

Dikutip dari TVRI, dalam pidatonya di Istana Negara (4/9), Paus Fransiskus menekankan akan pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan. Apalagi, sebagai negara, Indonesia terdiri dari beragam suku dan agama.  

“Kita harus selalu membela perbedaan,” kata Paus. 

Selain itu, Paus Fransiskus juga mengajak semua untuk melawan ekstrimisme dan intoleransi yang sering kali mengatasnamakan agama. Pihak yang menggunakan kekerasan untuk mengambil kekuasaan.  

“Kita melihat kekerasan akibat tidak menghormati perbedaan. Ini menyebabkan perang dan kekerasan,” tegasnya. 



#waveforequality


Avatar
About Author

Chika Ramadhea and Siti Parhani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *