December 5, 2025
Issues

Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Ratusan Santri Jadi Korban, Pemerintah Janji Evaluasi Bangunan Pesantren

Tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo menewaskan puluhan santri dan memicu sorotan soal tanggung jawab hukum serta lemahnya pengawasan pembangunan pesantren.

  • October 10, 2025
  • 8 min read
  • 810 Views
Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Ratusan Santri Jadi Korban, Pemerintah Janji Evaluasi Bangunan Pesantren

Bangunan asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin, 29 September 2025. Menurut laporan Tempo dalam artikel Fakta-fakta Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dua gedung tersebut.

Beberapa menit setelah bangunan runtuh, tim penyelamat dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo langsung dikerahkan. Sebuah ekskavator diturunkan untuk membantu mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan. Belasan ambulans terlihat mondar-mandir di lokasi, mengevakuasi korban yang berhasil ditemukan. Sebagian korban dilaporkan mengalami luka ringan hingga sedang.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, juga datang langsung ke lokasi sekitar pukul 17.00 WIB untuk memantau proses evakuasi. Emil menegaskan bahwa tim penyelamat akan terus bekerja tanpa henti sampai seluruh korban berhasil diselamatkan. “Evakuasi tidak berhenti sampai para korban selamat,” ujarnya di lokasi, dikutip dari Tempo.

Baca Juga: Apa yang Kita Pelajari dari Polemik Disertasi Bahlil di UI?

Evakuasi Korban Dinilai Berisiko

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menilai proses evakuasi korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny cukup berisiko. Ia menjelaskan, struktur bangunan yang masih dalam tahap renovasi membuat proses penyelamatan menjadi sulit dan berbahaya. “Evakuasi ini berisiko karena kondisi bangunannya belum stabil,” ujar Emil, dikutip dari Tempo dalam artikel Fakta-fakta Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.

Emil menambahkan bahwa korban yang berhasil diselamatkan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Namun hingga saat itu, jumlah pasti korban belum dapat dipastikan.

Menjelang malam, suasana di sekitar pesantren masih ramai. Beberapa orang tua santri terlihat menangis dan cemas karena anak mereka belum ditemukan.

Dugaan Penyebab: Fondasi Bangunan Tidak Kuat

Menurut laporan Detik berjudul Ponpes Sidoarjo Ambruk Diduga karena Fondasi Tidak Kuat, Basarnas menduga penyebab utama ambruknya bangunan adalah fondasi yang tidak kokoh. Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso, menyebut bahwa “diduga fondasi tidak kuat sehingga bangunan dari lantai empat runtuh hingga ke lantai dasar,” pada Selasa (30/9/2025).

Namun, Denny Setiawan, arsitek sekaligus dosen dari Binus University, menegaskan bahwa penyebab pasti runtuhnya bangunan tidak bisa ditentukan tanpa pemeriksaan teknis yang mendalam. Ia menyoroti pentingnya aspek kelayakan struktur, keterlibatan tenaga ahli, dan metode konstruksi yang digunakan.

“Misalnya, saat proses pengecoran, apakah triplek penyangga sudah sesuai standar yang direkomendasikan ahli sipil atau belum. Bisa jadi material yang digunakan kualitasnya rendah, sehingga mudah ambruk,” jelas Denny kepada detikcom, Kamis (2/10/2025).

Selain itu, Denny juga menyoroti pentingnya kekuatan fondasi dan izin bangunan yang sah. Banyak kasus bangunan bertingkat tiga hingga empat lantai yang ternyata fondasinya hanya cocok untuk dua lantai saja. Ia menegaskan, jika bangunan sudah memiliki Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) atau Izin Mendirikan Bangunan (IMB), maka seharusnya perencanaannya sudah melibatkan arsitek dan insinyur sipil profesional.

Dalam wawancara terpisah, Taufiq Hidayat, kontraktor sekaligus CEO Sobat Bangun, mengatakan bahwa ambruknya bangunan tanpa ada faktor bencana alam menunjukkan adanya kelemahan pada struktur konstruksi.

“Kalau bangunan sampai ambruk, artinya memang tidak kuat menahan beban yang seharusnya bisa ditopang, baik saat dipakai maupun ketika masih tahap konstruksi,” ujarnya.

