4 Fakta Penting Pilkada 2024: Kotak Kosong, Pemimpin Perempuan, hingga Dominasi KIM
‘Magdalene’ merangkum sejumlah fakta yang harus kamu tahu soal Pilkada 2024. Calon jagoan Jokowi mendominasi, pun kandidat seksis macam Dimyati juga menang mengejutkan.
Kemarin, (27/11) kita baru saja menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dilansir dari Antara, tahun ini ada 545 daerah yang menyelenggarakan Pilkada serentak: Terdiri atas 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Daerah Istimewa Yogyakarta absen karena mereka punya keistimewaan jika mengacu pada Undang-undang Nomor Nomor 13 Tahun 2012 di mana Gubernur dan Wakil Gubernur ditetapkan lewat pengukuhan. Sementara, di level kabupaten/ kota, 6 di antaranya di Daerah Khusus Jakarta juga absen.
Dari total daerah yang menggelar Pilkada, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat, cuma sepuluh persen saja keterlibatan perempuan. Minimnya keterlibatan ini menjadi sinyalemen bahwa afirmasi politik dengan harapan mengarusutamakan isu perempuan, masih jauh panggang dari api.
Apa saja fakta penting lainnya yang harus kamu tahu dari Pilkada 2024? Magdalene telah merangkumkannya buatmu.
Baca juga: Sedang Ramai Istilah ‘Quick Count’, ‘Real Count’, dan ‘Exit Poll’: Apa Bedanya?
Hasil Quick Count Pilkada, KIM dan Jagoan Jokowi Dominan
Sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) mulai mengadakan perhitungan suara riil. Namun warga bisa melihat versi hitung cepat dari lembaga survei yang biasanya punya akurasi tak terpaut jauh dari hitung aslinya. Data quick count atau perhitungan cepat ini dikutip Tempo dari Charta Politika, Indikator Politik, Parameter Politik, dan KedaiKOPI.
Pasangan yang dibekingi Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendominasi kemenangan di Pulau Jawa. Di Jawa Tengah misalnya, jagoan Jokowi Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang secara terbuka di-endorse Prabowo sukses membungkam paslon Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Di Sumatera Utara, menantu Jokowi, Bobby Nasution bersama calon wakilnya, Surya, menang telak dari Edy Rahmayadi-Hasan Basri yang diusung PDIP. Di Jawa Barat, kader Gerindra Dedi Mulyadi juga menang telak dari paslon lainnya.
Masih dikutip dari media yang sama, calon usungan Jokowi di Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak juga unggul dibanding dua srikandi lain, Luluk Nur Hamidah dan Tri Rismaharini.
Di Jakarta, jagoan Jokowi gagal menembus kemenangan. Sebagian besar lembaga survei sebaliknya, mencatat kemenangan Pramono Anung-Rano Karno dengan perolehan di atas 50 persen. Charta Politika Indonesia menunjukkan 50,08 persen dan Parameter Politik 50,17 persen untuk Pramono-Rano, tulis Tempo.
Berangkat dari hasil hitung cepat yang tipis ini, belum bisa dipastikan Pilkada Jakarta bakal satu putaran. Jika masuk dua putaran, besar kemungkinan posisi pucuk masih bisa berubah, mengingat paslon Dharma Pongrekun-Kun Wardana meraih sepukuh persen suara versi hitung cepat.
Putaran kedua dalam Pilgub Jakarta pernah terjadi di 2012 silam. Kompas mengabarkan saat itu pasangan Jokowi-Ahok dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menjadi dua kandidat dengan suara terbanyak. Dan hasil akhir dengan Jokowi-Ahok sebagai pemenang pilkada DKI Jakarta 2012.
Baca juga: Hasil ‘Quick Count’ Pemilu 2024: Suara Prabowo-Gibran Unggul, Apa Akan Menang Satu Putaran?
Kemenangan Dimyati, Calon Pemimpin Seksis
Salah satu hasil mengejutkan di sini adalah kemenangan pasangan calon Andra Soni Dimyati Natakusumah di Provinsi Banten. Mereka unggul atas rival kuatnya, Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi dengan suara 58,39 persen (Charta Politika) atau 55,53 persen (KedaiKopi). Sementara, Airin-Ade tertinggal dengan suara 41,61 persen (Charta Politika) atau 44,47 persen (KedaiKOPI).
