December 5, 2025
Issues Politics & Society

#WargaBantuWarga: Solidaritas yang Tumbuh di Tengah Represi dan Tuduhan Makar

Alih-alih ‘anarkis’ seperti tuduhan Presiden, aksi demonstrasi justru melahirkan gelombang solidaritas warga bantu warga—dari logistik, dukungan psikologis, sampai donasi bantuan hukum.

  • September 2, 2025
  • 4 min read
  • 4082 Views
#WargaBantuWarga: Solidaritas yang Tumbuh di Tengah Represi dan Tuduhan Makar

Presiden Prabowo Subianto mungkin lupa, penyebab demonstrasi masyarakat berhari-hari ini bukanlah “provokator anarkis”, melainkan pemerintah sendiri. Alih-alih meminta maaf dan menanggapi dengan itikad baik, ia justru kembali melontarkan tuduhan berat. Dalam siaran pers 31 Agustus, Prabowo menyebut aksi masyarakat mengarah pada makar bahkan terorisme.

Kenyataannya, jauh dari kesan chaos, aksi-aksi di berbagai kota justru dipenuhi praktik warga bantu warga. Orang asing yang tidak saling kenal saling menopang: ada yang menyiapkan logistik, ada yang jadi paramedis dadakan, ada juga yang menyediakan ruang untuk menenangkan pikiran. Di jagat digital, banyak pula yang menawarkan konseling gratis untuk siapa pun yang merasa kewalahan secara mental.

Fenomena ini membuktikan satu hal: masyarakat tidak hanya marah, tapi juga merawat satu sama lain di tengah krisis. Berikut beberapa potret solidaritas yang menandai gelombang #WargaBantuWarga menyusul demonstrasi soal tunjangan DPR.

Baca juga: Jaringan Perempuan Jaga Indonesia Desak Pemerintah Setop Kekerasan dalam Aksi Massa

  1. Solidaritas Asia Tenggara untuk Ojol Indonesia

Dukungan bahkan datang dari luar negeri. Setelah kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang dilindas kendaraan Brimob, sejumlah warga Malaysia dan Thailand menggerakkan solidaritas melalui aplikasi X. Mereka memesan makanan lewat aplikasi ojol Indonesia untuk kemudian dibagikan kembali ke para pengemudi.

Izwan (@izwanhs) dari Malaysia menulis:

“Kami warga Malaysia, tetap menyokong rakyat Indonesia menentang corrupt! Aku baru ja order makanan untuk abg grab di indonesia. Smoga baik2 kmu di sana!!” (31/8).

Dari Thailand, Yammi (@sighyam) bahkan membuat tutorial bagaimana orang luar bisa memesan makanan lewat aplikasi ojol Indonesia. “First, change the country. Second, pick Indonesia and then Jakarta… the food ISN’T going to be delivered to the hotel,” tulisnya (30/8).

Solidaritas lintas batas ini menunjukkan bahwa isu keadilan sosial Indonesia bergema sampai ke negara tetangga.

Baca juga: Mengais Rupiah di Tengah Gelisah, Perempuan Pedagang dalam Aksi Massa

  1. Bantuan Logistik di Lapangan

Di Jakarta, aksi warga bantu warga tampak jelas di tengah gas air mata. Pelari hingga satpam mal di sekitar Polda Metro Jaya ikut membantu demonstran yang sesak napas, dengan menyodorkan air minum dan air bersih untuk membasuh wajah.

“Airnya mas,” kata salah satu pengguna jalan mengenakan jersey Timnas Indonesia seperti dikutip Kompas.com (30/8).

Di Kwitang, Jakarta Pusat, warga membuka saluran air rumah mereka agar demonstran bisa membasuh mata dari pedihnya gas. Mereka bergiliran, bergantian mengisi botol dan ember seadanya.

Fenomena serupa terjadi di Yogyakarta (1/9). Selepas kabar kematian seorang mahasiswa, warga turun ke jalan dengan aksi damai. Foto-foto yang dibagikan akun @cubarsifisipol memperlihatkan warga menyediakan kebutuhan aksi secara gratis..

Warga bantu warga di Kwitang, Jakarta Pusat (29/8) (Syifa Maulida/ Magdalene).

“Aksi nirkekerasan di Yogyakarta hari ini #ResetIndonesia!. Warga bantu warga sangat kuat, semua sama-sama resah tapi juga sama-sama menopang. Kalau sampai ada yang rusuh di Yogyakarta hari ini, itu bukan massa aksi, dan itu bukan sesama warga yang menginginkan ruang aman :),” tulisnya.

Aksi warga bantu warga di Yogyakarta (1/9) (@cubarsifisipol/ X)

  1. Dukungan Psikologis Gratis untuk Masyarakat Terdampak

Tak hanya tubuh, pikiran pun ikut terdampak. Serbuan informasi, gambar kekerasan, dan situasi mencekam membuat banyak orang kewalahan. Menjawab itu, komunitas kesehatan mental seperti Her Space membuka layanan konseling gratis bersama psikolog sebagai bentuk psychological first aid.

“Mari bergandeng tangan dan tetap waras di tengah rezim yang menomorduakan kesehatan mental,” tulis mereka (1/9).

Biro psikologi lain, Vajra Gandaria, juga membuka layanan konseling gratis dengan menekankan bahwa rasa aman, baik fisik maupun psikologis, adalah hak semua orang.

  1. Gotong Royong Memperbaiki Fasilitas Umum yang Rusak

Selepas demonstrasi, setidaknya tujuh halte Transjakarta ditemukan terbakar (29–30/8). Media cepat menuding aksi massa, tapi di balik kerusakan itu, warga justru turun tangan memperbaiki.

Bersama Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) DKI Jakarta, warga hingga pengemudi ojol ikut membersihkan dan mengecat ulang halte yang rusak, seperti Halte Senen. Alih-alih meninggalkan jejak kehancuran, mereka justru merestorasi ruang publik agar bisa dipakai lagi.

Baca juga: Dari Nasi Padang sampai Ubi Hangat, Perempuan Topang Massa Aksi DPR

  1. Donasi Publik untuk Bantuan Hukum

Solidaritas juga hadir dalam bentuk donasi. Beberapa komunitas dan lembaga membuka penggalangan dana untuk bantuan hukum, salah satunya Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Donasi yang terkumpul akan dipakai untuk advokasi kebijakan, penanganan kasus, hingga pendidikan hukum.

“Banyak orang ngomong keadilan, tapi enggak semua orang mau turun tangan. Sementara kerja-kerja bantuan hukum butuh dukungan. Kalau kamu percaya hukum harus adil, yuk bantu perjuangan ini biar bisa terus bertahan,” tulis LBH Jakarta di media sosialnya.

Tuduhan “makar” dan “terorisme” jelas tidak sejalan dengan realitas di lapangan. Fenomena #WargaBantuWarga justru memperlihatkan wajah lain masyarakat Indonesia: solidaritas yang hangat, spontan, dan lintas batas.

About Author

Syifa Maulida

Syifa adalah lulusan Psikologi dan Kajian Gender UI yang punya ketertarikan pada isu gender dan kesehatan mental. Suka ngopi terutama iced coffee latte (tanpa gula).