Taufiq juga menjelaskan bahwa beton baru mencapai kekuatan maksimal setelah 28 hari pasca pengecoran. Meski ada bahan kimia tertentu yang bisa mempercepat proses pengerasan, standar kekuatan maksimal tetap di usia 28 hari. “Itulah patokan utama beton dianggap matang dan benar-benar kuat,” jelasnya kepada Detik.

Baca Juga: Nyawa Anak Kami Tak Semurah Janji Program MBG 

Ambruknya Bangunan Dianggap “Takdir”

Dikutip dari BBC News Indonesia melalui artikel Ponpes Al Khoziny sebut ambruknya musala sebagai ‘takdir dari Allah’, polisi janji lakukan upaya hukum – ‘Tidak bisa berlindung dengan dalih takdir, operasi pencarian dan evakuasi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, resmi dihentikan pada Selasa (7/10) pagi.

Hingga saat itu, total korban meninggal dunia mencapai 61 orang, dan ditemukan 7 bagian tubuh (body part). Meski jumlah korban cukup besar, beberapa wali santri memilih tidak menuntut pihak pesantren secara hukum, karena menganggap peristiwa tersebut sebagai “takdir dari Allah”, bukan hasil kelalaian manusia.

Pandangan itu senada dengan pernyataan pengasuh pondok, Abdus Salam Mujib, yang menyebut bahwa kejadian ini adalah “takdir Allah” dan semua pihak diminta untuk bersabar.

Namun di sisi lain, sejumlah pengamat menilai pendekatan fatalistik semacam ini berpotensi mengabaikan tanggung jawab hukum. Mereka menekankan pentingnya penyelidikan agar kasus serupa tidak kembali terjadi di masa depan.

Kabid Humas Polda Jawa Timur, Jules Abraham Abast, mengatakan bahwa penyelidikan akan dimulai setelah evakuasi selesai, dimulai dari olah tempat kejadian perkara hingga ke tahap penyidikan.

Sementara itu, Pakar Hukum Pidana Universitas Parahyangan, Agustinus Pohan, menilai bahwa dugaan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa puluhan santri harus tetap diproses secara hukum, meski tanpa laporan dari keluarga korban.

“Sebab ini bukan delik aduan. Korbannya lebih dari 50 orang—ini jelas kasus luar biasa,” ujarnya kepada BBC News Indonesia. Agustinus menambahkan bahwa penegakan hukum penting dilakukan sebagai bentuk pencegahan, agar masyarakat tidak lagi mendirikan bangunan tanpa izin dan tanpa memperhatikan kaidah konstruksi yang aman.

Tragedi Ponpes Al Khoziny Jadi Bencana dengan Korban Terbanyak Tahun 2025

Menurut laporan CNN Indonesia berjudul Data Terakhir Korban Ponpes Al Khoziny: 67 Tewas, 34 Teridentifikasi, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menutup operasi pencarian pada hari ke-9, Selasa (7/10/2025).

Total korban meninggal mencapai 67 orang, termasuk delapan bagian tubuh yang berhasil ditemukan, sementara 104 orang lainnya berhasil diselamatkan.

“Pada hari ke-9 kami telah menemukan 67 kantong jenazah dengan rincian delapan body part,” kata Direktur Operasi Basarnas RI, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, di Posko Tanggap Darurat Sidoarjo. Ia juga menambahkan bahwa data tersebut masih dapat berubah, tergantung hasil identifikasi tim DVI terhadap potongan tubuh korban.

Proses Identifikasi Masih Berjalan

Dari total korban, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Biddokkes Polda Jawa Timur telah mengidentifikasi 34 jenazah. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jatim, Kombes M. Khusnan, menyebut bahwa 17 jenazah dari 18 kantong yang diperiksa berhasil diidentifikasi, termasuk satu bagian tubuh yang cocok dengan salah satu korban.

