#TanahAirKrisisAir: Bagaimana Perempuan Redam Bencana Kekeringan (1)

07 Maret 2024 | Purnama Ayu Rizky dan Aurelia Gracia

Bagaimana jika air di Indonesia habis? Magdalene mengajukan pertanyaan itu pada Heru Hendrayana, Profesor Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Jawabannya singkat, “Kehidupan kita selesai, tamat.” Jawaban tersebut sekaligus jadi alarm pengingat kita. Sebab, menurut Global Water Security Report 2023 dari United Nations University, water security level Indonesia memang termasuk mengkhawatirkan, dan mendapat nilai 51.

Lalu bagaimana jika air ada, tapi tak bisa dikonsumsi karena kotor atau jumlahnya sedikit sekali? Inilah yang dirasakan oleh sejumlah warga di Jogja, termasuk Sulastri, 45. Ia terpaksa membeli air galon isi ulang setiap empat hari sekali. Sehingga, bikin pengeluaran keluarganya bertambah Rp50 ribu. Hal itu ia lakukan karena air tanah di tempat tinggalnya, Kampung Ledok Tukangan, Jogja krisis air bersih sejak tercemar bakteri E. coli. Selengkapnya



ARTIKEL LAINNYA

#TanahAirKrisisAir: Bagaimana Perempuan Redam Bencana Kekeringan (2)

#TanahAirKrisisAir: Memanen Air Hujan bersama Banyu Bening

#TanahAirKrisisAir: Sudarmi dan Hutan Jati yang Selamatkan Kami

#TanahAirKrisisAir: Kisah Sri Hartini Jaga Hutan Adat Wonosadi demi Anak Cucu

#TanahAirKrisisAir: Proyek ‘Beach Club’ Raffi Ahmad, Bukti Abainya Pemerintah pada Lingkungan

#TanahAirKrisisAir: Kebun Kali Code, Fitri Nasichudin, dan Penyelamatan Air dari Rakyat Biasa