Tampaknya, publik tak terpengaruh dengan seksisme yang ditampilkan Dimyati saat sesi debat Pilkada sebelumnya. Di saat sesi tanya jawab antarkandidat, pasangan nomor urut satu bertanya pada nomor urut dua soal penanganan kasus kekerasan seksual. Namun, cawagub Dimyati Natakusumah malah menjawab perempuan itu harus mendapat perhatian, maka kita harus melindungi perempuan dan memuliakannya dengan enggak ngasih beban berat jadi gubernur. Pernyataan itu diarahkan kepada Airin yang jadi kandidat cagub perempuan Banten satu-satunya.
Perempuan di Pilkada 2024
KBR mencatat, jumlah perempuan yang maju sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah memang menunjukkan peningkatan. Terdapat 18 perempuan yang berkontestasi sebagai calon gubernur atau wakil gubernur, 210 perempuan sebagai calon bupati atau wakil bupati, dan 81 perempuan maju untuk posisi wali kota atau wakil wali kota.
Yang menggembirakan, di Jawa Timur, tiga calon gubernur yang berlaga, semua adalah perempuan. Mereka kandidat petahana Khofifah Indar Parawansa yang berduet dengan Emil Elistianto Dardak, Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans, dan Luluk Nur Hamidah dengan Lukmanul Khakim.
Meski jumlahnya naik, total calon sepuluh persen dirasa masih belum cukup. Sementara kita tahu, butuh lebih banyak kepemimpinan perempuan berkualitas untuk mengarusutamakan kebijakan yang pro-perempuan.
Di Aceh, catat BBC Indonesia, calon perempuan mengalami kesulitan untuk maju di Pilkada tahun ini. Terlebih di sana ada narasi bahwa perempuan berdosa jika mencalonkan diri sebagai pemimpin. Haramnya perempuan menjadi pemimpin ini bahkan pernah disuarakan ulama sohor Aceh, Abu Mudi, yang juga menjabat sebagai petinggi sebuah partai politik lokal: Partai Adil Sejahtera.
Narasi inilah yang membuat jumlah perempuan yang berlaga di Pilkada Aceh cuma empat orang dari total 162 calon.
Baca juga: Pilkada 2024: Ada Pelarian Capres yang Kalah dan Pengaruh Kuat dari Pusat
Berapa Banyak Kotak Kosong?
Di antara 545 daerah yang menggelar Pilkada, terdapat 37 pasangan calon tunggal yang melawan kotak kosong. Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) bilang, kotak kosong tahun ini jadi yang tertinggi sejak Pilkada 2015. Kala itu, calon tunggal terdapat di tiga daerah dari total 269 daerah yang melangsungkan Pilkada.
Komisi Pemilihan Umum dan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat sendiri sudah menyepakati pemungutan suara ulang di daerah yang dimenangkan oleh kotak kosong bakal digelar pada 25 September 2025. “Kami di KPU mengusulkan 25 September 2025,” kata Afifuddin saat rapat kerja bersama Komisi II DPR, (25/9)), dilansir dari Tempo.
Di antara kotak kosong Pilgub ada di Aceh Utara, yakni Ismail A Jalil-Tarmizi. Lalu Aceh Tamiang – Armia Pahmi-Ismail. Di Sumatera Utara ada beberapa paslon yang melawan kotak kosong. Misalnya, Asahan – Taufik Zainal Abidin-Rianto; Labuhanbatu Utara – Hendri Yanto Sitorus-Samsul Tanjung; Pakpak Bharat – Franc Bernhard Tumanggor-Mutsyuhito Solin; Serdang Bedagai – Darma Wijaya-Adlin Umar Yusri Tambunan; Nias Utara – Amizaro Waruwu-Yusman Zega; Dharmasraya – Annisa Suci-Ramadhani Leliarni.
Di Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, cuma ada satu pasangan yang berlaga, Riza Herdavid-Debby Vita Dewi. Sementara, di Ciamis – Herdiat Sunarya-Yana Diana Putra. Di Banyumas – Sadewo Tri Lastiono-Dwi Asih Lintarti; Sukoharjo – Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo; Brebes – Paramitha Widya Kusuma-Wurja.
Di Trenggalek – Mochamad Nur Arifin-Syah Muhamad Nata Negara; Ngawi – Ony Anwar Harsono-Dwi Rianto Jatmiko; dan Gresik – Fandi Akhmad Yani-Asluchul Alif; dan lainnya.
Sementara, lanjut Tempo, di level kota juga tak jauh berbeda. Di antaranya, Kota Pasuruan – Adi Wibowo-Mokhamad Nawawi; dan Kota Surabaya – Eri Cahyadi-Armuji. Pun, Kota Samarinda – Andi Harun-Saefuddin Zuhri; serta Kalimantan Utara, Kota Tarakan – Khairul-Ibnu Saud.
Ilustrasi oleh Karina Tungari