Alterland: Taman Bermain di Dunia Maya
Alterland adalah sebuah taman imajiner istimewa, sebuah agora daring yang mengizinkan orang bersuara dan menunjukkan sisi lain identitasnya.
Nama saya Neng Sisi. Sebagian dari kalian mungkin pernah beririsan dengan saya. Mungkin kita pernah saling bertemu muka atau hanya saling menyapa ‘selamat pagi’ dan me-retweet satu sama lain. Mungkin kita sekarang bersahabat. Atau mungkin kita pernah berada di satu tempat yang sama: Alterland di Twitter.
Awalnya, nama Alterland hanya diambil dari sebutan yang mengawali kami semua berada di sana. Kami membuat akun alter di Twitter secara anonim, atau bisa juga dengan identitas samaran. Kami berada di sana karena kami merasa memiliki alter ego atau versi lain diri kita, atau karena merasa memerlukan ruang baru, yang rahasia, yang tidak dikenal. Sebuah peristirahatan diri kami, sehingga kami membuat pemisahan identitas diri.
Alterland sebenarnya bukan sebuah komunitas sama sekali, apalagi yang dibentuk dengan sengaja. Tidak ada yang memberi nama, hanya semacam kesepakatan tidak tertulis. Kami datang dengan identitas baru kami masing-masing, dan kami bertemu di tempat yang sama: Twitter.
Fenomena taman bermain daring seperti Alterland sebenarnya sudah mulai ramai sekitar lima sampai enam tahun lalu. Saya sendiri sudah bermain alter (sebutan kami untuk akun Twitter anonim) selama lebih dari lima tahun. Pada awalnya kami semua tidak saling kenal, hanya saling mengikuti satu sama lain secara acak, lalu saling nyamber, dan mulai kenal.
Jika pada akhirnya ada lingkaran geng, itu manusiawi. Manusia akan berkumpul dengan siapa pun yang paling banyak kesamaan, entah selera berpakaian, orientasi seksual, pemikiran, atau hobi serupa. Jika kita beruntung, kita bisa menyeleksi sahabat dengan isi kepala yang paling mirip dengan pemikiran kita, yang menurut saya kemewahan terbesar dari Alterland.
Baca juga: Pelajaran Menghargai Perempuan dari Dunia ‘Alter’
Di Alterland, setiap orang bisa menjadi siapa atau apa saja. Yang tampil hanya lah citra, nama palsu dan inisial. Kami berhak menunjukkan dan menyembunyikan apa pun yang kita pilih. Alterland membolehkan siapa pun menjadi sekotor apa pun. Permakluman di sana sangat tinggi. Bebas mempertontonkan tubuh, mengunggah foto menggiurkan, bermesraan, mengumpat, kultwit (kuliah twit), mencari permusuhan, atau bisa hanya diam memantau dan tidak melakukan interaksi apa-apa.
Alterland dan akun alter bagi saya adalah sebuah taman bermain sekaligus kawah malapetaka jika saya tidak berhati-hati dengan dengan siapa saya berinteraksi. Karena saya tidak pernah tahu dengan siapa saya berinteraksi. Saya tidak pernah tahu segelap apa pikiran manusia. Semakin lama mengenal semakin akan terkejut, karena ternyata di balik akun-akun yang terlihat begitu dungu dan bebal adalah orang-orang yang aslinya sangat cerdas dan tidak biasa-biasa. Begitu pun sebaliknya.
Alterland membolehkan seorang akademisi, guru, mahasiswa, ibu rumah tangga, dokter, direktur, anak punk, pedagang, pengangguran, pejabat, untuk berfoto telanjang, membicarakan seks, memperbincangkan seni dan filsafat, berbagi resep masakan, atau menyepakati seks singkat dengan teman akun baru—tanpa dihakimi dan cemas kehilangan nama baik.
