Dari aborsi hingga pelarangan buku, teori ras kritis dan hak-hak transgender, banyak retorika politik menjelang pemilihan umum (pemilu) jangka menengah di Amerika Serikat (AS) yang berpusat pada isu-isu mengenai “perang budaya”.
Salah satu contoh terbaru melibatkan komunitas yang relatif tidak dikenal.
Sepertinya setiap orang memiliki pendapat atau pernah mendengar rumor tentang anak-anak yang berdandan seperti binatang, menyebut diri mereka sebagai furry dan meminta kotak untuk menampung kotoran. Informasi yang salah dan berbahaya tentang furry merajalela di media sosial dan bahkan tersebar ke beberapa dewan sekolah.
Namun, kesalahpahaman tentang furry sudah populer jauh sebelum ia jadi isu politik. Sebelum beredarnya rumor tentang anak-anak sekolahan yang minta kotak buang kotoran di sekolah, furry dianggap sebagai penyimpangan seksual. Anggapan ini diperkuat oleh media populer yang menekankan hal sensasional daripada fakta.
Jika pengetahuan kamu tentang furry sebagian besar berasal dari televisi atau media sosial, maka bisa jadi yang kamu dengar tentang furry keliru. Tapi ini bukan salahmu, disinformasinya memang sudah menyebar luas. Saya bukan seorang furry dan saya juga pernah memiliki pandangan yang salah tentang furry. Namun, setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, kini tersedia informasi yang bisa meluruskannya.
Saya adalah salah satu pendiri International Anthropomorphic Research Project, yang juga dikenal sebagai Furscience. Kami adalah sekelompok kecil profesor dari lintas disiplin ilmu yang telah mempelajari furry dan kelompok penggemar lainnya selama lebih dari 15 tahun.
Apa Itu Furry?
Kamu pasti pernah mendengar tentang cosplay –– orang-orang yang mengenakan kostum karakter. Mereka berpakaian seperti storm trooper (karakter fiksi dalam film Star Wars) atau pahlawan super dan menghadiri pameran buku komik untuk bersenang-senang dengan teman-teman. Kaum furry melakukan hal yang sama, tetapi dengan sedikit perbedaan.
Furry adalah orang-orang yang memiliki ketertarikan pada antropomorfisme yang secara khusus mengacu pada pemberian karakteristik manusia pada hewan. Dalam bentuk yang paling sederhana, furry adalah sekelompok orang yang membentuk komunitas – atau fandom – karena mereka memiliki ketertarikan yang sama terhadap media antropomorfisme, pertemanan, dan inklusi sosial.
Baca juga: Ketahui 10 Istilah Ini Biar Paham Budaya ‘Fandom’
Apa Itu Fursona?
Sekitar 95 persen kaum furry mengembangkan karakter unik mereka sendiri yang disebut fursona. Sebagai hasil dari refleksi mendalam, fursona dapat mewakili versi ideal dari diri sendiri yang dijiwai dengan karakteristik positif seperti mudah bergaul, lucu, dan tidak terlalu cemas.
Fursona dapat menjadi cara yang aman dan fungsional bagi para furry untuk mengeksplorasi siapa diri mereka sebagai manusia, termasuk identitas gender dan orientasi seksual mereka. Penelitian juga menunjukkan bahwa fursona dapat membantu memfasilitasi interaksi dengan orang lain dan menghasilkan kepercayaan diri sosial yang lebih tinggi.
Mengenal Fursuits
Banyak orang mengira bahwa komunitas furry berdandan seperti binatang. Beberapa orang percaya bahwa mereka berpakaian seperti itu sepanjang waktu, padahal tidak sepenuhnya begitu.
Para furry tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai binatang; mereka mengidentifikasi diri mereka dengan binatang. Sama halnya dengan penggemar cosplay yang biasanya tidak percaya bahwa mereka sebenarnya adalah Spiderman, para furry juga tidak berpikir bahwa mereka adalah fursona mereka.
Memiliki fursona bukan berarti seorang furry memiliki fursuit (pakaian yang menyerupai maskot) dan hanya 15 persen hingga 25 persen dari kaum furry yang memilikinya. Meskipun banyak furry yang tidak tertarik untuk memiliki pakaian berbulu sama sekali, harganya bisa sangat mahal. Beberapa kostum seperti itu dirancang secara fenomenal dengan kipas angin, paket pendingin, dan lampu LED yang terpasang di dalamnya.
Baca juga: Di Balik Rebutan Tiket Coldplay: Ambil Cuti, Jastip, Sampai Ditipu Calo
Kostum berbulu biasanya dikenakan pada acara-acara khusus –– parade, pertemuan, atau konvensi. Sekitar 50 persen penggemar furry lainnya memiliki perlengkapan kostum seperti kaos, telinga, kerah, atau ekor berbulu untuk mengekspresikan furry mereka kepada orang lain.
