Akun ‘Bermain Bersama Bapak’, Solusi ‘Fatherless’ Berbasis Komunitas

Di obrolan santai antar-bapak, Fahmi Fauzi tersadar ada satu pertanyaan yang kerap mengambang tanpa jawaban: Bagaimana caranya menjadi dekat dengan anak sebagai bapak? Dari kegelisahan itu, lahirlah akun Instagram @BermainBersamaBapak—disingkat Bebeba. Ini adalah inisiatif pengasuhan berbasis komunitas yang digagas Fahmi bersama tiga rekannya, Ima Marhamah, Indri Respati, dan Nurdessy Endy.
Berbasis di Bogor, Bebeba hadir sebagai ruang aman dan kolektif bagi para bapak untuk belajar terlibat aktif dalam pengasuhan. Mulai dari memandikan anak, menyiapkan bekal makan siang, menyuapi anak balita, hingga diskusi parenting, Bebeba merancang aktivitas end-to-end agar bapak dan anak bisa menjalin kedekatan emosional—tanpa merasa kikuk atau kebingungan.
“Dulu waktu mulai, para bapak tuh bingung mau dekat sama anak tapi enggak tahu harus mulai dari mana. Nah, kami bantu desain aktivitasnya, jadi tinggal ikut aja,” kata Fahmi kepada Magdalene.
Bebeba mulai aktif sejak Juli 2018. Kegiatan awal hanya melibatkan lingkaran keluarga dekat. Namun perlahan, komunitas ini berkembang. Diadakan tiap akhir pekan, kegiatan Bebeba menarik minat banyak bapak, terutama karena waktunya yang pas untuk melepas penat usai bekerja. Lebih dari itu, Bebeba juga menjadi ruang bagi para bapak untuk mengenali karakter dan kebutuhan emosional anak-anak mereka.

Baca Juga: Ayah yang Hadir: Cerita Pengasuhan tanpa Cibiran
Ayah Bisa Dekat dengan Anak
Menurut Fahmi, banyak bapak mengira kelekatan dengan anak akan muncul dengan sendirinya. Padahal, hubungan emosional dibangun dari keterlibatan aktif. “Ada bapak yang baru pertama kali nyiapin baju buat anaknya, baru pertama kali nyuapin anaknya. Komentarnya, ternyata susah juga ya, ngasih makan anak balita,” kenang Fahmi.
Mayoritas responsnya positif. Banyak bapak merasa senang dan berdaya. Ini tak lepas dari kegiatan Bebeba yang memang dirancang menyenangkan sekaligus membangun bonding Misalnya tracking, fun games, camping, hingga main board game bersama. Kegiatan biasanya digelar di Kebun Raya Bogor atau ruang terbuka lainnya. Tak hanya bermain, Bebeba juga rutin mengadakan diskusi antar bapak—dari urusan pengelolaan keuangan, pola asuh, hingga relasi suami-istri.
“Bapak bukan hanya buat diajak main. Namun juga harus bisa nyiapin makan siang anak, mandiin anak, beresin bajunya. Jadi, pas anak pergi sama bapak, dia tetap bersih, wangi, dan senang,” ujar Fahmi.
Rata-rata tiap kegiatan diikuti 20-25 bapak dan anak. Menurut Fahmi, antusiasme datang bukan hanya dari bapak, tapi juga ibu. Bebeba, secara tidak langsung, memberi ruang rehat bagi para ibu. “Kalau bapaknya main sama anak, ibunya bisa me time—pergi ke salon, belanja, atau sekadar istirahat. Ini manfaat yang juga dirasakan para ibu,” jelas Fahmi.
Bagi Fahmi dan tim Bebeba, penting untuk menyadari selama ini beban pengasuhan hampir sepenuhnya diserahkan kepada ibu. Dalam survei kecil-kecilan yang dilakukan Magdalene, dari 10 anak yang ditanya, 9 merasa lebih dekat dengan ibu. Sebagian besar karena waktu bersama bapak nyaris tak pernah ada.

Baca Juga: Pola Pengasuhan Ganda dan Beban Ibu yang Dibagi Rata
Mendobrak Narasi Lama tentang Peran Ayah
Dalam bukunya Life Without Father, sosiolog Dr. David Popenoe menulis bahwa peran ayah sangat penting dalam perkembangan kognitif dan emosional anak. Ia menekankan, pengasuhan ayah tidak boleh berhenti pada peran ekonomi semata:
“Ayah harus memahami bahwa menjadi ayah bukan hanya menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal, lalu menyerahkan semua urusan pengasuhan ke ibu. Ayah harus terlibat penuh dalam perkembangan sosial dan psikologis anak sejak hari pertama, dan terus meyakinkan anak atas kasih dan dukungannya.”
Gagasan Popenoe inilah yang coba dihidupkan oleh Bebeba. Dalam sistem sosial yang masih patriarkal, peran ayah sering kali direduksi hanya sebagai pencari nafkah. Dampaknya, banyak anak tumbuh dengan jarak emosional terhadap bapaknya—dan pada situasi tertentu, relasi ini bisa berubah menjadi relasi kekerasan.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, terdapat 262 kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh ayah kandung. Bentuknya bisa fisik, psikis, hingga seksual. Bebeba, bersama para ibu penggagasnya, berusaha membangun alternatif: ruang pengasuhan kolektif sebagai bentuk mitigasi kekerasan.
Baca Juga: Ayah Mau Terlibat Pengasuhan tapi Negara Tak Mendukungnya
Menuju Gerakan Kolektif
Instagram Bermain Bersama Bapak menjadi kanal utama dokumentasi dan promosi kegiatan Bebeba sejak 2018 hingga 2020. Pandemi COVID-19 sempat menghentikan seluruh aktivitas. Namun kini, setelah obrolan dengan Magdalene, Fahmi merasa pantikan baru untuk menghidupkan lagi gerakan ini.
“Kami senang banget kalau ada yang mau ikut bikin kegiatan serupa. Bahkan, kalau mau pakai nama Bebeba juga silakan. Gerakan ini terbuka buat siapa saja yang ingin terlibat,” ujarnya.
Meski tak punya ambisi besar, Fahmi percaya bahwa Bebeba bisa jadi pemantik perubahan. “Kami enggak bisa jamin setelah ikut langsung jadi dekat sama anak. Tapi setidaknya ini jadi ruang pertemuan, jadi jembatan komunikasi.”
Gerakan Bermain Bersama Bapak adalah upaya sederhana yang menjawab permasalahan struktural dalam relasi keluarga: bahwa pengasuhan bukan hanya tanggung jawab ibu. Bahwa menjadi ayah bukan cuma soal kerja dan pulang bawa uang. Tapi juga soal hadir, peduli, dan membangun relasi yang hangat dan setara dengan anak.
Artikel ini diproduksi oleh Magdalene.co sebagai bagian dari kampanye #WaveForEquality, yang didukung oleh Investing in Women, inisiatif program Pemerintah Australia.
Series artikel lain bisa dibaca di sini.
