#MadgeKaleidoskop: 5 Peristiwa Paling Banyak Dibicarakan di 2025
Sepanjang 2025, publik Indonesia berkali-kali dihadapkan pada krisis yang tidak berdiri sendiri. Bencana ekologis, kebijakan sosial yang problematik, represi terhadap aktivis, hingga kekerasan berbasis gender saling bertaut dalam satu benang merah: negara yang lambat merespons, abai pada kelompok rentan, dan sering kali lebih sibuk mengelola citra ketimbang menyelesaikan akar masalah.
Isu-isu ini tak hanya viral di media sosial, tetapi juga memantik diskusi panjang di ruang publik, khususnya karena dampaknya yang nyata terhadap perempuan, anak, dan masyarakat akar rumput.
Berikut lima peristiwa paling banyak dibicarakan sepanjang 2025 versi Magdalene.
1. Banjir Besar di Sumatera dan Negara yang Datang Terlambat
Banjir dan longsor yang melanda berbagai wilayah di Sumatera menjadi salah satu krisis kemanusiaan terbesar tahun ini. Ribuan warga terdampak, ratusan meninggal, dan banyak wilayah terisolasi selama berhari-hari.
Sorotan publik tidak hanya tertuju pada skala bencana, tetapi juga pada lambannya respons negara, terutama pada 72 jam pertama yang krusial. Di banyak lokasi, warga dan relawan justru menjadi penopang utama penyelamatan, distribusi logistik, hingga layanan kesehatan dasar.
Liputan Magdalene menunjukkan bahwa perempuan dan anak menjadi kelompok paling rentan, mulai dari krisis air bersih, minimnya pembalut dan popok, hingga absennya layanan kesehatan mental. Banjir Sumatera kembali membuka diskusi tentang deforestasi, proyek ekstraktif, dan kegagalan tata kelola lingkungan yang terus berulang.
Baca selengkapnya: https://magdalene.co/tag/alleyesonsumatera/
2. Demo #ResetIndonesia: Akumulasi Kemarahan Publik
Tagar #ResetIndonesia menjelma dari media sosial ke jalanan. Aksi ini lahir dari akumulasi kekecewaan publik terhadap kebijakan pemerintah, mulai dari ekonomi, lingkungan, hingga kebebasan sipil.
Demonstrasi terjadi di berbagai kota dan diikuti oleh mahasiswa, buruh, hingga masyarakat sipil lintas isu. Isu yang dibawa beragam, tetapi benang merahnya sama: tuntutan evaluasi total arah kebijakan negara.
Respons aparat yang represif, penangkapan peserta aksi, serta stigmatisasi demonstran sebagai perusuh justru memperkuat kritik bahwa ruang demokrasi semakin menyempit.
Baca selengkapnya: https://magdalene.co/?s=%23resetindonesia
3. Makan Bergizi Gratis dan Beban Baru bagi Perempuan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digadang-gadang sebagai solusi pemenuhan gizi anak. Namun di lapangan, kebijakan ini menuai kritik tajam, terutama dari para ibu.
Curhat para ibu yang dihimpun Magdalene memperlihatkan berbagai persoalan, dari distribusi yang tidak merata, kualitas makanan yang dipertanyakan, hingga beban tambahan bagi perempuan yang tetap menjadi penyangga utama kerja perawatan.
Aspek keamanan, relasi kuasa di dapur umum, hingga kasus kekerasan seksual di satuan pelayanan gizi menunjukkan bahwa program ini dijalankan tanpa perspektif gender yang memadai.
Baca selengkapnya: https://magdalene.co/story/curhat-ibu-tentang-mbg/
4. Femisida: Kekerasan terhadap Perempuan yang Terus Berulang
Sepanjang 2025, kasus femisida kembali bermunculan. Perempuan dibunuh oleh pasangan, mantan pasangan, atau orang terdekat, sering kali setelah riwayat panjang kekerasan yang diabaikan.
Monitoring media Magdalene mencatat bagaimana pemberitaan femisida masih kerap menyalahkan korban, menormalisasi kekerasan, atau mereduksinya menjadi tragedi personal, alih-alih kejahatan berbasis gender yang sistemik.
Kasus-kasus ini menegaskan bahwa perlindungan terhadap perempuan masih lemah, baik dari sisi hukum, layanan, maupun budaya.
Baca selengkapnya: https://magdalene.co/story/monitoring-media-femisida-magdalene/
5. Penculikan dan Pembunuhan Aktivis: Represi yang Menguat
Penculikan dan pembunuhan aktivis sepanjang 2025 menjadi alarm serius bagi demokrasi Indonesia. Aktivis lingkungan dan sosial menghadapi intimidasi, kriminalisasi, hingga kekerasan fisik.
Kasus-kasus ini memperlihatkan pola represi yang semakin terang, terutama terhadap mereka yang mengkritik kebijakan negara atau korporasi besar. Alih-alih memberikan perlindungan, negara justru kerap hadir sebagai aktor yang membungkam.
Baca selengkapnya: https://magdalene.co/story/penangkapan-aktivis-prabowo/
