Pernahkah kamu bertemu dengan penggemar olahraga yang mengenakan jersey tim mereka di acara khusus seperti pertandingan atau penggemar musik yang mengenakan kaos bermerek band favorit mereka? Kebanyakan orang tidak akan mengenakan perlengkapan penggemar seperti ini ke tempat kerja atau saat wawancara kerja, dan beberapa orang tidak akan memakainya sama sekali. Hal ini juga terjadi pada para penggemar furry.
Bagaimana dengan Tempat Penampung Kotoran?
Bagaimana dengan berita tentang komunitas furry yang menggunakan tempat penampung kotoran di sekolah? Apapun bisa terjadi dan saya tidak bisa menyangkal bahwas itu hal yang negatif. Tetapi apakah kotak kotoran merupakan bagian integral dari fandom furry? Kami tidak pernah melihat satu pun kotak kotoran di lusinan perkumpulan furry yang pernah kami hadiri di tingkat internasional.
Baca juga: Bertabur Kekerasan, Mungkinkah ‘Fandom’ Jadi Ruang Aman Perempuan?
Saya pernah melihat mangkuk anjing dan sedotan raksasa digunakan untuk memberi makan beberapa furry di sebuah restoran, tetapi ini adalah lelucon antara bisnis lokal kecil dan Anthrocon -– perkumpulan furry tahunan yang diadakan di Pittsburgh, AS, yang menghasilkan jutaan dolar untuk ekonomi lokal dan mengumpulkan ribuan dolar untuk amal yang berhubungan dengan hewan.
Banyak rumor tentang temnpat kotoran juga berfokus pada kucing. Namun, sebagian besar fursona adalah hewan liar dan hewan mitos seperti rubah, serigala, dan unicorn, atau spesies hibrida seperti naga-kanguru. Jenis-jenis hewan tersebut bukanlah jenis hewan yang menggunakan kotak kotoran.
Apakah Komunitas Furry Melakukan Hubungan Seks?
Ya. Manusia berhubungan seks dan furry adalah manusia.
Apakah Mereka Melakukannya dengan Tetap Mengenakan Kostum Mereka?
Sebagian besar tidak. Ingat, kostum bulu sangat mahal, dibuat khusus, sulit dibersihkan, panas, dan besar. Ini seperti mencoba berhubungan seks dengan mengenakan mantel musim dingin yang dilapisi pakaian luar angkasa.
Seperti yang dikatakan oleh kolega saya, Courtney Plante: “Bagi kebanyakan orang, dehidrasi, kesulitan merasakan atau melihat, kepanasan dan kecanggungan adalah situasi yang tidak kondusif untuk berhubungan seksual. Bagi kebanyakan orang – termasuk komunitas furry – ini bukanlah kondisi yang membuat mereka bergairah.”
Apakah Komunitas Furry Pergi Konferensi untuk Berhubungan Seks?
Ya, semua orang kerap menghadiri konferensi maupun perkumpulan; terkadang mereka berhubungan seks di sana. Hal yang sama juga terjadi pada para furry. Manusia dapat merasakan ketertarikan intim saat mereka berkumpul, tapi biasanya itu bukan alasan mereka melakukan aktivitas atau menghadiri acara tersebut.
Meskipun seks tentu saja dapat menjadi bagian dari pertemuan fandom furry, mayoritas dari mereka termotivasi oleh alasan kepemilikan sosial, bukan motivasi seksual. Dengan kata lain, jika kamu menghapus semua konten seksual, fandom furry akan masih tetap ada.
Apakah Furry Adalah Orientasi Seksual?
Bukan. Ini adalah sebuah fandom. Namun, perlu dicatat bahwa ada banyak status yang terpinggirkan di dalam komunitas furry. Berdasarkan penelitian, kami menemukan lebih dari 70 persen kaum furry mengidentifikasi diri sebagai LGBTQ+ dan lebih dari 25 persen memiliki identitas gender yang beragam.
Komunitas furry yang mengalami perundungan jumlahnya hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada non-furry, dan penelitian kami berikutnya mengindikasikan bahwa 4 persen hingga 15 persen dari mereka berada dalam spektrum autisme.
Terlepas dari faktor-faktor ini dan ada beberapa orang yang merasa takut dikucilkan karena ketertarikan mereka dengan furry, kesejahteraan, harga diri, kepuasan hidup, kualitas hubungan, dan kebahagiaan para furry sama saja dengan non-furry.
Furry adalah sebuah fandom, seperti halnya anime, Star Trek, atau sepak bola. Mereka menikmati ikatan dengan orang lain yang memiliki kegemaran yang sama atas dengan mereka.
Fandom menyediakan jaringan sosial bagi para anggotanya dan furry bisa mendapatkan banyak manfaat dari pertemanan ini. Bagi banyak kaum furry, sifat inklusif dari fandom furry bisa menjadi tempat yang aman bagi untuk dapat menjadi diri mereka sendiri.
Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris
Sharon E. Roberts, Associate Professor, Social Development Studies, University of Waterloo
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.