Kenapa perempuan lebih rentan di-bully di dunia maya, ya? Menurut Dhyta Caturani dari Purple Code, pandangan masyarakat yang masih misoginis telah berujung pada banyaknya ujaran-ujaran misoginis serta seksis di dunia maya.
Pernah enggak sih kamu memperhatikan iklan-iklan lebih banyak memperlihatkan peran perempuan yang hanya mengurus ranah domestik sedangkan laki-laki diberi peran ayah yang bekerja di luar rumah. Duh apa ya dampaknya kalau peran gender kaku seperti ini terus-menerus dikampanyekan?
Jadi penasaran, mengapa banyak orang yang sangat bergantung dengan filter kamera? Dan bagaimana filter kamera ini berdampak pada pandangan kita terhadap ide soal standar kecantikan yang ideal?
Dalam episode perdana FTW Media, kami mengajak kamu untuk kembali melihat bagaimana tiap-tiap media massa menggambarkan perempuan dalam produknya.
Meski masih menjadi PR besar semua pihak, beberapa perusahaan sudah mulai memiliki kebijakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendorong kesetaraan gender.
Kita denger yuk, apa yang diinginkan dan dibutuhkan perempuan, untuk mengembangkan dirinya lebih baik lagi dalam dunia kerja.
Setiap tantangan, Gabriel Sugrahetty sudah hadapi dengan pembelajaran tersendiri, hingga kini, sebagai konsultan bisnis, dia membantu perusahaan-perusahaan media di Indonesia dan Asia Tenggara membangun usaha mereka dan menghadapi krisis.
Pemimpin Martha Tilaar Group, yang memiliki brand kecantikan Sariayu, Martha Tilaar dan Wulan Tilaar, paham bahwa jika bisnis ingin selamat, perusahaan harus bisa agile, adaptif, juga berani.
Banyak yang meremehkan kemampuan Nyai Masriyah Amva, saat suaminya meninggal dan ia harus mengambil alih kepemimpinan Pesantren Pondok Jambu Al Islamy, Cirebon. Namun, dengan empati serta berani ia dapat melewati semua tantangan tersebut.
Simak perbincangan podcast How Women Lead bersama Anne Patricia Sutanto, Vice CEO PT Pan Brothers, tentang cara menavigasi bisnis selama pandemi, dan bagaimana fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi sangat penting sebagai pemimpin.