December 5, 2025
Issues Lifestyle Opini Relationship

Apa itu ‘Mindful Parenting’, Kunci Bangun Keluarga Sehat

‘Mindful parenting’ perlu dilatih dengan mengenali emosi diri sendiri hingga mengatur ekspektasi terhadap anak.

  • October 12, 2025
  • 5 min read
  • 3243 Views
Apa itu ‘Mindful Parenting’, Kunci Bangun Keluarga Sehat

Pola asuh anak adalah fondasi utama dalam membentuk kepribadian, kesehatan mental, dan masa depan mereka.

Sayangnya, pola asuh di lingkungan keluarga Indonesia masih menghadapi banyak tantangan serius, mulai dari kekerasan fisik, tekanan emosional, komunikasi minim empati, hingga kurangnya kesadaran orang tua dalam menghadapi perkembangan anak.

Sepanjang 2024, misalnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 2.057 pengaduan, termasuk kekerasan fisik dan psikis, kejahatan seksual, penelantaran, hingga eksploitasi anak.

Sebanyak 1.097 kasus berasal dari lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif (anak diasuh oleh keluarga sedarah/orang tua angkat).

Kelompok yang paling rentan jadi korban merupakan anak usia 1 – 5 tahun, disusul remaja usia 15 – 17 tahun. Adapun pelakunya didominasi oleh ayah dan ibu kandung.

Di tengah kondisi ini, konsep pola asuh anak dengan penuh kesadaran (mindful parenting) bisa menjadi pendekatan yang menjanjikan untuk membangun hubungan keluarga yang lebih sehat. Terlebih di tengah kehidupan modern yang penuh distraksi, tekanan, dan ekspektasi sosial yang tinggi seperti saat ini.

Baca juga: ‘Panggil Aku Ayah’: Saat Perempuan Dijepit Beban Ekonomi dan Dua Laki-laki Bekerja Sama Mengasuh Anak

Apa itu ‘Mindful Parenting’?

Mindful parenting menuntut kesadaran penuh orang tua dalam setiap interaksi dengan anak. Ini bukan sekadar soal sabar, tapi bagaimana orang tua hadir sepenuhnya dalam momen bersama anak, menyadari emosi diri sendiri sebelum bereaksi, serta memahami kebutuhan anak dengan penuh kasih dan penerimaan.

Contohnya ketika anak bercerita mendapatkan nilai ujian jelek di sekolah. Cobalah kita berhenti sejenak, tarik napas, lalu merespons si kecil dengan tenang.

Kita bisa mencoba dengarkan keluh kesah anak dengan saksama. Singkirkan gawai dan hentikan aktivitas lainnya agar fokus mendengarkan dan ngobrol bareng si kecil.

Lalu, kita validasi perasaan anak.

“Apa yang kakak rasakan ketika dapat nilai ujian?”

atau

“Kakak senang enggak dengan sekolahnya/pelajarannya/teman-temannya?”

Kemudian bagikan solusi yang tidak menghakimi dan membantu anak tetap semangat dalam belajar.

Baca juga: Dari ‘Backburner’ sampai ‘The Apartment We Won’t Share’: Kenapa Sosok Ibu dan Ayah Kerap Muncul di Lagu NIKI?

Manfaat ‘Mindful Parenting’

Sejumlah penelitian mengungkap pola asuh penuh kesadaran bermanfaat dalam membentuk hubungan keluarga yang lebih sehat, antara anak-orang tua, maupun suami-istri. Pola asuh ini juga mengurangi beban emosional orang tua.

Sebuah program mindful parenting (2013) yang diterapkan pada 86 orang tua terhadap anak yang punya isu kesehatan mental di Belanda menunjukkan hasil sangat menjanjikan.

Selama sembilan pekan program berlangsung, gejala masalah mental anak menurun signifikan, mengurangi stres orang tua saat mengasuh mereka, meningkatkan kualitas hubungan orang tua-anak, maupun kerja sama antara suami-istri.

Survei pada 554 orang tua yang punya anak remaja (2022) di Cina memperkuat temuan tersebut. Hasil riset menunjukkan mindful parenting yang mengedepankan interaksi penuh perhatian, kasih sayang, dan penerimaan, secara signifikan menurunkan risiko kekerasan fisik dan psikologis terhadap anak, serta mengurangi perilaku agresif pada remaja.

Dampak positif ini terutama lebih dirasakan oleh anak laki-laki. Karena itu, pendekatan mindful parenting yang sensitif terhadap perbedaan gender dinilai lebih efektif dalam mendorong kesehatan perilaku anak.

Selain itu, studi (2024) yang melibatkan hampir 800 ibu dengan anak usia 3–6 tahun di Cina, menemukan bahwa semakin baik penerapan mindful parenting, hubungan emosi orang tua-anak semakin intim, anak semakin terhubung dengan alam, serta kemampuan kreatif mereka berpotensi terus berkembang.

Baca juga: Akun ‘Bermain Bersama Bapak’, Solusi ‘Fatherless’ Berbasis Komunitas

Butuh Latihan

Meski begitu, mindful parenting bukan keterampilan yang bisa dikuasai dalam semalam. Ini adalah proses yang memerlukan latihan dan konsistensi.

Sejumlah faktor turut memengaruhi keberhasilan penerapan pola asuh penuh kesadaran, seperti tingkat stres orang tua, sifat emosional anak, dan dukungan sosial.

Stres psikologis orang tua menjadi penentu kuat yang memediasi hubungan antara sifat emosional anak dan kualitas mindful parenting. Di sisi lain, sifat emosional anak juga secara langsung memengaruhi penerapan mindful parenting.

Untuk melatih mindful parenting, ada sejumlah langkah yang bisa kita lakukan.

– Kenali emosi diri sendiri: Sadari emosi kita sebelum merespons perilaku anak. Ini membantu mengurangi reaksi impulsif yang bisa melukai anak secara emosional.

– Berikan perhatian penuh: Saat bersama anak, jauhkan ponsel atau distraksi lain, dan fokuskan perhatian sepenuhnya pada mereka.

– Dengarkan tanpa menghakimi: Dengarkan cerita atau keluhan anak dengan empati, bukan sekadar menanggapi ataupun segera mengoreksinya.

– Atur ekspektasi: Setiap anak unik. Hindari membandingkan anak dengan orang lain, dan hargai setiap kemajuan kecil mereka. Ekspektasi yang tinggi bisa membuat tekanan, baik pada orang tua maupun anak.

– Latihan relaksasi bersama anak: Belajar bersama anak untuk relaksasi (seperti mengatur pernapasan atau meditasi sederhana) bisa membantu menciptakan suasana tenang di rumah.

– Refleksi harian: Luangkan waktu sejenak setiap malam untuk merefleksikan interaksi hari ini dengan anak. Apa saja yang sudah berjalan baik? Apa yang perlu diperbaiki? Menulis refleksi membantu kita mengurai masalah dan mencari solusinya secara bertahap.

Menerapkan pola asuh dengan penuh kesadaran tidak hanya membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih sehat secara emosional. Mindful parenting juga menciptakan suasana keluarga yang harmonis, penuh kasih, dan mendukung potensi kreatif anak.

Penerapannya memang membutuhkan waktu, tapi setiap langkah kecil menuju mindful parenting merupakan perubahan besar untuk masa depan anak-anak kita.

Putu Ayuwidia Ekaputri, PhD Student, University of Gothenburg.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

About Author

Putu Ayuwidia Ekaputri