Seseorang dengan pekerjaan ‘terhormat’ bebas mengumbar kata-kata kotor. Perempuan berjilbab bisa mengeksplorasi kecenderungan seksualnya tanpa perlu mendengar ucapan nyinyir, “Pakai jilbab kok gatel?”. Seseorang dimungkinkan untuk bercerita kisah kelam, berbuat baik, juga tentu saja berbuat jahat dengan alasan: kami tidak saling mengenal, saya tidak perlu mempertimbangkan dia siapa.
Saya pribadi merasa Alterland adalah sebuah taman imajiner yang istimewa karena berisi manusia-manusia yang nyata. Sebuah agora daring yang mengizinkan saya bersuara dan boleh menunjukkan kenakalan yang akan banyak dipergunjingkan jika saya menunjukkannya di dunia nyata saya. Itulah yang sedikit brengsek dari dunia nyata, kita akan dihujat dan digunjingkan karena kita menjadi diri kita sendiri.
Baca juga: Kekeyi dan Tajamnya Lidah Warganet di Media Sosial
Alterland begitu unik. Banyak macam hal dilakukan disini. Orang-orang berduit akan mengadakan kompetisi berhadiah, menjaring popularitas. Kompetisinya pun sederhana, memotret belahan dada atau lekukan bokong, dengan hadiah Rp500.000 sampai Rp1 juta. Orang-orang yang pandai melakukan branding akan makin popular. Orang-orang yang memiliki sedikit pengetahuan dan memiliki keunikan akan mudah menarik sahabat dan lawan asmara.
Saya mengalami jatuh cinta dan kejatuhan terbesar saya di sini. Saya menemukan orang-orang yang pada akhirnya saya temui secara nyata (istilah kami meet–up), entah untuk secangkir kopi sore dan perbincangan ringan, atau kesepakatan seks sama suka—bisa berkelanjutan bisa hanya seks sekali malam atau hubungan dengan komitmen serius. Perlu kalian ketahui dua sahabat baik saya yang keduanya saya kenal dari Alterland akhirnya menikah.
Alterland memungkinkan setiap orang menampilkan dua sisi kemanusiaan yang di dunia nyata hanya boleh dihadirkan satu. Jika kalian berpikir di Alterland hanya berisi foto payudara dan pasangan semalam memamerkan kencan, bisa sedikit salah. Di Alterland kami juga merasakan kedukaan, simpati, saling bantu dan jenguk. Kami bersama-sama membicarakan soal teologi dalam kolom komen foto telanjang. Hidup selalu soal kontradiksi bukan?
Manusia yang kalian akan temui di sana tidak pernah terduga. Soal payudara dan bokong indah bisa kalian temui dimana pun, tapi tidak dengan orang-orang di balik akun-akun alter. Ada seorang sesepuh punk Jawa Timur yang kemudian menjadi sahabat baik saya. Dia dikenal sebagai penebar virus perubahan berpikir, menyadarkan soal fenomena yang sedang terjadi dan mengkritik pedas anak bebal seperti saya. Darinya saya belajar merasakan kedukaan.
Ada seorang guru bahasa Inggris ateis yang karena pemikirannya membuat saya menantang diri saya sendiri bagaimana saya bisa menalar Tuhan dan semakin jatuh cinta pada-Nya. Ada orang tua tunggal yang bermain akun alter untuk membuktikan kebrengsekan mantan suaminya, dan mendapat sahabat dari sana. Ada perempuan-perempuan lucu yang menjadi kawan dekat dan mengajarkan saya untuk bisa menjadi kuat atau setidaknya bertahan menjadi manusia.
Saya menemukan teman karib yang saya bawa ke dunia nyata saya. Mereka datang ke wisuda saya, datang ke acara keluarga saya, dan menemui orangtua saya. Dari semua yang saya dapatkan dari Alterland, menemukan sahabat yang paling mirip dan toleran dengan isi kepala saya adalah hadiah paling berharga.