Sementara itu, 33 jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi. “Operasi DVI masih berjalan dengan pendalaman antara data ante mortem dan post mortem,” kata Khusnan di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan: Catatan Penting tentang Manajemen Keselamatan Kerja

MUI Minta Aktivitas Ponpes Dihentikan Sementara

Menanggapi tragedi tersebut, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, meminta agar aktivitas di Ponpes Al Khoziny dihentikan sementara apabila hasil pemeriksaan ahli menunjukkan bangunan tidak layak digunakan.

Menurut Amirsyah, keselamatan para santri harus menjadi prioritas utama. “Kalau bangunannya tidak sesuai standar dan tidak aman, ya sebaiknya dihentikan dulu. Tujuannya supaya para santri bisa belajar dengan aman dan nyaman,” ujarnya di Kantor MUI Pusat, Jakarta, dikutip dari BBC News Indonesia pada Selasa (7/10).

Ia menegaskan bahwa semua pihak termasuk pesantren, harus mematuhi standar keselamatan bangunan (SOP) sebagaimana diatur untuk rumah, kantor, dan fasilitas publik lainnya.

Pemerintah Janji Evaluasi dan Pendataan Pesantren

Sebagai tindak lanjut, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan akan melakukan pendataan pesantren di seluruh Indonesia untuk memastikan kelayakan dan standar keselamatannya. “Kita akan mulai pendataan dan memanggil para pimpinan pondok untuk memastikan standar bangunan yang dipakai,” katanya di Jakarta.

Sementara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, menyebut tragedi Al Khoziny sebagai peringatan serius bagi pemerintah.

Ia menegaskan bahwa pembangunan pesantren tidak boleh dilakukan tanpa izin dan pengawasan ketat. “Enggak boleh ada bangunan berdiri tanpa izin, nanti standarnya jadi nggak terukur,” ujarnya. Pemerintah daerah pun diminta melakukan pengecekan rutin terhadap kondisi bangunan pesantren di wilayah masing-masing.

Sedan Mercy Ringsek Tertimpa Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Dikutip dari CNN Indonesia melalui artikel Polisi Lacak Pemilik Sedan Mercy Ringsek Tertimpa Ponpes Al Khoziny, sebuah mobil mewah Mercedes-Benz ditemukan ringsek akibat tertimpa reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo.

Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki identitas pemilik sedan tersebut. Kapolresta Sidoarjo, Kombes Christian Tobing, mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan siapa pemilik kendaraan itu. “Belum, masih kami cek dulu,” ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian pada Selasa (7/10).

Mobil tersebut pertama kali ditemukan dalam kondisi ringsek parah di bawah tumpukan reruntuhan berat bangunan pesantren. Setelah dievakuasi, bangkai kendaraan sempat akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Griyo Mulyo Jabon Sidoarjo, bersama puing-puing gedung lainnya. Namun, secara mengejutkan, mobil itu justru diantar ke rumah salah satu kiai.

Kepala TPA Griyo Mulyo, Hajid Arif Hidayat, membenarkan bahwa bangkai mobil Mercy tersebut memang sempat dievakuasi, tetapi tidak jadi dibuang ke TPA. “Iya, benar ada mobil yang dievakuasi. Truknya dari Dinas PU dan langsung dibawa ke ndaleme (kediaman) Pak Kiai. Katanya juga dikawal santri-santrinya,” kata Hajid pada Senin (6/10).

Hajid mengaku tidak mengetahui siapa pemilik sedan mewah tersebut, karena proses pemindahan kendaraan ditangani langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU). Ia menambahkan bahwa area puing reruntuhan sudah dipasangi garis polisi (police line) dan sepenuhnya steril.

“Kalau reruntuhan sudah kami police line dan tidak boleh ada yang masuk. Tapi untuk mobil, karena yang mengangkut dari truk PU, kami tidak punya kendali. Info terakhir, mobil itu dibawa ke ndalem Pak Kiai,” ujarnya.

Sampai saat ini, pelat nomor dan identitas pemilik sedan Mercedes-Benz itu belum diketahui. Namun, muncul dugaan bahwa kendaraan tersebut merupakan milik pengasuh pesantren.

About Author

Kevin Seftian

Kevin merupakan SEO Specialist di Magdalene, yang sekarang bercita-cita ingin menjadi dog walker.